Banjir impor, penjualan produk tekstil lesu

Rabu, 27 Juni 2012 - 16:04 WIB
Banjir impor, penjualan...
Banjir impor, penjualan produk tekstil lesu
A A A
Sindonews.com – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Jawa Barat (Jabar) mengalami penurunan pesanan untuk memasok kebutuhan Lebaran di dalam negeri. Penyebab utama penurunan ini dikarenakan semakin membanjirnya TPT impor, terutama dari China.

Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Kevin Hartanto menjelaskan, pesanan TPT untuk Lebaran dalam bentuk pakaian jadi, kain, benang, dan produk tektil lainnya dipastikan telah mencapai titik klimak. Padahal, volume pesanan TPT masih jauh dari harapan.

"Order TPT untuk kebutuhan Lebaran dipastikan telah usai. Padahal, volume TPT yang kami jual masih jauh dari pencapaian tahun lalu," jelas Kevin Hartanto di Bandung, Rabu (27/6/2012).

Diakui dia, volume pesanan TPT turun cukup signifikan. Namun, Kevin belum bisa memastikan berapa persentasi penurunan tersebut. Menurutnya, melambatnya pesanan TPT ke industri tektil dan garmen dalam negeri, akibat membanjirnya produk TPT impor di Indonesia. Sebagaimana diketahui, pasar Indonesia kini dibanjiri produk TPT China. "Artinya, pasar ritel kita telah dipenuhi produk impor," timpal Kevin.

Sebagai perbandingan, sekitar 3-4 bulan sebelum Lebaran, pesanan TPT biasanya meningkat drastis. Peningkatan pesanan akibat tingginya permintaan tekstil dan produk tekstil dari penjual bahan baku dan pakaian jadi. Momen Lebaran, biasanya menjadi andalan industri TPT memperbesar volume produksi untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.

"Sekarang Lebaran tinggal 1,5 bulan lagi. Tapi pesanan TPT tidak ada peningkatan signifikan. Kemungkinan pesanan sudah berhenti," jelas dia.

Sepinya pesanan menjelang Lebaran, dipastikan memukul industri TPT Jabar. Terlebih, Jabar merupakan pemasok terbesar TPT di pasar Indonesia. Ribuan pekerja juga menggantungkan hidupnya pada industri ini.

API berharap, pemerintah segera mencari solusi atas persoalan tersebut. Kebijakan perdagangan bebas antara Indonesia dan beberapa negara, semestinya memberi manfaat bagi industri dalam negeri.

Kondisi tersebut juga diperburuk turunnya pesanan TPT untuk pasar internasional. ekspor TPT Jabar mengalami perlambatan ke beberapa kawasan. Ketidakpastian ekonomi di kawasan Eropa dan Amerika, lanjut dia membuat perdagangan TPT internasional melambat.

Sepinya pesanan TPT jelang Lebaran, juga diakui pengusaha Sentra Rajut Binongjati Bandung, Rudy Caniago. Menurut dia, kondisi penjualan produk rajut tidak seramai tahun lalu. Biasanya, dua bulan jelang Lebaran, pesanan produk rajut meningkat.

“Pesanan sekarang jauh menurun. Biasanya, pesanan untuk kebutuhan Lebaran bisa mencapai 250 lusin per minggu. Sekarang tidak lebih dari 100 lusin per minggu,” jelas Rudy. Akibat sepinya pesanan, dari 50 mesin rajut, hanya 10 mesin yang beroperasi.

Menurut dia, pemasaran produk rajut saat ini cenderung sulit. Penyebabnya, banyaknya produk impor sejenis yang beredar di Indonesia. Selain itu, produk rajut Binongjati cenderung kalah pamor, ditengah minimnya promosi. Saat ini, pemasaran produk rajut Binongjati masih terbatas ke Surabaya, Jakarta, dan Bandung.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9000 seconds (0.1#10.140)