Pemerintah AS minta China ubah kebijakan ekonomi
A
A
A
Sindonews.com – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Timothy Geithner mendesak China mengubah kebijakan pertumbuhan ekspor dan fokus pada peningkatan konsumsi domestik.
Menurut Geithner, perubahan tersebut diperlukan untuk mempertahankan ekonomi China di masa depan.Dia menilai, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut sangat bergantung pada ekspor untuk pertumbuhan meski belakangan terjadi penurunan di pasar utama seperti AS dan Eropa yang membuat kekhawatiran prospek pertumbuhan China.
“Di China, kita berada dalam proses mengeksplorasi garis perbatasan berikutnya mengenai reformasi ekonomi yang disebabkan pertumbuhan ekonomi masa depan akan memerlukan perubahan mendasar dalam kebijakan ekonomi,” ujar Geithner pada pembukaan pertemuan AS dan China di Beijing, dilansir BBC, kemarin.
Lebih lanjut Geithner menyerukan, China harus membiarkan apresiasi lebih lanjut nilai tukar mata uangnya. Saat ini nilai yuan telah menjadi titik besar dari pertikaian antara dua negara ekonomi terbesar yakni AS dan China. “Apresiasi yuan akan membantu memperkuat reformasi China serta meningkatkan nilai tambah produksi, reformasi sistem keuangan serta mendorong permintaan domestik,” paparnya.
Nilai tukar yuan dalam dua tahun terakhir telah meningkat hampir delapan persen terhadap dolar AS, namun pembuat kebijakan AS berpendapat yuan masih kurang berharga. Menanggapi hal itu China menyatakan, pihaknya akan bergerak secara bertahap untuk membuat mata uangnya lebih fleksibel.
Bulan lalu China telah melonggarkan beberapa pengawasan atas yuan dengan memungkinkan mata uang tersebut diperdagangkan di kisaran yang lebih luas sebesar satu persen.
Menurut Geithner, perubahan tersebut diperlukan untuk mempertahankan ekonomi China di masa depan.Dia menilai, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut sangat bergantung pada ekspor untuk pertumbuhan meski belakangan terjadi penurunan di pasar utama seperti AS dan Eropa yang membuat kekhawatiran prospek pertumbuhan China.
“Di China, kita berada dalam proses mengeksplorasi garis perbatasan berikutnya mengenai reformasi ekonomi yang disebabkan pertumbuhan ekonomi masa depan akan memerlukan perubahan mendasar dalam kebijakan ekonomi,” ujar Geithner pada pembukaan pertemuan AS dan China di Beijing, dilansir BBC, kemarin.
Lebih lanjut Geithner menyerukan, China harus membiarkan apresiasi lebih lanjut nilai tukar mata uangnya. Saat ini nilai yuan telah menjadi titik besar dari pertikaian antara dua negara ekonomi terbesar yakni AS dan China. “Apresiasi yuan akan membantu memperkuat reformasi China serta meningkatkan nilai tambah produksi, reformasi sistem keuangan serta mendorong permintaan domestik,” paparnya.
Nilai tukar yuan dalam dua tahun terakhir telah meningkat hampir delapan persen terhadap dolar AS, namun pembuat kebijakan AS berpendapat yuan masih kurang berharga. Menanggapi hal itu China menyatakan, pihaknya akan bergerak secara bertahap untuk membuat mata uangnya lebih fleksibel.
Bulan lalu China telah melonggarkan beberapa pengawasan atas yuan dengan memungkinkan mata uang tersebut diperdagangkan di kisaran yang lebih luas sebesar satu persen.
()