Indofarma bangun pabrik baru
A
A
A
Sindonews.com - PT Indofarma Tbk (INAF) akan membangun pabrik obat guna memenuhi kebutuhan nasional setelah diterapkannya Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 2014. Pabrik obat tablet senilai Rp100 miliar ini rencananya akan selesai awal kuartal I/2013.
Direktur Utama Indofarma Djafaruddin Junus mengatakan,kebutuhan obat nasional setelah beroperasinya BPJS diperkirakan mencapai 10 miliar tablet. “BPJS membutuhkan tiga kali kebutuhan obat nasional. Sekarang sekitar 3 miliar tablet. Pada 2014 meningkat menjadi 10 miliar,” kata dia di Jakarta, kemarin.
Lebih lanjut Djafaruddin menjelaskan, pembangunan pabrik untuk memenuhi sekitar 50% dari kebutuhan obat nasional pada 2014 atau sekitar 5 miliar tablet per tahun. Kapasitas produksi obat generik perseroan saat ini sekitar 2,5 miliar per tahun.Pabrik tersebut akan dibangun di kawasan industri Cibitung, Bekasi, Jawa Barat.
Konstruksi awal pembangunan akan dimulai bulan Juni atau Juli. Adapun, pendanaan investasi pembangunan pabrik senilai Rp100 miliar berasal dari komitmen kredit Bank Mandiri.
Direktur Riset dan Pemasaran Indofarma Elfiano Rizaldi menambahkan, perseroan pada tahun ini akan memasok produk obat generik kepada jaringan apotek Viva Generik. Rencananya, perseroan pada tahap awal akan memasok ke tujuh apotek, dengan target sekitar 25 apotek di Jawa Tengah.
“Pertama, dimulai di Semarang karena mitra kita di sana. Kita hanya menyuplai obat, sedangkan investasi, mitra kita yang mengeluarkan,” ujarnya.
Setelah Jawa Tengah, Elfiano menuturkan,kerja sama dengan mitra lokal tersebut akan dikembangkan ke Jawa Timur. Targetnya, pada 3–5 tahun mendatang, jumlah jaringan apotek Viva Generik mencapai 1.000 unit di seluruh Indonesia.
Di samping fokus mengembangkan dan memasarkan produknya di dalam negeri, perseroan sedang menjajaki negara tujuan ekspor baru. Menurut Elfiano, perseroan telah memasukkan registrasi produk obat ke Kamboja dan Vietnam, sehingga diharapkan ekspor sudah bisa dilakukan pada tahun depan.
Pada tahap awal nilai ekspor ke negara tersebut masing-masing sekitar USD500.000 atau setara Rp4,6 miliar. “Target nilai ekspor kita tahun ini sebesar Rp30 miliar, tapi belum termasuk dua negara tersebut,” ungkapnya.
Sementara, pada tahun lalu nilai ekspor produk obat perseroan mencapai USD2,4 juta atau sekitar Rp22,04 miliar. Alasan perseroan masuk ke Vietnam dan Kamboja, yaitu belum adanya BUMN farmasi Indonesia yang masuk ke negara tersebut.
Selain itu, kondisi ekonomi kedua negara yang sedang tumbuh dinilai potensial sebagai pasar ekspor. Indofarma juga berniat menjajaki ekspor ke Myanmar pada tahun ini. Selain tiga negara Asia, perseroan akan melakukan penjajakan untuk masuk ke Kazakstan. (bro)
()