Ritel Jabar targetkan pertumbuhan 15%
A
A
A
Sindonews.com – Pengusaha ritel Jawa Barat menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 15 persen pada triwulan II/2012. Penjualan ritel pada triwulan I/2012 sedikit melambat akibat melemahnya tingkat konsumsi masyarakat.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jabar Hendri Hendarta mengakui, penjualan sektor ritel di Jabar pada triwulan I/2012 mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnya. Penjualan pada triwulan tersebut, tercatat tumbuh 10 persen dari ekspektasi penjualan ritel sebesar 15 persen.
“Perlambatan penjualan ritel nyaris terjadi untuk semua komoditi. Seperti makanan, busana, dan kebutuhan rumah tangga,” jelas Hendri Hendarta di Bandung,kemarin.
Dia mengakui, persaingan bisnis pada sektor tersebut menjadi salah satu penyebab melambatnya penjualan ritel, ditengah melambatnya daya beli masyarakat Jabar. Namun demikian, Hendri memperkirakan, belanja masyarakat pada sektor perdagangan ritel akan kembali membaik pada triwulan II/2012. Hendri mencatat, penjualan ritel mulai meningkat sejak April lalu.Kondisi tersebut, diyakini Hendri akan terus bertahan hingga bulan Agustus atau musim Lebaran.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) Bandung mencatat perlambatan pada konsumsi rumah tangga di Jabar pada triwulan I/2012. Perlambatan tersebut berpengaruh terhadap laju perekonomian Jabar pada periode tersebut.Menurut laporan BI Bandung, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya sebesar 5,5 persen (yoy). Sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV/2011 sebesar 5,9 persen.
Penurunan itu, terjadi pada beberapa komoditi makanan dan bukan makanan. Serta pendapatan rumah tangga yang menunjukkan adanya penurunan. Menurut dia, tingginya tingkat inflasi dan menurunnya pendapatan berpengaruh kepada daya beli masyarakat dan pada akhirnya berdampak pada tingkat konsumsinya.
“Melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terlihat pada penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) meniadi pada level 98,4 atau lebih rendah jika dibandingkan dengan keyakinan konsumen pada triwulan IV/2011 yang mencapai 103,6,” jelas Kepala BI Bandung Lucky Fathul Aziz Hadibrata. Lucky mengatakan, angka indeks di bawah 100, menunjukkan sikap pesimis dari konsumen dalam melakukan aktivitas konsumsi.
Salah satu penyebabnya yaitu prediksi bahwa kondisi perekonomian Jabar selama enam bulan ke depan akan menurun.Kondisi tersebut di dorong oleh menurunnya tingkat pendapatan masyarakat, dari 120,5 menjadi 110 pada triwulan I/2012. Masalah lainnya, yaitu ketersediaan lapangan pekerjaan yang diyakini turun dari 92,8 pada triwulan IV/2011 menjadi 82,1 pada triwulan I/2012.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jabar Hendri Hendarta mengakui, penjualan sektor ritel di Jabar pada triwulan I/2012 mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnya. Penjualan pada triwulan tersebut, tercatat tumbuh 10 persen dari ekspektasi penjualan ritel sebesar 15 persen.
“Perlambatan penjualan ritel nyaris terjadi untuk semua komoditi. Seperti makanan, busana, dan kebutuhan rumah tangga,” jelas Hendri Hendarta di Bandung,kemarin.
Dia mengakui, persaingan bisnis pada sektor tersebut menjadi salah satu penyebab melambatnya penjualan ritel, ditengah melambatnya daya beli masyarakat Jabar. Namun demikian, Hendri memperkirakan, belanja masyarakat pada sektor perdagangan ritel akan kembali membaik pada triwulan II/2012. Hendri mencatat, penjualan ritel mulai meningkat sejak April lalu.Kondisi tersebut, diyakini Hendri akan terus bertahan hingga bulan Agustus atau musim Lebaran.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) Bandung mencatat perlambatan pada konsumsi rumah tangga di Jabar pada triwulan I/2012. Perlambatan tersebut berpengaruh terhadap laju perekonomian Jabar pada periode tersebut.Menurut laporan BI Bandung, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya sebesar 5,5 persen (yoy). Sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV/2011 sebesar 5,9 persen.
Penurunan itu, terjadi pada beberapa komoditi makanan dan bukan makanan. Serta pendapatan rumah tangga yang menunjukkan adanya penurunan. Menurut dia, tingginya tingkat inflasi dan menurunnya pendapatan berpengaruh kepada daya beli masyarakat dan pada akhirnya berdampak pada tingkat konsumsinya.
“Melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terlihat pada penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) meniadi pada level 98,4 atau lebih rendah jika dibandingkan dengan keyakinan konsumen pada triwulan IV/2011 yang mencapai 103,6,” jelas Kepala BI Bandung Lucky Fathul Aziz Hadibrata. Lucky mengatakan, angka indeks di bawah 100, menunjukkan sikap pesimis dari konsumen dalam melakukan aktivitas konsumsi.
Salah satu penyebabnya yaitu prediksi bahwa kondisi perekonomian Jabar selama enam bulan ke depan akan menurun.Kondisi tersebut di dorong oleh menurunnya tingkat pendapatan masyarakat, dari 120,5 menjadi 110 pada triwulan I/2012. Masalah lainnya, yaitu ketersediaan lapangan pekerjaan yang diyakini turun dari 92,8 pada triwulan IV/2011 menjadi 82,1 pada triwulan I/2012.
()