Kolaborasi Bunda Teresa dan Bill Gates
A
A
A
Sindonews.com - Konsep kewirausahaan sosial saat ini dianggap sudah menjadi kebutuhan masyarakat untuk mengatasi persoalan ekonomi. Perlu upaya berkelanjutan untuk terus mengembangkan bisnis yang dipadukan dengan nilai kemanusiaan.
Di tengah tingginya kesenjangan sosial dan belum meratanya kesejahteraan,konsep kewirausahaan sosial menjadi suatu topik yang terus diperbincangkan. Sebab, konsep bisnis yang tidak mengacu pada keuntungan finansial semata ini dinilai mampu menjadi salah satu alternatif penyelesaian beberapa masalah perekonomian yang dihadapi masyarakat.
Alasan itulah yang diangkat dalam acara seminar tentang bisnis kewirausahaan LA Inspiractionyang bertajuk “Inspiraction Young CEO Multimedia Marketer Crativenterpreneur E-Commerce Marketing Genius” yang digelar di Gedung UOB, Jakarta. Acara yang diprakarsai Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali ini sengaja mengedepankan kewirausahaan (entrepreneurship) karena dinilai bisa menjadi solusi bagi sejumlah persoalan ekonomi bangsa.
Eunice, pengelola Redboxactive yaitu pelaksana acara seminar LA Inspiraction, menjelaskan bahwa tujuan utama diselenggarakannya acara ini adalah agar para pebisnis dapat memberikan nilai lebih pada usaha yang mereka jalankan dengan mengusung konsep social entreprise.Acara yang digagas PT Djarum ini juga bertujuan mengedukasi para pelaku usaha tentang berbagai manfaat yang dapat diambil dengan menjalankan bisnis sosial. Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Vice President of Business Development Blue Bird Group Noni Purnomo dan Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia (pengelola 7-Eleven) Henri Honoris.
“Bisa dibilang ini adalah satu bentuk kepedulian yang dilakukan Djarum untuk membantu kemajuan bangsa,” ungkapnya kepada harian Seputar Indonesia (SINDO). Tema kewirausahan sosial dipilih karena saat ini model bisnis tersebut sedang menjadi tren baru di kalangan para pebisnis dunia.“Kini model bisnis sosial makin dikenal dan gencar dilakukan para pengusaha dunia. Karena itu, kami memilih tema ini agar para pebisnis di Indonesia juga dapat mengetahui perkembangan tren baru tersebut,“ katanya.
Acara LA Inspiraction sebenarnya sudah dilakukan sejak tiga tahun belakangan. Pada dua tahun terakhir, masyarakat yang disasar ialah kalangan muda berusia 20 tahun ke atas.Karena itu, seminar yang diadakan kerap mengangkat tema yang terkait pribadi yang berkualitas. “Tahun ini sasaran acara kami ialah masyarakat berumur 27 tahun ke atas, maka tema yang dipilih adalah Social Entreprise,” akunya Lebih lanjut,Eunice memaparkan, dengan terselenggaranya acara ini PT Djarum ingin para pebisnis yang ada di Indonesia dapat tertarik dalam menjalankan bisnis sosial yang banyak mengandung manfaat tersebut.
Sebab, melalui bisnis sosial, selain mendapatkan keuntungan materi, para pengusaha juga bisa melakukan satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat membantu dalam pembangunan perekonomian negara. “Target dalam jumlah audience tidak ada, tapi target setelah acara ini berakhir ada. Yakni, kami (pihak Djarum) berharap dengan terselenggaranya seminar ini bisa lebih banyak lagi masyarakat terutama para pelaku usaha yang mengetahui dan tertarik menjalankan bisnis sosial. Sehingga,nantinya keadaan dunia bisnis di Indonesia bisa seimbang,selaras dan menjadi lebih sehat lagi,”paparnya.
Sementara, Rhenald yang menjadi hostdalam seminar tersebut menekankan, konsep kewirausahaan sosial seharusnya bisa lebih digalakkan pelaksanaannya. “Bisa dibilang saat ini kebutuhan akan pebisnis sosial semakin mendesak.
Karena,semakin hari nasib masyarakat kecil makin tidak menentu akibat tekanan berbagai krisis multidimensi,” tegas Rhenald yang juga Ketua Program Magister Manajemen Universitas Indonesia (UI). Meski hingga kini pelaku bisnis sosial masih sangat minim, Rhenald optimistis ke depan para pebisnis di Indonesia semakin banyak yang menjalankan konsep bisnis yang tidak hanya memikirkan profit semata.
“Apalagi, saat ini makin banyak edukasi dan informasi tentang bisnis berwawasan pemberdayaan masyarakat,” ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi UI ini. Menurut Rhenald,adanya perpaduan antara sisi finansial dan sosial dalam konsep social entrepreneurship ibarat jelmaan dua semangat yang dimiliki Bunda Teresa dan pendiri Microsoft, Bill Gates.
“Kewirausahaan sosial memiliki dua perpaduan apik. Inilah yang membuatnya ibarat perpaduan antara nilai kemanusiaan dan naluri bisnis,”ungkap Rhenald. Konsep kewirausahaan sosial, kata Rhenald, awalnya diperkenalkan Mohammad Yunus, aktivis sosial asal Bangladesh yang mendirikan Grameen Bank pada 1983.Yunus mendirikan Grameen Bank dengan tujuan memberikan dana pinjaman terhadap masyarakat miskin di negaranya.
