Petani jagung kembali merana

Kamis, 21 Juni 2012 - 10:55 WIB
Petani jagung kembali merana
Petani jagung kembali merana
A A A


Sindonews.com - Petani jagung kembali merana akibat masuknya jagung impor 200.000 ton baru-baru ini saat masuk musim panen. Harga jagung langsung anjlok menjadi Rp1.700 dari sebelumnya Rp2.500 per kilogram (kg).

Sekretariat Operasional Serikat Petani Indonesia (SPI) Karo, Abraham Tarigan mengatakan, beberapa bulan lalu,petani sudah menyampaikan protes agar impor jagung dihentikan. Sebab saat itu harga jagung juga langsung anjlok begitu jagung impor masuk.

“Padahal, produksi panen jagung Juni ini di Karo dan Dairi sudah surplus.Ditambah impor jagung,harga jadi semakin anjlok,”kata Abraham kepada wartawan di Sekretariat DPW SPI Sumut, Jalan Eka Rasmi, Medan, Rabu 20 Juni 2012.

Menurut dia, alasan kekurangan produksi jagung yang disampaikan pemerintah maupun kelompok yang menginginkan impor jagung sangat tidak masuk akal. Hal itu bisa dilihat dari keterbatasan pabrik jagung dalam menampung hasil panen rakyat. Jika memang kekurangan produksi jagung yang dikatakan pihak pengusaha yaitu Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) benar, seharusnya harga di tingkat petani sudah melonjak mengingat tingginya permintaan pasar. Tapi yang terjadi, justru harga semakin anjlok ditambah lagi masuknya jagung impor.

Kebijakan impor jagung seperti ini semakin menunjukkan ketidakmampuan pemerintah memproteksi sektor pertanian rakyat dari liberalisasi perdagangan pangan yang semakin menyudutkan kondisi ekonomi petani. Jika terus dibiarkan, konversi lahan dari pertanian pangan menjadi pertanian non pangan akan semakin meningkat. “Ini akan menjadi kontraproduktif bagi kedaulatan pangan regional maupun kedaulatan pangan nasional,” kata Abraham.

Sementara itu Menteri Pertanian Suswono yang ditemui di Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) 2012, Medan, Rabu 20 Juni 2012, mengakui produksi jagung di Indonesia surplus setiap tahunnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi mencapai 18 juta ton per tahun sementara kebutuhan hanya 7 juta ton per tahun.Namun herannya justru impor jagung tetap tinggi masuk ke Indonesia. Selain itu dari tinjauannya, pengusaha pakan ternak ternyata lebih suka membeli jagung petani lokal dibandingkan impor.

Hanya saja,ada masalah transportasi yang sulit dijangkau dari petani ke pengusaha pakan ternak. Karena itu, ke depan yang lebih dikedepankan adalah perbaikan transportasi pengangkutan produksi jagung yang bisa diakses langsung pengusaha pakan ternak. Pihaknya juga sudah mencoba menghubungkan langsung antara petani dengan pengusaha pakan ternak selama ini.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho di sela-sela pembukaan PF2N 2012 mengatakan, harga jagung di tingkat petani dari hasil pemeriksaannya di lapangan mencapai Rp2.800 per kg.

Menurut dia, ini masih di atas harga referensi yang sekarang sudah Rp2.130 per kg dari sebelumnya Rp1.600. Gatot juga menilai, produksi jagung di Sumut masih belum bisa memenuhi kebutuhan perusahaan. Sebab produksi hanya 1 juta ton per tahun sementara kebutuhan pabrik 1,3 juta ton per tahun.

Abraham ketika dikonfirmasi mengenai pernyataan tersebut menantang Gatot untuk membuktikan langsung ke petani bahwa harga jagung mencapai Rp2.800 per kg. Sebab dari harga yang ditetapkan, harga jagung di seluruh pabrik penampungan yang ada di Medan hingga Rabu (20/6) dengan kadar kekeringan 16-17% hanya Rp2.450–Rp2.650 per kg. Sementara kadar kekeringan jagung yang dimiliki petani 28- 20%. Setiap selisih per satu kadar akan dihitung penurunan Rp40 per kg.

“Jika dirata-ratakan saja dari penurunan kadar jagung yang dimiliki petani bisa mencapai Rp400.Ini belum lagi termasuk ongkos transportasi Rp300. Karena itu harga di petani justru hanya Rp1.700 per kg,” tuturnya. Untuk itu, Abraham meminta agar Gatot memeriksa ulang laporan harga jagung di tingkat petani. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5176 seconds (0.1#10.140)