Harga kedelai di Ciamis terus melonjak
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah perajin tahu basah di wilayah Kabupaten Ciamis mengeluhkan kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu yang mencapai Rp8.000 per kilogram.
Ewon Salwan, perajin tahu di Linggamanik, Desa Panyingkiran, Kecamatan Ciamis mengeluhkan, terus merangkaknya harga bahan baku kedelai untuk pembuatan tahu.
Menurut Ewon, harga kedelai semula hanya berkisar Rp5.500 dalam beberapa pekan, naik menjadi Rp6.000. Tidak hanya itu, harga kedelai hampir tiap dua minggu terus naik menjadi Rp6.500 sampai Rp7.000 dalam dua pekan terakhir. ”Sekarang ternyata sudah naik lagi Rp1.100 dari harga sebelumnya,” kata Ewon, kemarin.
Ewon menyebutkan, kenaikan harga kedelai mulai dirasakan sejak awal April lalu. Saat di tingkat pusat ramai direncanakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Untuk menghindari rugi berkepanjangan, lanjut Ewon, pihaknya terpaksa mengeluarkan kebijakan baru kepada pekerja yakni memangkas Rp2.000 untuk satu cetakan.
”Dengan diberlakukan kebijakan itu, semua pekerja mengeluh. Tapi kalau saya tidak melakukan itu setiap hari,saya terus merugi. Saya berharap harga kedelai segera turun supaya tidak gulung tikar,” harap dia.
Senada, Akim Sarkim yang juga perajin tahu mengaku tidak berani memotong upah karyawan. Begitu juga menurunkan harga tahu bukan solusi terbaik. Menurut Akim, untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, pihaknya terpaksa mengurangi ukuran tahu.
”Dulu tahu dengan harga yang sama ukurannya lebih besar. Karena harga kedelai naik, ukurannya lebih diperkecil,” jelas Akim.
Erah, salah satu pemilik pabrik tahu, mengaku sudah mengusulkan untuk berhenti memproduksi tahu. Namun, suaminya tidak mengizinkan. (ank)
Ewon Salwan, perajin tahu di Linggamanik, Desa Panyingkiran, Kecamatan Ciamis mengeluhkan, terus merangkaknya harga bahan baku kedelai untuk pembuatan tahu.
Menurut Ewon, harga kedelai semula hanya berkisar Rp5.500 dalam beberapa pekan, naik menjadi Rp6.000. Tidak hanya itu, harga kedelai hampir tiap dua minggu terus naik menjadi Rp6.500 sampai Rp7.000 dalam dua pekan terakhir. ”Sekarang ternyata sudah naik lagi Rp1.100 dari harga sebelumnya,” kata Ewon, kemarin.
Ewon menyebutkan, kenaikan harga kedelai mulai dirasakan sejak awal April lalu. Saat di tingkat pusat ramai direncanakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Untuk menghindari rugi berkepanjangan, lanjut Ewon, pihaknya terpaksa mengeluarkan kebijakan baru kepada pekerja yakni memangkas Rp2.000 untuk satu cetakan.
”Dengan diberlakukan kebijakan itu, semua pekerja mengeluh. Tapi kalau saya tidak melakukan itu setiap hari,saya terus merugi. Saya berharap harga kedelai segera turun supaya tidak gulung tikar,” harap dia.
Senada, Akim Sarkim yang juga perajin tahu mengaku tidak berani memotong upah karyawan. Begitu juga menurunkan harga tahu bukan solusi terbaik. Menurut Akim, untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, pihaknya terpaksa mengurangi ukuran tahu.
”Dulu tahu dengan harga yang sama ukurannya lebih besar. Karena harga kedelai naik, ukurannya lebih diperkecil,” jelas Akim.
Erah, salah satu pemilik pabrik tahu, mengaku sudah mengusulkan untuk berhenti memproduksi tahu. Namun, suaminya tidak mengizinkan. (ank)
()