Krisis pukul ekspor produk tekstil China

Selasa, 29 Mei 2012 - 18:55 WIB
Krisis pukul ekspor produk tekstil China
Krisis pukul ekspor produk tekstil China
A A A
Sindonews.com - Krisis yang tengah melanda Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) berdampak pada ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) asal China.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, selama Januari-Februari 2012 ekspor garmen (pakaian jadi) China turun 2,5 persen, sedangkan ekspor tekstil turun 2,6 persen.

Pada April 2012, ekspor garmen China naik tipis sekira satu persen, namun ekspor tekstil tetap turun 0,3 persen. Sehingga tren empat bulan pertama di 2012 dapat dikatakan ekspor TPT China mengalami penurunan.

"Meskipun dari sisi prosentasi penurunannya sangat kecil namun bila dilihat dari nilainya sangat besar karena di tahun lalu ekspor TPT China berada diatas USD200 miliar. Bandingkan dengan ekspor TPT kita yang tahun lalu hanya mencapai USD13 miliar," kata Redma di Jakarta, Selasa (29/5/2012).

Redma menjelaskan, penurunan ekspor China tersebut akan berdampak pada negara berpenduduk besar yang akan dijadikan pasar buangan produk yang tidak bisa diekspor ke AS maupun Eropa karena kapasitas produksi mereka sangat besar.

"Terlebih untuk produk sektor hulu seperti serat dan benang, negara produsen benang dan kain seperti Indonesia dan Brasil adalah target utama barang buangan China," tukasnya.

Redma mencontohkan, di kuartal I-2012 ekspor benang pintal poliester (PSF) ke AS turun 700 ribu ton. "Artinya, produsen PSF China gagal menjual 700 ribu ton PSF ke pasar domestik karena ekspor benang ke AS turun, jika ditambah dengan penurunan ekspor ke Uni Eropa diperkirakan bisa mencapai 1,5 juta ton, bisa dibayangkan berapa besar stok PSF dan benang pintal polyester yang mereka punya saat ini yang siap dibuang ke pasar ekspor dan Indonesia adalah salah satunya," paparnya.

Redma menambahkan, serat dan benang asal China tentu akan diekspor dengan harga yang tidak pasti. "Suka-suka saja (harga), produsen China tidak peduli rugi, karena nyimpan stok terlalu lama akan makin rugi. Harga normal akan dijual dipasar domestik, kalau domestik tidak bisa menyerap mereka akan buang ke Indonesia dengan harga di bawah produsen kita, dumping lah," tandasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6543 seconds (0.1#10.140)