Produk Syariah masih minim
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) menilai produk syariah di Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain. Ini dikarenakan jenis produk syariah di Indonesia baru ada 18, sedangkan secara global mencapai 46 jenis.
“Minimnya produk tersebut bukan karena perbankan syariah tidak berkembang,namun karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap produk syariah masih rendah. Masyarakat masih belum peduli terhadap produk syariah,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia Edy Setiadi di Bandung, Selasa (8/5/2012) malam.
Edy mengatakan, minimnya produk syariah juga dikarenakan tidak semua produk syariah global dapat diterapkan di Indonesia.
Dia mencontohkan, produk yang ada di Malaysia yaitu tawarruq yang diartikan sebagai seseorang yang membeli barang dengan kredit, namun dijualnya ke orang lain secara tunai. Hal ini belum bisa diterapkan di Indonesia karena produk ini dinilai mengandung unsur spekulatif sehingga masih menjadi perdebatan. “Ini yang harus menjadi bahan acuan bagi perbankan syariah untuk mengembangkan produk syariah,” katanya.
Dalam pengembangannya diharapkan, perbankan syariah dapat menciptakan produk orisinal yang mampu bersaing dengan produk konvensional. BI pun telah membentuk tim yang bertugas mengembangkan produk-produk syariah, terdiri dari bankir perbankan syariah yang memiliki inovasi dalam pengembangan produk.
“Tim tersebut akan mengundang pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat sebuah produk baru yang orisinal dan dapat dipakai seluruh perbankan syariah di Indonesia,” jelas dia. Produk ini tidak harus memiliki nama yang sama di setiap bank, kata Edy, namun yang penting konsepnya sama dengan tujuan yang serupa. “Jadi,nantinya produk syariah tidak harus terus mengekor produk yang berasal dari konvensional,” tutur Edy.
Menurut Edy, produk syariah yang saat ini populer di masyarakat Indonesia adalah produk murabahah, musyarakah, dan mudharabah. Total penjualan produk sebesar Rp109 triliun hingga akhir kuartal pertama,murabahah berkontribusi sekitar Rp61,4 triliun serta musyarakah dan mudharabah memiliki porsi masingmasing sekitar Rp31 triliun. Tahun lalu produk ijarah dan qardh sempat menjadi incaran nasabah, perkembangan keduanya mencapai 80 persen.
Namun, produk qardhtahun ini mengalami penurunan karena terdapat aturan Bank Indonesia yang membatasi jumlah maksimal gadai emas. Sementara, tahun lalu produk qardh berkembang 79 persen. Namun, pada kuartal pertama turun 11 persen bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu. “Nilainya turun dari Rp13 triliun menjadi Rp11,4 triliun,” jelas Edy.
Direktur Utama Bank syariah Mandiri (BSM) Yuslam Fauzi mengatakan, pihaknya saat ini tengah menunggu keputusan Bank Indonesia terkait produk baru yang diajukan yaitu interest during plantation. Produk ini diharapkan dapat digunakan di sektor pertanian untuk membantu para petani mendapatkan pembiayaan selama masa tanam. “Kami sudah mengajukan kepada BI dan tinggal menunggu hasilnya,” kata Yuslam. (bro)
()