Laris manis, tabungan berbunga rasa deposito
A
A
A
Sindonews.com - Produk tabungan dengan 'bunga rasa deposito' cukup laris di kalangan masyarakat saat ini. Tabungan tersebut muncul akibat kebutuhan nasabah yang membutuhkan instrumen investasi tapi di sisi lain juga memerlukan dana darurat.
Hal tersebut disampaikan Direktur Mortgage & Consumer Banking BTN Irman Alvian Zahiruddin menanggapi mulai maraknya produk tabungan yang memberikan bunga tinggi seperti suku bunga deposito.
Jika dibandingkan dengan deposito, kata Irman, dana yang ditempatkan di bank itu di kunci sesuai periode waktu tertentu. Kalau nasabah mau menarik dana sebelum jatuh tempo, maka nasabah akan dikenakan fee out. Padahal ada pula nasabah yang sewaktu-waktu membutuhkan dana tapi dia juga menginginkan suku bunga tabungan deposito.
"Karena ada nasabah yang seperti itu maka diciptakan tabungan berbunga deposito. Kalau nasabah tidak ambil uangnya selama sebulan, nasabah dapat bunga deposito. Tapi kalau dalam 20 hari dia ambil uang, bunganya turun jadi tabungan biasa dan produk itu sukses karena banyak ketidakpastian di Indonesia," ujarnya usai Banking Efficiency Award 2012: Interest Rate Paradox di Jakarta, Kamis (31/5/2012).
Menurut Irman, sebaiknya nasabah menaruh dana yang benar-benar tidak terpakai di deposito. Sebaliknya, jika nasabah membutuhkan dana sewaktu-waktu, dananya dapat ditempatkan di produk tabungan berbunga deposito.
"Kalau yakin tidak dipakai jangan taruh di tabungan, tapi deposito. Kalau tidak yakin ya taruh di tabungan bunga tinggi. Semakin lama tidak diambil, jadi bunga deposito," ujarnya.
Menurut Irman, beberapa bank tidak membatasi minimal saldo produk tabungan ini. Tapi yang pasti produk ini memang ditujukan untuk individual dan tidak diperkenankan bagi lembaga. "Itu harus perorangan untuk cost of fundnya itu tetap masuk ke komposisi tabungan karena bagian dari dana murah," ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Direktur Mortgage & Consumer Banking BTN Irman Alvian Zahiruddin menanggapi mulai maraknya produk tabungan yang memberikan bunga tinggi seperti suku bunga deposito.
Jika dibandingkan dengan deposito, kata Irman, dana yang ditempatkan di bank itu di kunci sesuai periode waktu tertentu. Kalau nasabah mau menarik dana sebelum jatuh tempo, maka nasabah akan dikenakan fee out. Padahal ada pula nasabah yang sewaktu-waktu membutuhkan dana tapi dia juga menginginkan suku bunga tabungan deposito.
"Karena ada nasabah yang seperti itu maka diciptakan tabungan berbunga deposito. Kalau nasabah tidak ambil uangnya selama sebulan, nasabah dapat bunga deposito. Tapi kalau dalam 20 hari dia ambil uang, bunganya turun jadi tabungan biasa dan produk itu sukses karena banyak ketidakpastian di Indonesia," ujarnya usai Banking Efficiency Award 2012: Interest Rate Paradox di Jakarta, Kamis (31/5/2012).
Menurut Irman, sebaiknya nasabah menaruh dana yang benar-benar tidak terpakai di deposito. Sebaliknya, jika nasabah membutuhkan dana sewaktu-waktu, dananya dapat ditempatkan di produk tabungan berbunga deposito.
"Kalau yakin tidak dipakai jangan taruh di tabungan, tapi deposito. Kalau tidak yakin ya taruh di tabungan bunga tinggi. Semakin lama tidak diambil, jadi bunga deposito," ujarnya.
Menurut Irman, beberapa bank tidak membatasi minimal saldo produk tabungan ini. Tapi yang pasti produk ini memang ditujukan untuk individual dan tidak diperkenankan bagi lembaga. "Itu harus perorangan untuk cost of fundnya itu tetap masuk ke komposisi tabungan karena bagian dari dana murah," ujarnya.
()