Potensi kerugian akibat jamu ilegal capai Rp12 T

Selasa, 12 Juni 2012 - 15:18 WIB
Potensi kerugian akibat jamu ilegal capai Rp12 T
Potensi kerugian akibat jamu ilegal capai Rp12 T
A A A
Sindonews.com - Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI) mencatat akibat jamu ilegal industri jamu kehilangan pendapatan antara Rp10 triliun hingga Rp12 triliun per tahun. Padahal potensi pasar industri jamu diperkirakan dapat mencapai Rp25 triliun pertahunnya.

"Kalau ilegalnya banyak sekali, ilegal dari dalam negeri maupun luar negeri. Kalau kita lihat total kerugian kita semestinya kita punya omzet Rp13 triliun tahun ini, kita punya kerugian berapa? Kita punya potensi Rp25 triliun," kata Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI) Charles Saerang usai pemberian rekor Muri kepada Sinde Budi Sentosa di Jakarta, Selasa (12/6/2012).

Selain meminta ketegasan pemerintah atas kerugian akibat jamu ilegal, Charles juga meminta pemerintah untuk mengkampanyekan manfaat minum jamu di masyarakat. "Kalau pemerintah tidak minum jamu cuma mengimbau orang minum jamu, bagaimana mau berkembang?" tegasnya.

Disisi lain, Charles mengakui bahwa kualitas jamu mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan karena komoditas terbaik untuk jamu banyak yang diekspor sehingga berpengaruh terhadap jamu asli Indonesia. "Misalnya temulawak, temulawak yang konsumsi masyarakat Indonesia sekarang ini mutunya turun, kenapa? Yang bagus-bagus diekspor ke luar negerei khususnya ke Korea dan Cina," terangnya.

"Saya khawatir ke depannya mutu kita akan hancur-hancuran dan sudah mulai terjadi, banyak impor bahan-bahan jamu termasuk kunyit, ekstraknya kita ambil dari Cina, kan lucu dia yang ambil bahan kita tapi ekstraknya dia yang impor," tambahnya.

Meski regulasi untuk industri jamu dirasakan lebih dari cukup, Charles mengritik rendahnya pembinaan Kementerian Kesehatan terhadap pelaku industri jamu di dalam negeri. "Pola pikir mengangkat image jamu mana? Nggak ada, cuma ngomongnya aja regulasi-regulasi," jelasnya.

Selain itu, Charles melihat saat ini pelaku industri jamu di tanah air mulai menurun yang sebelumnya berjumlah ratusan pengusaha. "Sudah mulai turun, enggak mau bikin jamu lagi karena disweeping terus ditangkepin sama oknumnya dibuatlah pemerasan, jadi ATM," sebutnya.

"Jadi anggota kita banyak yang kena ATM, kenapa? Karena enggak ngerti aturan, diambil semua barang-barangnya termasuk ATM juga itu," pungkasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6596 seconds (0.1#10.140)