Eksplorasi minyak pikirkan dampak sosial

Rabu, 09 Mei 2012 - 11:22 WIB
Eksplorasi minyak pikirkan...
Eksplorasi minyak pikirkan dampak sosial
A A A
Sindonews.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah diminta untuk tidak terlalu gegabah dalam mengundang investor pertambangan, seperti halnya rencana eksplorasi minyak di Kabupaten Pati.

Sikap hati-hati penting karena kegiatan pertambangan memiliki dampak sosial yang sangat kompleks. Pengamat Ekonomi dari Unika Soegijapranata Andreas Lako mengatakan, setiap kegiatan pertambangan pasti nantinya akan memiliki dampak sosial yang sangat merugikan masyarakat, seperti halnya kejadian lumpur Lapindo di Jawa Timur.

“Saya berharap pemprov tidak terlalu bernafsu dalam memberikan perizinan menyangkut kegiatan pertambangan, seperti eksplorasi minyak,” katanya,kemarin.

Dia menilai Jateng termasuk wilayah yang jumlah penduduknya paling banyak jika dibandingkan Jawa Barat dan Jawa Timur. Banyaknya penduduk itu perlu menjadi pertimbangan investor untuk melakukan eksplorasi minyak. Menurutnya, kegiatan investasi seperti pengeboran minyak memang memiliki dampak ekonomi yang juga bisa dinikmati masyarakat. Namun baginya investasi ini lebih banyak merugikan masyarakat.

“Itu hanya akan memiskinkan masyarakat, keuntungan yang didapat tidak sebanding dengan kerugian yang akan ditimbulkan di kemudian hari. Karena dampak sosial itu akan muncul dalam jangka waktu yang sangat lama,”terangnya. Dia mengakui potensi pertambangan khususnya minyakdi Jateng cukup besar.

Namun dia berharap potensi itu tidak dieksploitasi secara besar-besaran. Sebelumnya Gubernur Jateng Bibit Waluyo mendorong investor untuk melakukan kegiatan eksplorasi minyak di Jateng.

Badan Pengelola Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) juga sedang mengincar potensi minyak bumi di wilayah Kabupaten Pati. Gubernur mengaku tidak masalah jika kegiatan yang dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk eksplorasi minyak.

“Apa saja manfaat bagi masyarakat, jelas nanti pasti akan ada CSR (corporate social responsibility), penyerapan tenaga kerja dari kegiatan itu,” imbuh Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng,Teguh Dwi Paryono.

Teguh menegaskan bahwa dari kegiatan produksi minyak pasti muncul multiplier effect ekonomi yang akan dinikmati masyarakat. Soal dampak sosial atas kegiatan tersebut,Teguh berdalain saat ini kegiatan penambangan di Pati baru tahap eksplorasi dan belum sampai pada eksploitasi.“Yang pasti nanti ada kajian lingkungannya seperti amdal dan dokumen pendukung lainnya jika sudah masuk eksploitasi dan produksi,” jelasnya.

Untuk izin amdal akan ditangani langsung oleh BP Migas dengan tetap harus ada rekomendasi dari Pemprov Jateng. “Sekarang amdalnya belum ada dan memang belum diajukan. Jadi masih butuh waktu lama hingga menuju kegiatan produksi (minyak),” tambahnya. Kepala ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan, investasi harus terus didorong untuk menyokong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada kuartal II tahun ini.

Kinerja ekspor yang selama ini menjadi salah satu motor pertumbuhan diyakini belum bisa optimal. Destry menjelaskan,sektor investasi yang kemungkinan masih bisa tumbuh tinggi pada kuartal II di antaranya manufaktur terutama industri automotif, ritel, telekomunikasi, sektor transportasi. Ada beberapa prinsipal seperti di Jepang dan China yang mau membuat pabrik dengan basis di Indonesia. “Sektor transportasi dan telekomunikasi juga masih menarik karena konsumsi domestiknya yang baik,” katanya kepada SINDO, kemarin.

Pernyataan Destry merespons pertumbuhan ekonomi Indonesia selama triwulan I/2012 yang hanya mencapai 6,3 persen, lebih rendah dari harapan pemerintah sebesar 6,5 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang sumbangannya mulai menipis.

Kondisi tersebut disebabkan oleh perlambatan ekonomi global, terutama yang melanda negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, melemahnya kinerja ekspor triwulan I/2012 disebabkan melemahnya permintaan ekspor dunia.

Hal tersebut ikut menyebabkan melemahnya permintaan negara-negara mitra dagang utama Indonesia terhadap ekspor barang-barang nonmigas. “Melemahnya ekspor juga dialami China,Korsel, Jepang, dan Brasil,” kata Bayu di kantornya, kemarin.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1801 seconds (0.1#10.140)