Diserang hama, petani cabai gigit jari
A
A
A
Sindonews.com - Para petani cabai di Desa Takerharjo, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan gigit jari. Mereka gagal panen, karena cabai-cabai yang siap panen diserang hama hingga membusuk dan kering.
Selain Takerharjo, di Kecamatan Solokuro ada beberapa desa lainnya yang petani cabenya gagal panen. Diperkirakan ratusan hektar, mengingat di Desa Takerharjo estimasinya 25 hektar lebih lahan yang ditanami cabai dan gagal panen.
Muhammad Ridwan, salah satu petani cabai Desa Takerharjo, menyebut bila kerugian yang dialamainya mencapai puluhan juta. Biasanya dengan lahan 1,2 hektar lebih mendapat Rp5 juta lebih.
“Banyak kerugiannya. Padahal cabai sudah siap panen. Tetapi tiba-tiba membusuk dan mengering. Kami tidak tahu hamanya jenis apa?” ujarnya, Rabu (13/6/2012).
Petani lain, Kastomo menambahkan, para petani sudah memakai obat berbagai macam. Namun, tidak ada efeknya. Cabai tetap yang sudah siap panen tiba-tiba membusuk dan pengering.
“Karena cabai membusuk dan kering, kami dan petani lainnya terpaksa memanen cabai secara cepat, dari biasanya tiba bulan menjadi dua bulan. Itupun tidak maksimal sebab sebagian besar rusak dan cabainya tidak bisa dijual,” tegas dia.
Kastomo juga menyebut rusaknya tanaman cabai itu membuat harga cabai di wilayah Kabupaten Lamongan menurun drastis. Biasanya setiap kilogram mencapai Rp8.000, namun sekarang hanya Rp2.000 perkilogram.
Menanggapi itu, Kepala Bagian Humas Pemkab Lamongan, Mohammad Zamroni berencana menurunkan tim ke lokasi pertanian cabai untuk melihat kondisi tanaman secara langsung. Sehingga, mengetahui kondisi di lapangan.
“Kami akan secepatnya turun langsung. Sehingga dapat kami ketahui apa hama yang menyerang cabai para petani di Kecamatan Solokuro,” tukasnya.
Selain Takerharjo, di Kecamatan Solokuro ada beberapa desa lainnya yang petani cabenya gagal panen. Diperkirakan ratusan hektar, mengingat di Desa Takerharjo estimasinya 25 hektar lebih lahan yang ditanami cabai dan gagal panen.
Muhammad Ridwan, salah satu petani cabai Desa Takerharjo, menyebut bila kerugian yang dialamainya mencapai puluhan juta. Biasanya dengan lahan 1,2 hektar lebih mendapat Rp5 juta lebih.
“Banyak kerugiannya. Padahal cabai sudah siap panen. Tetapi tiba-tiba membusuk dan mengering. Kami tidak tahu hamanya jenis apa?” ujarnya, Rabu (13/6/2012).
Petani lain, Kastomo menambahkan, para petani sudah memakai obat berbagai macam. Namun, tidak ada efeknya. Cabai tetap yang sudah siap panen tiba-tiba membusuk dan pengering.
“Karena cabai membusuk dan kering, kami dan petani lainnya terpaksa memanen cabai secara cepat, dari biasanya tiba bulan menjadi dua bulan. Itupun tidak maksimal sebab sebagian besar rusak dan cabainya tidak bisa dijual,” tegas dia.
Kastomo juga menyebut rusaknya tanaman cabai itu membuat harga cabai di wilayah Kabupaten Lamongan menurun drastis. Biasanya setiap kilogram mencapai Rp8.000, namun sekarang hanya Rp2.000 perkilogram.
Menanggapi itu, Kepala Bagian Humas Pemkab Lamongan, Mohammad Zamroni berencana menurunkan tim ke lokasi pertanian cabai untuk melihat kondisi tanaman secara langsung. Sehingga, mengetahui kondisi di lapangan.
“Kami akan secepatnya turun langsung. Sehingga dapat kami ketahui apa hama yang menyerang cabai para petani di Kecamatan Solokuro,” tukasnya.
()