BP Migas proyeksikan investasi migas Rp195 T

Rabu, 20 Juni 2012 - 15:12 WIB
BP Migas proyeksikan investasi migas Rp195 T
BP Migas proyeksikan investasi migas Rp195 T
A A A


Sindonews.com - Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) memproyeksikan investasi di sektor migas diproyeksikan mencapai USD20,925 miliar atau sekira Rp195 triliun tahun ini. Angka ini naik ketimbang tahun lalu sebesar USD13,9 miliar (Rp130 triliun).

Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) R Priyono menyatakan realisasi investasi yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi fakta yang cukup menggembirakan dan menumbuhkan optimisme di masa depan.

“Kunci pengembangan industri hulu migas adalah investasi,” kata Priyono dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Rabu (20/6/2012).

Investasi migas, lanjut Priyono, terbagi menjadi empat kegiatan yaitu produksi, pengembangan, eksplorasi, dan administrasi. Sektor produksi, adalah sektor yang menyumbang kontribusi terbanyak. Tahun ini, investasi kegiatan produksi mencapai USD12,84 miliar, sektor pengembangan USD4,56 miliar, eksplorasi sebesar USD2,125 miliar dan administrasi sebanyak USD1,4 miliar.

"Secara makro, investor dunia melihat Indonesia sebagai tujuan yang menarik untuk berinvestasi. Beberapa indikator positif antara lain pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi dan rating keuangan Indonesia yang meningkat. Industri hulu migas diharapkan dapat ikut memanfaatkan kondisi ini, mengingat secara geologis potensi cadangan migas masih cukup menarik," tambah dia.

Guna menarik lebih banyak investor, Priyono mengaku pihaknya telah berkomunikasi dengan Kementerian Keuangan terkait insentif fiskal yang diberikan.

“Mereka setuju memberikan insentif. Sembari meminta kontraktor kontrak kerja sama (KKS) memberikan masukan dan saran terkait insentif apa saja yang perlu diberikan pemerintah untuk meningkatkan investasi," tambah dia.

Deputi Pengendalian Keuangan BP Migas, Akhmad Syakhroza menambahkan pihaknya terus melakukan pengendalian cost recovery secara berkelanjutan dan konsisten.

Hal ini diperlukan untuk menjaga tingkat keekonomian dari proyek hulu migas, menjaga profitabilitas sektor hulu migas, serta menjadi parameter yang positif bagi iklim investasi di Indonesia. “Tahun 2011, rata-rata cost recovery terhadap penerimaan nasional sebesar 26 persen,” ujar dia.

Angka cost recovery ini, tambah Ahmad,lebih baik jika dibandingkan dengan rasio negara lain seperti Libya yang angkanya 35 persen, Pantai Gading 40 persen, Angola 50 persen, bahkan Uzbakistan rasio cost recovery-nya mencapai 60 persen dari penerimaan.

“Kondisi ini menunjukkan skema kontrak kerja sama di Indonesia lebih baik dibandingkan skema yang diterapkan oleh negara lain,” tandas Syakhroza. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4865 seconds (0.1#10.140)