Sulitnya menebak arah pasar

Rabu, 27 Juni 2012 - 17:36 WIB
Sulitnya menebak arah pasar
Sulitnya menebak arah pasar
A A A
Sindonews.com - Di luar dugaan, hari ini indeks menguat cukup signifikan. Namun investor diingatkan untuk tetap waspada karena bakal terjadi aksi profit taking.

Apa yang terjadi di bursa hari ini Rabu (27/6/2012), sungguh di luar perkiraan para analis. Sebelumnya mereka sudah meramalkan bahwa hari ini indeks bakal melemah akibat penurunan peringkat utang 28 bank di Spanyol oleh Moody’s Investor Service. Tapi, apa yang terjadi? Seperti kita saksikan, hari ini IHSG justru menguat 53,47 poin (1,38 persen) dan ditutup di level 3.934,87.

Kendati hari ini indeks menguat, namun para investor jangan senang dulu. Soalnya, kemungkinan indeks akan melemah lagi masih cukup besar. Faktor yang akan menjadi pemicu pelemahan tersebut pasti tak asing lagi bagi telinga kita, yakni Krisis utang Yunani, carut marut perbankan Spanyol, serta pelambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Cina, dan India. Belum lagi Piala Eropa yang bisa membuat traksaksi di bursa sepi.

Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah sikap Fitch Rating yang juga terus memoloti perkembangan yang terjadi di negara-negara Eropa. Mulai dari Yunani hingga perbankan Spanyol. Jadi, memang mencemaskan. Wajar bila para analis mewanti-wanti agar investor tetap waspada. “Kalau tak yakin, jangan masuk ke pasar,” kata Analis PT Panin Sekuritas Purwoko Sartono. Ia menduga aksi profit taking bakal terjadi di bursa.

Untuk mengurangi resiko, Purwoko menyarankan investor untuk bermain di saham-saham unggulan. Ada sederet saham kelas satu yang memiliki fundamental kuat. Seperti Astra (ASII), BRI (BBRI), Jasa Marga (JSMR), dan Telkom (TLKM). Akan halnya Purwoko, ia merekomendasikan beli untuk saham-saham consumer goods dan ritel. Menurutnya, pendapatan emiten sektor ini akan meningkat pesat karena ada momen puasa dan lebaran.

Jadi, belilah saham Mayora (MYOR), Indofood (INDF), Ramayana (RALS), dan Matahari (MPRA). Yang penting, seperti dikatakan seorang analis dari Kresna Securities, jangan memegang saham berbasis komoditi seperti batubara. “Karena krisis semakin berat, kemungkinan harganya akan terkoreksi,” katanya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8121 seconds (0.1#10.140)