Matahari belum dilirik jadi energi alternatif
A
A
A
Sindonews.com - Terletak di garis khatulistiwa yang disinari matahari hampir sepanjang tahun rupanya masih belum bisa dimanfaatkan sebagai salah satu energi alternatif. Faktanya, pemanfaatan energi gratis ini bahkan belum mencapai angka satu persen.
Potensi energi panas matahari di Indonesia sekira 4,8 Kilo watt hour/meter persegi (KWh/m2) atau setara dengan 112 ribu GWp. Namun, saat ini energi matahari yang sudah dimanfaatkan hanya sekira 10 MWp. Ini berarti, potensi energi matahari yang sudah dimanfaatkan bahkan masih jauh dari angka satu persen.
"Karena itu, saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpasang hingga tahun 2025 sebesar 0.87 GW atau sekira 50 MWp/tahun," ungkap laporan yang dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Rabu (20/6/2012).
Namun masalahnya, pengembangan energi matahari masih terbentur mahalnya biaya sel surya sebagai komponen utama. Padahal, komponen ini juga masih harus didatangkan dari negara lain atau impor.
"Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain," tambahnya.
Demi meningkatkan rasio elektrifikasi yang masih 50 persen, khususnya di daerah terpencil, Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, Pemerintah berencana menyediakan satu juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp. Solar Home sytem ini digunakan untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
"Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50 persen, pasar energi surya di Indonesia sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 MWp per tahun sehingga peluang bisnisnya besar," tandas dia.
Potensi energi panas matahari di Indonesia sekira 4,8 Kilo watt hour/meter persegi (KWh/m2) atau setara dengan 112 ribu GWp. Namun, saat ini energi matahari yang sudah dimanfaatkan hanya sekira 10 MWp. Ini berarti, potensi energi matahari yang sudah dimanfaatkan bahkan masih jauh dari angka satu persen.
"Karena itu, saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpasang hingga tahun 2025 sebesar 0.87 GW atau sekira 50 MWp/tahun," ungkap laporan yang dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Rabu (20/6/2012).
Namun masalahnya, pengembangan energi matahari masih terbentur mahalnya biaya sel surya sebagai komponen utama. Padahal, komponen ini juga masih harus didatangkan dari negara lain atau impor.
"Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain," tambahnya.
Demi meningkatkan rasio elektrifikasi yang masih 50 persen, khususnya di daerah terpencil, Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, Pemerintah berencana menyediakan satu juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp. Solar Home sytem ini digunakan untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
"Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50 persen, pasar energi surya di Indonesia sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 MWp per tahun sehingga peluang bisnisnya besar," tandas dia.
()