Warga Kaltim jarang beli BBM di SPBU

Sabtu, 02 Juni 2012 - 17:20 WIB
Warga Kaltim jarang...
Warga Kaltim jarang beli BBM di SPBU
A A A
Sindonews.com - Kesulitan Bahan Bakar Minyak (BBM) memang sangat dirasakan warga Kalimantan Timur (Kaltim). Parahnya, di sejumlah daerah ada warga yang tak pernah beli BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Sudah enam bulan Syamsuddin memiliki mobil dengan bak terbuka untuk aktivitas usahanya. Warga Desa Batu Kajang, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser ini sehari-hari menggunakan mobil tersebut. Karena aktivitas usahanya yang padat, konsumsi BBM kendaraannya juga banyak.

Meski harus membeli dalam jumlah banyak, ia terpaksa harus membeli di penjual BBM eceran. Ia kesulitan membeli BBM di SPBU karena antrean panjang dan cepat habis.

Kabupaten Paser terletak di bagian paling selatan Kaltim. Jalan besar di Kabupaten ini paling banyak adalah jalan trans Kaltim-Kalsel. Di sepanjang jalan banyak sekali terlihat perkebunan kelapa sawit. Tidak sedikit juga perkebunan tersebut milik warga, sehingga aktivitas penjualan tandan buah kelapa sawit dilakukan oleh warga sendiri ke pabrik pengolahan.

Di Kabupaten Paser, rata-rata setiap kecamatan hanya memiliki satu SPBU kecil. Senasib dengan kabupaten di dekatnya, Kabupaten Penajam Paser Utara. Pembelinya cukup banyak, terutama kendaraan pengangkut kelapa sawit. Maka tak heran jika SPBU di kabupaten ini selalu padat meski stok BBM belum datang. Kendaraan kelapa sawit, baik truk maupun mobil bak terbuka, tampak berjejer rapi diselingi kendaraan pribadi. Saat sedang tutup pun, banyak kendaraan parkir di sekitar SPBU. Terkesan mereka tak ingin terlambat mengantre saat SPBU buka.

Karena SPBU sering antre, stok BBM cepat habis. Akibatnya, banyak kendaraan pribadi yang enggan mengantre. Mereka memilih membeli di eceran karena mudah mendapatkan daripada di SPBU. Di SPBU, selain harus mengantre berjam-jam, mereka juga dihantui stok habis.
Syamsuddin mengakui, selama memiliki mobil ia tak pernah membeli BBM di SPBU. Ia terpaksa harus membeli di eceran.

“Penjual eceran di sini bahkan ada yang menjual dengan jeriken 25 liter. Stok mereka banyak sekali. Saya beli di mereka, kalau di SPBU lama antrenya, belum tentu dapat lagi” kata Syamsuddin.

Ia juga mengaku, para penjual BBM eceran membeli di SPBU dengan menggunakan mobil, sehingga dapat membeli BBM dalam jumlah besar. Tak heran jika di SPBU banyak kendaraan yang ikut mengantre namun untuk dijual lagi. Tidak ada batasan pembelian BBM, sebanyak tangki kendaraan yang digunakan.

Mengenai harga, tentu saja mengalami kenaikan yang signifikan. Di sepanjang jalan utama trans Kaltim-Kalsel, harga BBM eceran Rp7.000 –Rp9.000. Namun di pedesaan yang jauh dari jalan utama, harga bisa lebih mahal. “Meski saya belinya cukup banyak sampai 20 liter, saya tetap beli di penjual eceran,” kata Syamsuddin.

Seorang penjual BBM eceran, Hamzah mengaku harus mengantre lebih dari setengah hari untuk mendapatkan BBM di SPBU. Wajar saja jika kemudian ia menjual per botolnya Rp8.000. Satu botol yang dijual ternyata juga tidak sampai satu liter.

“Belinya penuh perjuangan mas, kalau cepat ya setengah hari. Kalau lagi apes ya tidak dapat sama sekali,” kata warga Simpang Pait, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser ini.

Mengenai pengamanan kepolisian di SPBU, Hamzah mengatakan kadang ada polisi berjaga di SPBU. Jika ada polisi, stok BBM di SPBU tidak cepat habis. “Biasanya kalau begitu yang rugi malah SPBU-nya. Kalau tak dijaga polisi, stok langsung habis hari itu. Tapi kalau dijaga bisa dua hari baru habis,” kata Hamzah.

Di Kabupaten Penajam Paser Utara juga demikian. Tetangga terdekat Kebupaten Paser ini hampir mengalami nasib serupa. Di sini juga sulit menemukan SPBU yang nyaman untuk membeli BBM. Penjual eceran juga menjamur dan ada di setiap sisi jalan.

Kondisi seperti ini sudah berjalan cukup lama. Warga tidak peduli dengan rencana kenaikan BBM, yang penting bagi mereka hanyalah stok yang mencukupi serta membeli dengan nyaman dan harga yang pas. Kasus antrean panjang dan kelangkaan BBM hampir terjadi merata di Kaltim. Uniknya Kaltim adalah salah satu daerah penghasil minyak dan gas bumi.

Melihat kondisi ini, wajar jika kemudian ada warga yang merasa perlu menggugat pemerintah pusat soal stok BBM untuk Kalimantan. Kaltim misalnya, sudah melakukan upaya pemblokiranan jalur Sungai Mahakam dari lalu lintas angkutan batubara.

Demikian dengan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah juga lebih dulu melakukan pemblokiran. Tuntutan mereka hanya agar suplai BBM ditambah agar tidak ada lagi antrean. Parahnya, dalam aksi yang dilakukan sampai mengeluarkan pernyataan yang menjurus disintegrasi yakni Kalimantan Merdeka.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0347 seconds (0.1#10.140)