Kedelai naik, pengusaha tahu perkecil ukuran
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan pengusaha tahu lamping di Kelurahan Cigadung, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan mengeluhkan melonjaknya harga kacang kedelai. Saat ini, harga kacang kedelai mencapai Rp7.000/kg dari harga sebelumnya yang hanya Rp5.500/kg.
Seorang pengusaha tahu khas Kuningan, Oki, 48, mengaku melonjaknya harga kacang kedelai membuat usahanya mengalami kemunduran. Bahkan, untuk menghindari kerugian, dirinya terpaksa memperkecil ukuran tahu dari biasanya.
”Yang pasti keuntungan yang diperoleh berkurang karena lebih banyak modal yang digunakan untuk membeli kedelai, sedangkan harga jual tetap,” kata Oki, kemarin.
Dia menyebutkan, usahanya untuk memproduksi tahu memerlukan 70 kg kedelai per hari. Kebutuhan itu tidak bisa memenuhi kebutuhan jika adonan tahu tetap diberlakukan dengan ukuran normal yakni 50x50 cm. ”Sekarang ukuran 50x50 itu dibagi menjadi 14 garis dari sebelumnya 13 garis,” tegas dia.
Oki mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk meminimalisasi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai tersebut. Apalagi tahu buatannya hanya dijual seharga Rp150 per buah kepada para pedagang di pasar untukdijuallagike masyarakat.
”Kalau saya naikkan harganya Rp50 saja, dipastikan tidak ada yang mau beli. Apalagi jumlah pabrik tahu sudah mencapai 500 sekarang. Solusinya hanya memperkecil ukuran dan menunggu harga kedelai normal lagi,” kata Oki.
Hal serupa juga diungkapkan pengusaha tahu lain, Momon, 43, yang mengurangi produksi tahunya karena kesulitan modal untuk membeli kedelai. ”Saya hanya mampu beli 60 kg kedelai perhari dari sebelumnya bisa mencapai 100 kg. Yang penting usaha tetap jalan hingga menunggu harga kembali normal dan bisa beroperasi maksimal lagi,” kata Momon. (ank)
Seorang pengusaha tahu khas Kuningan, Oki, 48, mengaku melonjaknya harga kacang kedelai membuat usahanya mengalami kemunduran. Bahkan, untuk menghindari kerugian, dirinya terpaksa memperkecil ukuran tahu dari biasanya.
”Yang pasti keuntungan yang diperoleh berkurang karena lebih banyak modal yang digunakan untuk membeli kedelai, sedangkan harga jual tetap,” kata Oki, kemarin.
Dia menyebutkan, usahanya untuk memproduksi tahu memerlukan 70 kg kedelai per hari. Kebutuhan itu tidak bisa memenuhi kebutuhan jika adonan tahu tetap diberlakukan dengan ukuran normal yakni 50x50 cm. ”Sekarang ukuran 50x50 itu dibagi menjadi 14 garis dari sebelumnya 13 garis,” tegas dia.
Oki mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk meminimalisasi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai tersebut. Apalagi tahu buatannya hanya dijual seharga Rp150 per buah kepada para pedagang di pasar untukdijuallagike masyarakat.
”Kalau saya naikkan harganya Rp50 saja, dipastikan tidak ada yang mau beli. Apalagi jumlah pabrik tahu sudah mencapai 500 sekarang. Solusinya hanya memperkecil ukuran dan menunggu harga kedelai normal lagi,” kata Oki.
Hal serupa juga diungkapkan pengusaha tahu lain, Momon, 43, yang mengurangi produksi tahunya karena kesulitan modal untuk membeli kedelai. ”Saya hanya mampu beli 60 kg kedelai perhari dari sebelumnya bisa mencapai 100 kg. Yang penting usaha tetap jalan hingga menunggu harga kembali normal dan bisa beroperasi maksimal lagi,” kata Momon. (ank)
()