1.000 SNI tangkal banjir barang impor

Rabu, 06 Juni 2012 - 09:23 WIB
1.000 SNI tangkal banjir...
1.000 SNI tangkal banjir barang impor
A A A
Sindonews.com – Sebanyak 1.000 Standar Nasional Indonesia (SNI) akan dikeluarkan untuk melindungi produk dan pasar domestik dari serbuan barang impor.

Pemberlakuan SNI tersebut diperlukan di tengah melemahnya pasar ekspor sebagai imbas krisis utang Eropa. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, dengan adanya 1.000 SNI tersebut, pemerintah bisa dan akan menyita produk impor yang tidak sesuai standar yang berlaku. Dia mengatakan,penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 240 juta jiwa merupakan pasar yang sangat potensial.

”Tak heran jika produsen dari luar negeri berlomba-lomba membanjiri pasar domestik dengan berbagai produk,” kata Hidayat di sela-sela kunjungan kerja ke Kota Kudus, Jawa Tengah,kemarin.

Menurut Hidayat, mestinya para produsen dalam negeri berkompetisiuntukmenggarap dan menguasai pasar domestik. Langkah ini juga akan berimbas pada meningkatnya perekonomian nasional. ”Jangan hanya terpaku pada ekspor. Apalagi saat ini pasar ekspor juga kurang bergairah seiring krisis global,”ujarnya.

Dia mengatakan, produsen dalam negeri mestinya lebih fokus menguasai pasar domestik agar tidak dikuasai oleh barang-barang impor dari luar negeri. Saat berada di Kudus, Hidayat berkunjung ke sejumlah tempat. Mulai dari pabrik rokok Djarum, PT Hartono Istana Teknologi (Polytron), dan produsen kertas PT Pura Barutama (Pura Group). Saat berada di sejumlah lokasi ini, Hidayat didampingi CEO Djarum Budi Hartono dan Presdir Pura Group Jacobus Busono. Menperin mengaku prihatin dengan banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia.

Dia menyebutkan, produk makanan, elektronik, dan alat permainan dari luar negeri masuk dan sekaligus menguasai pasar domestik. Terkait hal ini, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan sedang menyusun regulasi baru untuk memperketat perizinan barang-barang impor tersebut. Menurut Hidayat, berbagai langkah ini akan lebih efektif jika dibarengi dengan upaya penegakan hukum oleh pihakpihak terkait. MS Hidayat menantang para produsen lokal agar bisa membuat produk yang murah namun berkualitas.

Kedua hal tersebut merupakan kekuatan produsen luar negeri menguasai pasar domestik. Menurut dia, jajaran research and development masing-masing produsen dalam negeri harus bekerja keras agar bisa memunculkan produk yang diminati pasar. ”Ini tantangan dan sekaligus juga peluang. Bisa tidak kita membuat produk seperti itu?” tantang Hidayat.

Juru Bicara Pura Group Mastanto mengatakan, sebenarnya kualitas produk produsen dalam negeri tidak kalah dengan produk dari luar negeri. Dia mencontohkan soal pengaman dan hologram mata uang kertas. Pihaknya bisa membuat pengaman dengan tiga warna. Model seperti ini tidak ada di negara lain. Sayangnya kebijakan dari pemerintah terkadang kurang berpihak pada produsen dalam negeri.

”Kalau di Amerika Serikat, uang kertas,paspor,dan lain sebagainya wajib menggunakan produk dalam negeri. Tapi, di sini praktik seperti ini belum dilakukan,”ujarnya. Di tempat terpisah,Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, krisis Eropa bisa berdampak ke perdagangan. Namun, karena Indonesia tidak terlalu bergantung dengan ekspor, pengaruhnya tidak terlalu besar.

”Jadi kalau kita menekankan pada pertumbuhan domestik dan ekonomi, maka (kedua itu) masih akan menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia,” kata Agus Marto ditemui di Jakarta kemarin. Diketahui, neraca perdagangan April 2012 mencatatkan defisit sebesar USD641,1 juta. Defisit disebabkan tidak berimbangnya antara laju ekspor dan impor. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor pada April 2012 mencapai USD15,98 miliar sementara impornya melampaui USD16,62 miliar.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengingatkan, neraca perdagangan yang mulai defisit berbahaya bagi neraca pembayaran. Pihaknya juga tidak bisa memprediksi kapan perlambatan ekspor berakhir. ”Kalau neraca tidak bisa cepat recovery, current account bisa defisit,” ujarnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0583 seconds (0.1#10.140)