Di tengah tingginya kesenjangan sosial dan belum meratanya kesejahteraan,konsep kewirausahaan sosial menjadi suatu topik yang terus diperbincangkan. Sebab, konsep bisnis yang tidak mengacu pada keuntungan finansial semata ini dinilai mampu menjadi salah satu alternatif penyelesaian beberapa masalah perekonomian yang dihadapi masyarakat.
Alasan itulah yang diangkat dalam acara seminar tentang bisnis kewirausahaan LA Inspiractionyang bertajuk “Inspiraction Young CEO Multimedia Marketer Crativenterpreneur E-Commerce Marketing Genius” yang digelar di Gedung UOB, Jakarta. Acara yang diprakarsai Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali ini sengaja mengedepankan kewirausahaan (entrepreneurship) karena dinilai bisa menjadi solusi bagi sejumlah persoalan ekonomi bangsa.
Eunice, pengelola Redboxactive yaitu pelaksana acara seminar LA Inspiraction, menjelaskan bahwa tujuan utama diselenggarakannya acara ini adalah agar para pebisnis dapat memberikan nilai lebih pada usaha yang mereka jalankan dengan mengusung konsep social entreprise.Acara yang digagas PT Djarum ini juga bertujuan mengedukasi para pelaku usaha tentang berbagai manfaat yang dapat diambil dengan menjalankan bisnis sosial. Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Vice President of Business Development Blue Bird Group Noni Purnomo dan Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia (pengelola 7-Eleven) Henri Honoris.
“Bisa dibilang ini adalah satu bentuk kepedulian yang dilakukan Djarum untuk membantu kemajuan bangsa,” ungkapnya kepada harian Seputar Indonesia (SINDO). Tema kewirausahan sosial dipilih karena saat ini model bisnis tersebut sedang menjadi tren baru di kalangan para pebisnis dunia.“Kini model bisnis sosial makin dikenal dan gencar dilakukan para pengusaha dunia. Karena itu, kami memilih tema ini agar para pebisnis di Indonesia juga dapat mengetahui perkembangan tren baru tersebut,“ katanya.
Acara LA Inspiraction sebenarnya sudah dilakukan sejak tiga tahun belakangan. Pada dua tahun terakhir, masyarakat yang disasar ialah kalangan muda berusia 20 tahun ke atas.Karena itu, seminar yang diadakan kerap mengangkat tema yang terkait pribadi yang berkualitas. “Tahun ini sasaran acara kami ialah masyarakat berumur 27 tahun ke atas, maka tema yang dipilih adalah Social Entreprise,” akunya Lebih lanjut,Eunice memaparkan, dengan terselenggaranya acara ini PT Djarum ingin para pebisnis yang ada di Indonesia dapat tertarik dalam menjalankan bisnis sosial yang banyak mengandung manfaat tersebut.
Sebab, melalui bisnis sosial, selain mendapatkan keuntungan materi, para pengusaha juga bisa melakukan satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat membantu dalam pembangunan perekonomian negara. “Target dalam jumlah audience tidak ada, tapi target setelah acara ini berakhir ada. Yakni, kami (pihak Djarum) berharap dengan terselenggaranya seminar ini bisa lebih banyak lagi masyarakat terutama para pelaku usaha yang mengetahui dan tertarik menjalankan bisnis sosial. Sehingga,nantinya keadaan dunia bisnis di Indonesia bisa seimbang,selaras dan menjadi lebih sehat lagi,”paparnya.
Sementara, Rhenald yang menjadi hostdalam seminar tersebut menekankan, konsep kewirausahaan sosial seharusnya bisa lebih digalakkan pelaksanaannya. “Bisa dibilang saat ini kebutuhan akan pebisnis sosial semakin mendesak.
Karena,semakin hari nasib masyarakat kecil makin tidak menentu akibat tekanan berbagai krisis multidimensi,” tegas Rhenald yang juga Ketua Program Magister Manajemen Universitas Indonesia (UI). Meski hingga kini pelaku bisnis sosial masih sangat minim, Rhenald optimistis ke depan para pebisnis di Indonesia semakin banyak yang menjalankan konsep bisnis yang tidak hanya memikirkan profit semata.
“Apalagi, saat ini makin banyak edukasi dan informasi tentang bisnis berwawasan pemberdayaan masyarakat,” ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi UI ini. Menurut Rhenald,adanya perpaduan antara sisi finansial dan sosial dalam konsep social entrepreneurship ibarat jelmaan dua semangat yang dimiliki Bunda Teresa dan pendiri Microsoft, Bill Gates.
“Kewirausahaan sosial memiliki dua perpaduan apik. Inilah yang membuatnya ibarat perpaduan antara nilai kemanusiaan dan naluri bisnis,”ungkap Rhenald. Konsep kewirausahaan sosial, kata Rhenald, awalnya diperkenalkan Mohammad Yunus, aktivis sosial asal Bangladesh yang mendirikan Grameen Bank pada 1983.Yunus mendirikan Grameen Bank dengan tujuan memberikan dana pinjaman terhadap masyarakat miskin di negaranya.
()