Obligasi Rekap-BI: Pembelian tergantung Yield
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan akan membeli obligasi rekapitalisasi yang dapat diperdagangkan (available for sale/AFS) dari perbankan jika penawaran yield dan harga yang ditawarkan cocok.
Kepala Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo mengatakan, selama ini BI selalu melakukan pembelian di pasar sekunder. Meskipun tidak menyebutkan jumlahnya, Perry menyebut bahwa intensitas pembelian yang dilakukan BI belakangan memang tidak terlalu besar.
“Kita selama ini beli obligasi di pasar sekunder ada yield-nya dan harganya mengikuti pasar. Saya tidak bisa mengatakan berapa. Variable rate bukan masalah risiko, itu kan obligasi pemerintah. Itu masalah harga cocok atau tidak,” ujarnya kepada wartawan akhir pekan lalu.
Menurut Perry, saat ini permasalahan obligasi rekap terjadi antara bank dan Kementerian Keuangan. Dari sisi BI, permasalahannya cuma soal pricing, meskipun Perry tidak menyebutkan berapa yield yang sebenarnya diinginkan BI.
Dia menambahkan, BI bersama Kementerian Keuangan juga tengah menuntaskan konversi surat utang pemerintah eks Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) agar dapat diperdagangkan. Saat ini prosesnya sudah memasuki tahap akhir dan dalam beberapa waktu ke depan akan ada pertemuan antara Gubernur BI dan Kementerian Keuangan.
“Soal buy backitu juga perlu dibicarakan dengan Kementerian Keuangan. Kalau dari BI,cocok atau tidak harganya,” tutur Perry.
Sebelumnya Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Pahala N Mansyuri menyatakan, mengkaji tiga opsi sekaligus untuk mengatasi beban akibat obligasi rekap. Beban yang harus ditanggung oleh BUMN tersebut mencapai Rp13 triliun per tahun. Perseroan berniat melepas obligasi berstatus available for sale (AFS) sebesar Rp54 triliun.
Perseroan ingin menjualnya oleh karena yield terus menurun sebab referensi penghitungan bunga berubah dari SBI 3 bulan menjadi SPN 3 bulan. Akibat perubahan ini, yield obligasi rekapitalisasi Mandiri hanya 3 persen, dari sebelumnya di atas 6 persen.
Selain Mandiri, bank perseroan yang memiliki obligasi rekap adalah BTN yaitu sebesar Rp6–7 triliun, BRI sekitar Rp8 triliun, dan obligasi rekapitalisasi milik BNI sebesar Rp16,57 triliun. (bro)
()