Investasi properti ke level terendah
A
A
A
Sindonews.com – Kondisi ekonomi akibat perbedaan pandangan antara para pemimpin di zona euro ternyata berdampak pada iklim investasi di sektor properti, khususnya pusat perbelanjaan dan pertokoan di kawasan Eropa.
Data terbaru yang dirilis perusahaan konsultan properti, CBRE Group, kemarin menyebutkan, investasi di sektor properti ritel pada kuartal I/2012 turun menjadi hanya 4,6 miliar euro (USD5,9 miliar) atau Rp54 triliun dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 12,6 miliar euro. Investasi pada kurun waktu Januari–Maret 2012 juga lebih kecil dibanding kuartal IV/2011 yang mencapai 9,3 miliar euro.
Menurut CBRE, data investasi terbaru itu merupakan level terendah sejak kebangkrutan Lehman Brothers pada 2008 silam. Rendahnya nilai investasi kuartal I/2012 menunjukkan bahwa pasar keuangan masuk ke jurang krisis. ”Pasar properti di Eropa terpukul dengan kondisi ekonomi saat ini yang penuh ketidakpastian,” kata Direktur Riset CBRE Michael Haddock seperti dikutip Reuters kemarin. Dia menambahkan, aktivitas investasi baru akan pulih meski dengan kualitas aset yang lebih rendah.
Hal ini didasarkan pada upaya perbaikan ekonomi yang masih belum terlihat hasilnya. Seperti diberitakan, krisis ekonomi Eropa hingga kini masih menghantui pasar saham global. Kondisi ini dipengaruhi perbedaan pandangan cara penyelesaian krisis di antara pemimpin utama Eropa yakni Jerman dan Prancis. Kondisi politik di Yunani juga masih belum stabil menyusul rencana pemilu ulang setelah parlemen di Negeri Dewa-Dewa mayoritas dikuasai kelompok antipenghematan.
Kebijakan ekonomi yang masih belum pasti ini mendorong para pemimpin Eropa untuk kembali mencari jalan keluar dengan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa yang dijadwalkan Rabu 23 Mei waktu Brussels, Belgia. KTT tersebut akan memfokuskan mengenai kemungkinan pembiayaan zona euro melalui penerbitan obligasi guna meringankan permasalahan utang yang sudah berlangsung selama dua tahun terakhir.
Malam sebelum KTT berlangsung, Presiden terpilih Prancis Francois Hollande mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Spanyol Mariano Rajoy untuk mendiskusikan kebijakan yang sejalan dengan Jerman. Seperti diketahui, mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy memiliki strategi bersama dengan Kanselir Jerman Angela Merkel. Tetapi kemenangan Hollande secara signifikan telah mengubah kebijakan politiknya.
Hollande menyerukan agar memberi tekanan lebih besar terhadap pertumbuhan dengan mengurangi penghematan. Hal tersebut telah menimbulkan konfrontasi dengan Merkel yang mendukung pertumbuhan, namun di bagian lain mengutamakan penghematan anggaran dan reformasi struktural.
Dalam KTT pertamanya, Hollande diperkirakan memilih untuk menentukan sikap kepada obligasi zona euro, terlepas dari oposisi Jerman yang memiliki gagasan di yang diperdebatkan selama lebih dari dua tahun. Langkah Hollande mendapat dukungan dari PM Italia Mario Monti dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso.
Tetapi, Merkel tidak menunjukkan keberatannya terhadap proposal yang diajukan Hollande, karena usulan tersebut hanya bisa dibahas jika ada kesepakatan fiskal di kawasan Eropa. Dalam hal ini,Merkel mendapat dukungan dari Belanda, Finlandia, Austria, dan beberapa negara zona euro.
”Obligasi zona euro merupakan kebijakan yang salah pada waktu yang salah dan mempunyai efek samping yang salah juga,”ungkap Wakil Menteri Keuangan Jerman Steffen Kampeter.
Data terbaru yang dirilis perusahaan konsultan properti, CBRE Group, kemarin menyebutkan, investasi di sektor properti ritel pada kuartal I/2012 turun menjadi hanya 4,6 miliar euro (USD5,9 miliar) atau Rp54 triliun dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 12,6 miliar euro. Investasi pada kurun waktu Januari–Maret 2012 juga lebih kecil dibanding kuartal IV/2011 yang mencapai 9,3 miliar euro.
Menurut CBRE, data investasi terbaru itu merupakan level terendah sejak kebangkrutan Lehman Brothers pada 2008 silam. Rendahnya nilai investasi kuartal I/2012 menunjukkan bahwa pasar keuangan masuk ke jurang krisis. ”Pasar properti di Eropa terpukul dengan kondisi ekonomi saat ini yang penuh ketidakpastian,” kata Direktur Riset CBRE Michael Haddock seperti dikutip Reuters kemarin. Dia menambahkan, aktivitas investasi baru akan pulih meski dengan kualitas aset yang lebih rendah.
Hal ini didasarkan pada upaya perbaikan ekonomi yang masih belum terlihat hasilnya. Seperti diberitakan, krisis ekonomi Eropa hingga kini masih menghantui pasar saham global. Kondisi ini dipengaruhi perbedaan pandangan cara penyelesaian krisis di antara pemimpin utama Eropa yakni Jerman dan Prancis. Kondisi politik di Yunani juga masih belum stabil menyusul rencana pemilu ulang setelah parlemen di Negeri Dewa-Dewa mayoritas dikuasai kelompok antipenghematan.
Kebijakan ekonomi yang masih belum pasti ini mendorong para pemimpin Eropa untuk kembali mencari jalan keluar dengan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa yang dijadwalkan Rabu 23 Mei waktu Brussels, Belgia. KTT tersebut akan memfokuskan mengenai kemungkinan pembiayaan zona euro melalui penerbitan obligasi guna meringankan permasalahan utang yang sudah berlangsung selama dua tahun terakhir.
Malam sebelum KTT berlangsung, Presiden terpilih Prancis Francois Hollande mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Spanyol Mariano Rajoy untuk mendiskusikan kebijakan yang sejalan dengan Jerman. Seperti diketahui, mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy memiliki strategi bersama dengan Kanselir Jerman Angela Merkel. Tetapi kemenangan Hollande secara signifikan telah mengubah kebijakan politiknya.
Hollande menyerukan agar memberi tekanan lebih besar terhadap pertumbuhan dengan mengurangi penghematan. Hal tersebut telah menimbulkan konfrontasi dengan Merkel yang mendukung pertumbuhan, namun di bagian lain mengutamakan penghematan anggaran dan reformasi struktural.
Dalam KTT pertamanya, Hollande diperkirakan memilih untuk menentukan sikap kepada obligasi zona euro, terlepas dari oposisi Jerman yang memiliki gagasan di yang diperdebatkan selama lebih dari dua tahun. Langkah Hollande mendapat dukungan dari PM Italia Mario Monti dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso.
Tetapi, Merkel tidak menunjukkan keberatannya terhadap proposal yang diajukan Hollande, karena usulan tersebut hanya bisa dibahas jika ada kesepakatan fiskal di kawasan Eropa. Dalam hal ini,Merkel mendapat dukungan dari Belanda, Finlandia, Austria, dan beberapa negara zona euro.
”Obligasi zona euro merupakan kebijakan yang salah pada waktu yang salah dan mempunyai efek samping yang salah juga,”ungkap Wakil Menteri Keuangan Jerman Steffen Kampeter.
()