Pertamina tak mau disalahkan

Jum'at, 04 Mei 2012 - 13:49 WIB
Pertamina tak mau disalahkan
Pertamina tak mau disalahkan
A A A


Sindonews.com - Pertamina sepertinya tak mau disalahkan atas terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) akhir-akhir ini. Humas PT Pertamina Unit Pemasaran (UPms) II Sumbagsel Roberth MV mengungkapkan, kelangkaan lebih disebabkan meningkatnya konsumsi BBM, yakni premium 31 persen dan solar 5 persen.

”Kalau ada tudingan Pertamina mengurangi distribusi BBM, itu salah besar. Karena, untuk Sumsel kuotanya memang berkurang, sementra pemintaan tinggi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di Kota Palembang, juga mengakibatkan jumlah pemilik kendaraan bertambah dan konsumsi BMM pun meningkat,” katanya kepada SINDO, Kamis 3 Mei 2012.

Saat ini, ujar dia, kuota BBM di Sumsel pada 2012, untuk premium 702.588 KL dan solar 607.538 KL. Khusus Palembang, kuota premium 200.790 KL dan solar 190.765 KL. Disinggung mengenai adanya pengurangan distribusi BBM ke SPBU, Robert menegaskan, pihaknya tidak pernah mengurangi distribusi. Yang terjadi saat ini, tegas dia, adalah kuota yang ditetapkan pemerintah pusat ke daerah yang berkurang.

Akibatnya, Pertamina tidak bisa menyalurkan BBM bersubsidi di atas kuota yang ditetapkan tersebut. Robert melanjutkan, terjadinya pembatalan kenaikan harga BBM pada awal April lalu, juga memicu beragam spekulasi di lapangan, salah satunya konsumen mengalami panic buying sehingga berlomba-lomba membeli BBM dalam jumlah banyak.

Selain itu, kelangkaan BBM juga disebabkan banyaknya pengerit dan pengecer. Di mana, aksi dua kegiatan tersebut sangat merugikan masyarakat. Apalagi, dalam satu hari pengerit dan pengecer dapat membeli BBM dalam jumlah ribuan liter, dengan cara memodifikasi tangki minyak kendaraannya.

“Kalau terjadi kecurangan yang di lapangan, kita tidak dapat memberikan tindakan. Karena Pertamina hanya menyalurkan BBM, sedangkan penindakan dilakukan oleh polisi. Tapi, saat ini kita telah melakukan pengetatan suplai BBM bersubsidi. Selain itu, kita juga sudah berkoordinasi dengan pemda agar mobil dinas pakai pertamax,” tukasnya.

Sementara itu, menyusul kelangkaan BBM di wilayah Sumsel, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel berencana memangil PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran (UPms) II Sumbagsel. Pemanggilan tersebut bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya kelangkaan BBM.

“Kita sudah mengetahui dan memantau adanya informasi kelangkaan BBM di sejumlah daerah di Sumsel,” ujar Asisten II Pemprov Sumsel Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Eddy Hermanto.

Selain bertemu dengan PT Pertamina, pihaknya juga akan melakukan pertemuan dengan BP Migas, pejabat kabupaten/kota, dan dinas/instansi terkait. “Kita akan minta penjelasan, apa sebab terjadi kelangkaan BBM di beberapa daerah di Sumsel. Apakah minyaknya yang kurang, atau karena masyarakat beli lebih dari biasanya,” katanya.

Dia mengaku, pihaknya sudah menyiapkan surat undangan ke SKPD di masing-masing kabupaten/kota untuk mendata alokasi BBM di daerah masing-masing, apakah distribusinya sudah sesuai kuota atau tidak. ”Dengan data yang masuk ini, kita bisa konfirmasi ke Pertamina. Apa benarf begini, dan kenapa bisa terjadi begini,” tuturnya.

Sejauh ini, lanjut Eddy, Pemprov Sumsel belum bisa mengambil langkah lebih lanjut untuk menuntaskan persoalan kelangkaan BBM ini. Sebab, pihaknya belum mengetahui secara pasti indikasi dari kelangkaan tersebut. ”Karena itu, kita akan dengarkan dulu apa penjelasan dari pihak Pertamina,” tukasnya.

Terpisah, Wali Kota Palembang H Eddy Santana Putra mengaku belum menerima laporan detail terkait kekosongan stok BBM di sejumlah SPBU dalam Kota Palembang.

Namun demikian, pihaknya dalam waktu dekat berencana melakukan pemanggilan terhadap pertamina. Respon itu dilakukan mengantisipasi kelangkaan yang semakin parah.

“Masalah ini akan dibahas dengan pihak terkait agar ada kejelasan. Akan diagendakan untuk pertemuan dengan Pertamina,” ungkapnya seraya menambahkan, jika pertamina menerapkan bijakan pembatasan BBM hingga terjadi kelangkaan, masyarakat perlu mengetahui alasannya.

Seperti diketahui, Kelangkaan BBM di Kota Palembang hingga kemarin, bertambah parah. Akibatnya tak sedikit pemilik kendaraan roda empat dan roda dua memilih beralih menggunakan motor bahkan sepeda, untuk tetap dapat melakukan aktivitas.

Seperti dituturkan Yeni Putriana, 33, warga Sukarame, Palembang. Wanita yang sehari-harinya bekerja sebagai marketing ini terpaksa menggunakan motor, karena tak dapat mengisi BBM untuk mobilnya.

“SPBU kosong galo, dari KM-10, KM-7, depan Korem sampe SPBU Romi Herton abis stok. Jadi aku bingung nak muter kemano. Dari pado bensin mobil aku keburu abes, aku balek bae, laju makek motor begawe hari ini,” kata ibu dua anak ini.

Menurut Yeni, kelangkaan BBM jelas sangat menyulitkan dirinya sebagai wanita karir. Selain itu,kesulitan mendapatkan BBM ini praktis menganggu aktivitas warga.

Karena, kalau pun BBM tersedia antrean pembeli sangat panjang. Sebagai penyedia BBM, ujar dia, Pertamina harusnya bertanggungjawab dengan kelangkaan ini. “Pengecer memang banyak, tapi dak mungkin kami beli untuk isi mobil. Hargonyo di pengecer bae lah tinggi nian sampe Rp7.000. Makonyo pake motor inilah,” ujarnya.

Bukan hanya Yeni, kondisi serupa juga dialami Ajju, 35, warga Sukarame. Dia yang sehari-harinya pergi bekerja di bengkel di kawasan KM-7, kemarin terpaksa beralih menggunakan sepeda. Padahal, sehari-harinya dia berangkat kerja menggunakan sepeda motor. Namun, karena bensin motornya habis dan kesulitan mencari di SPBU, dia pun memilih pulang kembali ke rumahnya dan menggunakan sepeda. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1207 seconds (0.1#10.140)