Dahlan Iskan instruksikan Bulog ambil gabah petani
A
A
A
Sindonews.com - Menteri BUMN Dahlan Iskan menginstruksikan kepada Kepala Bulog Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk mengambil alih pembelian gabah milik petani. Hal ini dikarenakan selama ini gabah milik petani tersebut, lebih dominan diambil oleh tengkulak.
Instruksi itu langsung dipaparkannya dihadapan ratusan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kabupaten Maros pada saat melakukan panen raya padi Gerakan Peningkatan Produksi Berorientasi Agribisnis (GP3K).
Bahkan Dahlan menyebutkan, bila perlu, Bulog membeli gabah dari petani. "Bila perlu, untuk Sulsel harus membeli gabah dari petani dengan capaian delapan juta ton, dengan menghasilkan empat juta ton beras," ujarnya, Rabu (11/4/2012).
Selain itu, kata mantan wartawan ini, diambil alihnya gabah milik petani oleh Bulog juga merupakan pencegahan kurangnya hasil padi dari petani. Dia menyebutkan, jangan sampai tahun ini pemerintah mengulang kegagalan tahun lalu, dengan melakukan impor beras dari luar negeri sebanyak 1,5 juta ton guna memenuhi permintaan beras dalam negeri.
"Pokoknya tahun ini diusahakan kita tidak lagi mengimpor beras dari luar negeri. Makanya Bulog harus bekerja keras untuk memenuhi target tersebut. Malahan diluar negeri orang bertanya-tanya, ngapain saja itu petani Indonesia, mengapa sampai harus mengimpor beras dari luar negeri?. Makanya tahun ini diupayakan kita tidak lagi mengimpor beras," ungkapnya dihadapan para petani Maros, Rabu kemarin di Desa Allatengae, Kecamatan Bantimurung.
Dahlan menambahkan, untuk memenuhi target itu, maka dia berharap para petani pun harus bekerja keras, dengan menggunakan alat-alat moderen seperti mesin penggiling padi. Dia sendiri sempat mendemokan alat penggiling padi kepada para petani, tentang penggunaan alat penggiling padi itu.
Kedepannya, kata Dahlan, BUMN tak boleh membeli mesin pemotong padi dari luar negeri. Tapi tetap harus membeli alat pemotong padi dari dalam negeri. Karena alat pemotong padi dari luar negeri itu memiliki body yang sangat besar. Sementara kapasitas area persawahan di Indonesia masih sangat kecil.
"Untuk persawahan disini memang cocoknya menggunakan mesin penggiling padi yang kecil, buatan Indonesia. Mesin dari Indonesia juga memiliki harga yang sangat murah Rp50 juta, sehingga tidak memberatkan petani, sementara yang dari luar negeri harganya mencapai Rp250 juta," jelasnya.
Unggulnya mesin penggiling padi milik Indonesia kata Dahlan, memiliki keunggulan yang sangat maju. Generasi yang terbaru tidak perlu lagi diangkut tapi memiliki roda. Yang besar harus diangkut truk. Alat itu, bisa melakukan tugas petani dengan memisahkan gabah dengan batangnya, sehingga gabah tidak lagi tercecer kemana-mana.
Sementara itu, Kepala Bulog (Kabulog) Sulsel Tommy S Sikado menuturkan, pada dasarnya Bulog selalu siap menerima gabah dari petani. Sehingga target yang diberikan oleh menteri BUMN itu bisa tercapai.
"Kita tidak masalah dengan target yang diberikan. Kami pun merasa itu bisa tercapai. Apa lagi saat ini cuaca sangat mendukung. Di Maros saja, petani bisa melakukan panen sampai tiga kali dalam setahun," sebutnya.
Tommy menambahkan, Penanganan harga gabah di petani itu sudah diatur dalam HPP Inpres No 3 thun 2012. Berdasarkan itu, maka diketahui, harga gabah ditingkat petani Rp3.300. (ank)
Instruksi itu langsung dipaparkannya dihadapan ratusan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kabupaten Maros pada saat melakukan panen raya padi Gerakan Peningkatan Produksi Berorientasi Agribisnis (GP3K).
Bahkan Dahlan menyebutkan, bila perlu, Bulog membeli gabah dari petani. "Bila perlu, untuk Sulsel harus membeli gabah dari petani dengan capaian delapan juta ton, dengan menghasilkan empat juta ton beras," ujarnya, Rabu (11/4/2012).
Selain itu, kata mantan wartawan ini, diambil alihnya gabah milik petani oleh Bulog juga merupakan pencegahan kurangnya hasil padi dari petani. Dia menyebutkan, jangan sampai tahun ini pemerintah mengulang kegagalan tahun lalu, dengan melakukan impor beras dari luar negeri sebanyak 1,5 juta ton guna memenuhi permintaan beras dalam negeri.
"Pokoknya tahun ini diusahakan kita tidak lagi mengimpor beras dari luar negeri. Makanya Bulog harus bekerja keras untuk memenuhi target tersebut. Malahan diluar negeri orang bertanya-tanya, ngapain saja itu petani Indonesia, mengapa sampai harus mengimpor beras dari luar negeri?. Makanya tahun ini diupayakan kita tidak lagi mengimpor beras," ungkapnya dihadapan para petani Maros, Rabu kemarin di Desa Allatengae, Kecamatan Bantimurung.
Dahlan menambahkan, untuk memenuhi target itu, maka dia berharap para petani pun harus bekerja keras, dengan menggunakan alat-alat moderen seperti mesin penggiling padi. Dia sendiri sempat mendemokan alat penggiling padi kepada para petani, tentang penggunaan alat penggiling padi itu.
Kedepannya, kata Dahlan, BUMN tak boleh membeli mesin pemotong padi dari luar negeri. Tapi tetap harus membeli alat pemotong padi dari dalam negeri. Karena alat pemotong padi dari luar negeri itu memiliki body yang sangat besar. Sementara kapasitas area persawahan di Indonesia masih sangat kecil.
"Untuk persawahan disini memang cocoknya menggunakan mesin penggiling padi yang kecil, buatan Indonesia. Mesin dari Indonesia juga memiliki harga yang sangat murah Rp50 juta, sehingga tidak memberatkan petani, sementara yang dari luar negeri harganya mencapai Rp250 juta," jelasnya.
Unggulnya mesin penggiling padi milik Indonesia kata Dahlan, memiliki keunggulan yang sangat maju. Generasi yang terbaru tidak perlu lagi diangkut tapi memiliki roda. Yang besar harus diangkut truk. Alat itu, bisa melakukan tugas petani dengan memisahkan gabah dengan batangnya, sehingga gabah tidak lagi tercecer kemana-mana.
Sementara itu, Kepala Bulog (Kabulog) Sulsel Tommy S Sikado menuturkan, pada dasarnya Bulog selalu siap menerima gabah dari petani. Sehingga target yang diberikan oleh menteri BUMN itu bisa tercapai.
"Kita tidak masalah dengan target yang diberikan. Kami pun merasa itu bisa tercapai. Apa lagi saat ini cuaca sangat mendukung. Di Maros saja, petani bisa melakukan panen sampai tiga kali dalam setahun," sebutnya.
Tommy menambahkan, Penanganan harga gabah di petani itu sudah diatur dalam HPP Inpres No 3 thun 2012. Berdasarkan itu, maka diketahui, harga gabah ditingkat petani Rp3.300. (ank)
()