Akses perbankan harus diperluas
A
A
A
Sindonews.com – Nielsen Indonesia mengungkapkan, kepemilikan rekening tabungan di Indonesia naik 32 persen menjadi 9,8 juta nasabah, sejak 2008 hingga kuartal I/2012.
Meski demikian, penetrasi masyarakat berbank dinilai masih rendah. Bank dituntut untuk meningkatkan akses kepada nasabah. Director for Financial Services at Nielsen Indonesia Dena Firmayuansyah mengatakan, dari survei yang dilakukan Nielsen Indonesia dari 14 kota besar di Indonesia terhadap 14 ribu responden, Nielsen mencari tahu alasan masyarakat menabung di bank.
”Dari survei yang kami lakukan di 14 kota terhadap 14 ribu responden, penetrasi akun tabungan terjadi pada satu dari lima konsumen. Penetrasi terbesar terjadi di empat kota besar di Pulau Jawa,” ujar Dena di sela-sela ”Nielsen Press Club May 2012 tentang Perkembangan Konsumen Perbankan di Indonesia” di Jakarta, kemarin. Dari sejumlah kota, Yogyakarta merupakan yang terbesar jumlah penabungnya.
Menurut Dena, 40 persen konsumen mengklaim memiliki akun tabungan, diikuti oleh konsumen di Jakarta (35 persen), Semarang (33 persen), dan Surabaya (31 persen). Keempat belas kota yang disurvei tersebut mencakup sembilan kota besar dan lima wilayah di sekitar Jawa. Survey Nielsen juga mengungkapkan ada dua hal utama yang membuat konsumen memilih suatu bank, yakni keamanan dan aksesibilitas. Untuk faktor yang kedua, mencakup jumlah bank, jumlah ATM, dan kestrategisan lokasi.
Tiga dari empat konsumen (76 persen) menyatakan,keamanan merupakan faktor utama ketika memilih bank. Banyak cabang dan ATM mengikuti di tempat kedua dan ketiga dengan masing-masing 61 persen dan 52 persen.”Konsumen menganggap kedua faktor ini adalah yang terpenting,”kata dia. Menurut dia, dikarenakan faktor aksesibilitas membutuhkan investasi yang besar, bank perlu kreatif dalam kegiatan pemasaran dan pencitraan.
Ini perlu untuk menjaga kuatnya persepsi konsumen terhadap aksesibilitas dari bank mereka. Nielsen juga menggunakan analisa derivate/emotive importance. Analisa ini memberikan faktor ”tak sadar” konsumen yang mendorong pemilihan sebuah brand. ”Selain faktor keamanan, ATM yang banyak,cabang banyak.Tapi setelah dilihat dengan analisa derivate, ternyata lokasi strategis itu penting, gampang untuk dijangkau,” ungkapnya.
Menanggapi masalah aksesibilitas, Dena juga menyoroti layanan internet banking.Menurut dia, layanan ini terbuka luas untuk dikembangkan mengingat masih minimnya nasabah yang memanfaatkan layanan online ini. Dena mengatakan, dari penetrasi internet pada 2011 sebesar 26 persen hanya 7 persen yang menggunakan internet untuk layanan perbankan. ”Internet banking itu penting sekali karena memuat aspek aksesibilitas yang memang dibutuhkan oleh nasabah,”katanya.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Nielsen, penetrasi internet dan ponsel terus tumbuh sejak 2008. Nielsen mencatat, penetrasi ponsel 40 persen dan internet 15 persen pada 2008 di sembilan kota di Indonesia. Hingga kini penetrasi tersebut terus meningkat yaitu 60 persen ponsel dan 26 persen untuk internet. ”Namun kalau dilihat dari penggunaannya, penggunaan internet mayoritas bukan untuk internet banking, 92 persen menggunakan untuk pesan pribadi via situs jejaring sosial,” paparnya.
Dia mengatakan,konsumen membutuhkan aspek keamanan, kecepatan, dan carefulness dari perbankan. Sementara, konsumen juga menginginkan aspek praktis,nyaman,dan teknologi tinggi. Terpisah, Direktur Technology & Operation PermataBank Tim Utama mengatakan, penambahan cabang tetap penting. Namun,PermataBank sudah mengelola strategi networking yang dimiliki. ”Selain penambahan kinerja yang ada, saat bersamaan kita kelola jumlah cabang secara optimal dan tingkatkan akses e-channel,” kata dia.
Tim mengaku, dari peringkat 10 besar bank, Permata- Bank memiliki jumlah cabang yang paling rendah.Tercatat, hingga Maret 2012 perseroan memiliki 284 cabang,termasuk 11 cabang syariah dan 729 ATM.
Namun,Tim menilai, aksesibilitas perseroan dioptimalkan dengan jaringan ATM yang ada. ”Kita punya akses 40 ribu ATM, termasuk ATM bersama,kita punya akses langsung. Kami setuju ATM penting dan kita akan tingkatkan terus,” ungkapnya.
