Permintaan baja diprediksi naik 30%
A
A
A
Sindonews.com – Permintaan baja secara nasional tahun ini diprediksi naik hingga 30 persen menjadi 11,7 juta ton dari posisi tahun lalu sembilan juta ton. Dari jumlah itu, kapasitas produksi industri baja dalam negeri hanya sekitar enam juta ton, sisanya mengandalkan baja impor.
Direktur PT Jaya Pari Steel Tbk Hadi Sutjipto mengatakan, perseroan belum berencana untuk melakukan ekspor sebab kapasitas produksi masih kecil. Bahkan pangsa pasar baja di Indonesia juga tidak begitu besar. Kalaupun ekspor, produk yang selama ini diproduksi harus menyesuaikan permintaan pasar internasional sebab spesifikasi produk Jaya Pari Steel menyesuaikan permintaan pasar domestik.
”Saya kira, permintaan baja tahun ini akan tetap bagus. Apalagi industri galangan kapal juga tumbuh. Bahkan pertumbuhannya kami perkirakan 30 persen,”katanya. Kendati permintaan baja mengalami kenaikan, namun situasi industri baja saat ini dalam posisi kurang menguntungkan bagi industri baja nasional. Ini menyusul terbukanya kran impor baja, khususnya dari China. Harga baja dari negeri Beruang Merah dipasaran ini lebih bisa bersaing lantaran mendapat subsidi dari pemerintahnya.
Amerika Serikat, Eropa dan Thailand, sudah melarang impor baja China. ”Tapi Indonesia tidak. Seharusnya, ada jenis baja tertentu yang tidak diproduksi industri nasional yang bisa diimpor. Jadi,lindungilah produksi dalam negeri. Negara lain melindungi kok kita tidak,” tandas Hadi. Perseroan yang beralamat di Jalan Margomulyo Surabaya ini hingga Mei 2012 telah mencatat penjualan bersih Rp136,6 miliar dengan laba bersih Rp3,4 miliar.
Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan perseroan sekitar Rp298 miliar dengan laba bersih Rp29,3 miliar. Penurunan ini dikarenakan harga baja dunia mengalami penurunan. Selama 2011, perseroan berkode saham JPRS itu mencatat penjualan bersih sebesar Rp641 miliar, naik dari tahun sebelumnya Rp428 miliar.
Peningkatan ini dipengaruhi meningkatnya volume penjualan dan kenaikan komoditi baja dipasar internasional. Ketika itu, harga pasar baja domestik naik rata-rata 8,8 persen. Tahun ini, Jaya Pari Steel memproyeksikan penjualan bersih sebesar Rp500 miliar. Direktur Utama PT Jaya Pari Steel Tbk, Gwie Gunadi Gunawan mengatakan, membanjirnya produk baja dari China di Indonesia karena negara-negara lain melakukan pembatasan.
Kendati produk dari China mutunya kurang bagus, namun diminati pasar dalam negeri lantaran harganya murah. Saat ini,rata-rata harga baja di pasaran sekitar Rp7.900 per kilogram, atau turun dari harga sebelumnya Rp8.500 per kilogram.”Memang harga baja di pasaran cenderung naik turun. Malah,penurunan ini bisa dalam tempo satu minggu,”pungkasnya.
Direktur PT Jaya Pari Steel Tbk Hadi Sutjipto mengatakan, perseroan belum berencana untuk melakukan ekspor sebab kapasitas produksi masih kecil. Bahkan pangsa pasar baja di Indonesia juga tidak begitu besar. Kalaupun ekspor, produk yang selama ini diproduksi harus menyesuaikan permintaan pasar internasional sebab spesifikasi produk Jaya Pari Steel menyesuaikan permintaan pasar domestik.
”Saya kira, permintaan baja tahun ini akan tetap bagus. Apalagi industri galangan kapal juga tumbuh. Bahkan pertumbuhannya kami perkirakan 30 persen,”katanya. Kendati permintaan baja mengalami kenaikan, namun situasi industri baja saat ini dalam posisi kurang menguntungkan bagi industri baja nasional. Ini menyusul terbukanya kran impor baja, khususnya dari China. Harga baja dari negeri Beruang Merah dipasaran ini lebih bisa bersaing lantaran mendapat subsidi dari pemerintahnya.
Amerika Serikat, Eropa dan Thailand, sudah melarang impor baja China. ”Tapi Indonesia tidak. Seharusnya, ada jenis baja tertentu yang tidak diproduksi industri nasional yang bisa diimpor. Jadi,lindungilah produksi dalam negeri. Negara lain melindungi kok kita tidak,” tandas Hadi. Perseroan yang beralamat di Jalan Margomulyo Surabaya ini hingga Mei 2012 telah mencatat penjualan bersih Rp136,6 miliar dengan laba bersih Rp3,4 miliar.
Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan perseroan sekitar Rp298 miliar dengan laba bersih Rp29,3 miliar. Penurunan ini dikarenakan harga baja dunia mengalami penurunan. Selama 2011, perseroan berkode saham JPRS itu mencatat penjualan bersih sebesar Rp641 miliar, naik dari tahun sebelumnya Rp428 miliar.
Peningkatan ini dipengaruhi meningkatnya volume penjualan dan kenaikan komoditi baja dipasar internasional. Ketika itu, harga pasar baja domestik naik rata-rata 8,8 persen. Tahun ini, Jaya Pari Steel memproyeksikan penjualan bersih sebesar Rp500 miliar. Direktur Utama PT Jaya Pari Steel Tbk, Gwie Gunadi Gunawan mengatakan, membanjirnya produk baja dari China di Indonesia karena negara-negara lain melakukan pembatasan.
Kendati produk dari China mutunya kurang bagus, namun diminati pasar dalam negeri lantaran harganya murah. Saat ini,rata-rata harga baja di pasaran sekitar Rp7.900 per kilogram, atau turun dari harga sebelumnya Rp8.500 per kilogram.”Memang harga baja di pasaran cenderung naik turun. Malah,penurunan ini bisa dalam tempo satu minggu,”pungkasnya.
()