Dana kelolaan reksa dana turun Rp4,6 T
A
A
A
Sindonews.com - Total dana kelolaan reksa dana per akhir Mei tahun ini kembali turun sekitar 2,7 persen atau setara Rp4,6 triliun dibanding akhir April. Menurunnya dana kelolaan reksa dana tersebut seiring menurunnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lantaran banyak investor menginvestasikan dananya ke reksa dana saham.
"Penurunan dana kelolaan ini lebih karena tekanan pasar. Dari sisi aset, karena banyak yang diinvestasikan ke saham, sehingga ketika IHSG turun, juga ikut turun," kata President Director Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro usai melakukan penandatanganan kerja sama dengan PT Bank Danamon Tbk dalam mendistribusikan lima produk reksa dana MAMI di Jakarta, Senin (4/6/2012).
Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menyebutkan, total dana kelolaan seluruh reksa dana mengalami penurunan menjadi Rp165,6 triliun pada akhir Mei 2012 dibanding bulan sebelumnya sebesar Rp170,2 triliun. Kendati total dana kelolaan menurun, namun jumlah unit penyertaan reksa dana mengalami pertumbuhan tipis 0,65 persen atau sekitar Rp676 juta dari 103,713 miliar menjadi 104,389 miliar unit.
Adapun, komposisi total dana kelolaan reksa dana masih dikontribusi paling besar dari reksa dana saham mencapai 35 persen dari total dana kelolaan atau senilai Rp58,13 triliun, reksa dana terproteksi mengkontribusi dana kelolaan sekitar 24,26 persen atau Rp40,3 triliun, reksa dana pendapatan tetap menyumbang sekitar 17,58 persen atau setara Rp29,2 triliun, reksa dana campuran 12,78 persen atau Rp21,23 triliun, reksa dana pasar uang sekitar 7,24 persen atau Rp12,02 triliun.
Sedangkan, reksa dana syariah saham mengontribusi 0,66 persen atau Rp1,09 triliun, reksa dana syariah campuran sekitar 1,08 persen atau setara Rp1,8 triliun, reksa dana syariah pendapatan tetap sekitar 0,44 persen atau Rp737,93 miliar dan reksa dana indeks sekitar 0,19 persen atau Rp307,86 miliar.
Menurut Director Investment Specialist MAMI Putut Endro Andanawarih, koreksi yang terjadi saat ini bukan didasari fundamental dari Indonesia, melainkan dari Eropa. Karena itu, koreksi yang terjadi justru memberikan peluang berinvestasi kepada investor jangka panjang. "Ini saat bagi investor untuk berinvestasi dengan harga relatif murah dibanding tahun sebelumnya," ujar dia. (bro)
()