Meski demikian, penetrasi masyarakat berbank dinilai masih rendah. Bank dituntut untuk meningkatkan akses kepada nasabah. Director for Financial Services at Nielsen Indonesia Dena Firmayuansyah mengatakan, dari survei yang dilakukan Nielsen Indonesia dari 14 kota besar di Indonesia terhadap 14 ribu responden, Nielsen mencari tahu alasan masyarakat menabung di bank.
”Dari survei yang kami lakukan di 14 kota terhadap 14 ribu responden, penetrasi akun tabungan terjadi pada satu dari lima konsumen. Penetrasi terbesar terjadi di empat kota besar di Pulau Jawa,” ujar Dena di sela-sela ”Nielsen Press Club May 2012 tentang Perkembangan Konsumen Perbankan di Indonesia” di Jakarta, kemarin. Dari sejumlah kota, Yogyakarta merupakan yang terbesar jumlah penabungnya.
Menurut Dena, 40 persen konsumen mengklaim memiliki akun tabungan, diikuti oleh konsumen di Jakarta (35 persen), Semarang (33 persen), dan Surabaya (31 persen). Keempat belas kota yang disurvei tersebut mencakup sembilan kota besar dan lima wilayah di sekitar Jawa. Survey Nielsen juga mengungkapkan ada dua hal utama yang membuat konsumen memilih suatu bank, yakni keamanan dan aksesibilitas. Untuk faktor yang kedua, mencakup jumlah bank, jumlah ATM, dan kestrategisan lokasi.
Tiga dari empat konsumen (76 persen) menyatakan,keamanan merupakan faktor utama ketika memilih bank. Banyak cabang dan ATM mengikuti di tempat kedua dan ketiga dengan masing-masing 61 persen dan 52 persen.”Konsumen menganggap kedua faktor ini adalah yang terpenting,”kata dia. Menurut dia, dikarenakan faktor aksesibilitas membutuhkan investasi yang besar, bank perlu kreatif dalam kegiatan pemasaran dan pencitraan.
Ini perlu untuk menjaga kuatnya persepsi konsumen terhadap aksesibilitas dari bank mereka. Nielsen juga menggunakan analisa derivate/emotive importance. Analisa ini memberikan faktor ”tak sadar” konsumen yang mendorong pemilihan sebuah brand. ”Selain faktor keamanan, ATM yang banyak,cabang banyak.Tapi setelah dilihat dengan analisa derivate, ternyata lokasi strategis itu penting, gampang untuk dijangkau,” ungkapnya.
Menanggapi masalah aksesibilitas, Dena juga menyoroti layanan internet banking.Menurut dia, layanan ini terbuka luas untuk dikembangkan mengingat masih minimnya nasabah yang memanfaatkan layanan online ini. Dena mengatakan, dari penetrasi internet pada 2011 sebesar 26 persen hanya 7 persen yang menggunakan internet untuk layanan perbankan. ”Internet banking itu penting sekali karena memuat aspek aksesibilitas yang memang dibutuhkan oleh nasabah,”katanya.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Nielsen, penetrasi internet dan ponsel terus tumbuh sejak 2008. Nielsen mencatat, penetrasi ponsel 40 persen dan internet 15 persen pada 2008 di sembilan kota di Indonesia. Hingga kini penetrasi tersebut terus meningkat yaitu 60 persen ponsel dan 26 persen untuk internet. ”Namun kalau dilihat dari penggunaannya, penggunaan internet mayoritas bukan untuk internet banking, 92 persen menggunakan untuk pesan pribadi via situs jejaring sosial,” paparnya.
Dia mengatakan,konsumen membutuhkan aspek keamanan, kecepatan, dan carefulness dari perbankan. Sementara, konsumen juga menginginkan aspek praktis,nyaman,dan teknologi tinggi. Terpisah, Direktur Technology & Operation PermataBank Tim Utama mengatakan, penambahan cabang tetap penting. Namun,PermataBank sudah mengelola strategi networking yang dimiliki. ”Selain penambahan kinerja yang ada, saat bersamaan kita kelola jumlah cabang secara optimal dan tingkatkan akses e-channel,” kata dia.
Tim mengaku, dari peringkat 10 besar bank, Permata- Bank memiliki jumlah cabang yang paling rendah.Tercatat, hingga Maret 2012 perseroan memiliki 284 cabang,termasuk 11 cabang syariah dan 729 ATM.
Namun,Tim menilai, aksesibilitas perseroan dioptimalkan dengan jaringan ATM yang ada. ”Kita punya akses 40 ribu ATM, termasuk ATM bersama,kita punya akses langsung. Kami setuju ATM penting dan kita akan tingkatkan terus,” ungkapnya.
()