Sulsel didorong terapkan industrialisasi rumput laut

Selasa, 15 Mei 2012 - 17:37 WIB
Sulsel didorong terapkan...
Sulsel didorong terapkan industrialisasi rumput laut
A A A
Sindonews.com – Sebagai penghasil rumput laut terbesar di Indonesia dengan kontribusi 1,4 juta ton produksi 2011 dari 4,3 juta ton secara nasional, Sulawesi Selatan (Sulsel) diharapkan mampu menerapkan industrialisasi rumput laut agar memiliki nilai ekspor jauh lebih tinggi dari rumput laut kering.

“Selama ini, volume ekspor rumput laut Sulsel bahkan nasional masih didominasi rumput laut kering tanpa olahan, kita berharap naik satu langkah menjadi bahan setengah jadi atau ATC (alkaline treated cottonii),” ujar Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut P Hutagalung ketika ditemui di Grand Clarion Hotel Makassar, Selasa (15/5/12).

Selain mendorong adanya sentra produksi bahan setengah jadi untuk di ekspor, lebih jauh kedepan lagi, dia mengharapkan rumput laut Sulsel bisa mengelolah karaginan. Selama ini menurut Suat hanya ada sebagian kecil industri rumput laut di Indonesia yang memproduksi Semi Refine Carrageenan (SDC) dan Refine Carrageenan (RC).

“Padahal kebutuhan pasar akan karaginan sudah semakin tinggi, produsen bahan makanan di Indonesia malah mengimpor karaginan dari China, Malaysia, Kanada, Jerman dan beberapa lagi yang lain, padahal Indonesia adalah penghasil rumput laut, terutama Sulsel ini,” kata dia.

Walau tidak menyebut angka pasti kebutuhan karaginan di Indonesia, karena Kementerian Kelautan dan Perikanan masih sedang dalam proses penghitungan, namun Suat mengaku kebutuhan tersebut telah menjadi keharusan bagi sejumlah industri pengolahan makanan.

Saat menghadiri pertemuan koordinasi dan sosialisasi pengembangan industry rumput laut di Sulsel khususnya kabupaten Jeneponto dan Takalar kemarin, Saut membawa serta beberapa investor dan calon investor industry rumput laut dari Medan dan Surabaya yang kedepannya akan membuka sentra produksi ATC di Jeneponto.

Menurut Suat, perencanaan industrialisasi rumput laut memang tidak akan memakan waktu singkat. Tahap demi tahap akan ditempuh. “Boleh jadi pertama-tama, kita akan mengelola 20 persen hasil rumput laut menjadi ATC, sisanya kita ekspor, tetapi semakin kedepan akan semakin besar hingga seluruhnya telah jadi ATC lalu di ekspor,” ujarnya.

Niat Kementerian Kelautan dan Perikanan menciptakan industri rumput laut mendapat sambutan baik dari Ketua Assosiasi Petani dan Pengelola Rumput Laut Indonesia (Aspperli) Sulsel Arman Arfah. Namun dia berharap, peran serta industri swasta akan lebih banyak dilibatkan.

“Saya masih kuran yakin ekspor hasil olahan rumput laut kedepan akan besar, karena negara-negara tujuan ekspor memang membutuhkan rumput laut kering atau mentah, walau begitu, saya tetap mendukung adanya industrialisasi, namun ideal produksinya nanti 50% hasil olahan dan 50 persen bahan mentah,” katanya ketika dihubungi terpisah.

Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun ini menargetkan produksi rumput laut nasional meningkat jadi 5,1 juta ton per tahun, dan naik menjadi 10 juta ton di 2014 mendatang. Selain di Sulsel yakni di Jeneponto dan Takalar, Sumbawa, Parigi Moutong dan Minahasa Utara juga didorong agar menciptakan industrialisasi rumput laut.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6661 seconds (0.1#10.140)