Temasek beli saham ICBC USD2,3 miliar
A
A
A
Sindonews.com - Perusahaan investasi milik Pemerintah Singapura, Temasek Holdings, menyepakati pembelian saham Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dari Goldman Sachs Group senilai USD2,3 miliar (Rp21 triliun).
Dengan pembelian tersebut, kini Temasek memiliki 1,3 persen saham ICBC. Aksi korporasi yang dilakukan badan usaha milik negara (BUMN) Negeri Merlion itu dilakukan setelah ICBC melaporkan kenaikan laba secara signifikan pada kuartal IV/2011. Bulan lalu laba bersih bank terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar tersebut melonjak 17 persen pada September–Desember dibanding periode sebelumnya.
Sebelumnya, Temasek yang berinvestasi di sejumlah lembaga keuangan terkena dampak krisis keuangan pada 2008 lalu akibat turunnya saham perbankan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Di Asia, Temasek juga menguasai sejumlah saham perbankan seperti DBS Group (Singapura), ICCI Bank (India), dan Standard Chartered.
Di Indonesia, DBS Group baru saja membeli saham Bank Danamon dari Fullerton Financial Holding senilai Rp45 triliun. Tetapi, saat ini 40 persen portofolio investasi Temasek di perbankan mulai menguat dan mulai beradaptasi dengan pertumbuhan di pasar berkembang.
Selain di ICBC, Temasek sebelumnya juga memiliki saham di Bank of China. Menurut Reuters, investasi Temasek di perbankan China 20 persen dari total aset per Maret 2011.
”Temasek telah memaparkan strategi sebelumnya untuk pertumbuhan. Jika dibandingkan dengan negara Asia lain, China merupakan pemimpin pertumbuhan, jadi Temasek melakukan hal yang benar dengan membeli saham di ICBC,” ujar ekonom CIMB Song Seng Wun dalam pernyataan resminya dikutip Reuters, Senin 16 April 2012.
Belakangan ini industri perbankan China mendapat kecaman dari nasabah dan politisi yang menyerukan bahwa keuntungan besar dari sektor tersebut telah mengorbankan para nasabah dengan diberlakukannya suku bunga deposito yang rendah disertai dengan penambahan biaya.
”Sektor perbankan China memiliki potensi yang sangat besar. Bank milik Pemerintah China merupakan kunci utama dari pertumbuhan Negeri Panda,” papar analis pasar IG Markets Justin Harper.
BBC melaporkan, sektor perbankan China telah tumbuh pesat selama beberapa tahun terakhir yang didorong oleh lonjakan pinjaman di negara tersebut. Namun, hal itu juga yang telah mendorong kekhawatiran mengenai kredit macet dan dampaknya terhadap perbankan dan investornya.
Lebih lanjut analis mengutarakan, Temasek perlu memastikan agar tidak terlibat terlalu dalam terhadap risiko tersebut. ”Mereka harus berhati- hati untuk tidak membeli saham dalam satu bank asing saja,” ungkap Harper.
Sementara, penjualan saham milik Goldman Sachs sejalan dengan upaya perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu untuk mengurangi sahamnya di ICBC yang telah dibeli sebelum penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dari ICBC pada 2006 lalu.
Saat itu Goldmans Sachs membeli 4,9 persen saham ICBC senilai USD2,6 miliar (Rp23,7 triliun). Menurut sumber yang dekat dengantransaksitersebut, Goldman Sachs menjual saham ICBC di perdagangan Hong Kong dengan harga 5,05 dolar Hong Kong per saham atau diskon 3,1persen dibanding penutupan Jumat (13/4/2012) pekan lalu.
Sedangkan, saham lainnya telah terjual kepada investor lain dengan total seharga USD200 juta. Saham ICBC sendiri di bursa Hong Kong naik 1,7 persen pada sesi pagi. Saat ini kapitalisasi pasar INCB di bursa Hong Kong mencapai USD240 miliar.
”Saham yang mengalami penurunan akan dihapus ketika Goldman melepaskan saham ICBC yang masih tersisa. Penjualan saham tersebut tidak memengaruhi ICBC sama sekali,” kata Kepala Penelitian Keuangan Asia Credit Suisse Sanjay Jain. (bro)
()