Harga Minyak Mentah Dunia Perlahan Naik, Brent Dibanderol USD83,48 per Barel
loading...
A
A
A
NEW YORK - Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada perdagangan Asia di hari Jumat (17/5/2024) di tengah tanda-tanda membaiknya permintaan global dan perlambatan inflasi Amerika Serikat (AS) . Terpantau, harga minyak Brent yang menjadi patokan global mencetak kenaikan mingguan pertama dalam tiga pekan terakhir.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah Brent naik 21 sen atau 0,3% menjadi USD83,48 per barel. Sedangkan untuk Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS dibanderol USD79,41 per barel usai menguat 18 sen yang setara dengan 0,2%.
Secara mingguan, Brent berjangka telah mengalami kenaikan sekitar 1%, dan WTI berjangka menguat mencapai 1,4%.
Penurunan belum lama ini dalam persediaan minyak dan produk olahan di pusat perdagangan global utama telah menciptakan optimisme atas pertumbuhan permintaan minyak, membalikkan tren kenaikan stok yang sangat membebani harga minyak mentah pada minggu-minggu sebelumnya. Hingga Kamis, minyak mentah berjangka Brent turun sekitar 10% dari posisi puncak tahun ini di USD92,18 per barel pada 12 April.
Persediaan minyak dan bahan bakar AS turun pekan lalu, sementara stok bahan bakar sulingan menengah Singapura turun ke level terendah hampir tiga bulan minggu ini. Di pusat perdagangan Amsterdam-Rotterdam-Antwerp Eropa, stok bensin turun 7,5% dalam seminggu hingga Kamis, hal itu berdasarkan data dari konsultan Insights Global.
Sentimen lain, indikator ekonomi terbaru dari Amerika Serikat telah mendorong optimisme atas permintaan global. Harga konsumen AS naik kurang dari yang diharapkan pada bulan April, menurut data resmi pada tengah pekan kemarin, meningkatkan ekspektasi suku bunga yang lebih rendah di negara itu.
Ekspektasi tersebut semakin didukung oleh data pada hari Kamis yang menunjukkan pasar tenaga kerja AS yang stabil.
Suku bunga yang lebih rendah dapat membantu melunakkan dolar AS, yang akan membuat minyak lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain dan bakal mendorong permintaan.
"Pasar keuangan sekarang bertaruh paling besar pada penurunan suku bunga September oleh Federal Reserve, yang akan terus meredam kekuatan dolar dan menggeser kekuatan itu ke komoditas dan ekuitas," kata analis minyak StoneX Alex Hodes.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah Brent naik 21 sen atau 0,3% menjadi USD83,48 per barel. Sedangkan untuk Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS dibanderol USD79,41 per barel usai menguat 18 sen yang setara dengan 0,2%.
Secara mingguan, Brent berjangka telah mengalami kenaikan sekitar 1%, dan WTI berjangka menguat mencapai 1,4%.
Penurunan belum lama ini dalam persediaan minyak dan produk olahan di pusat perdagangan global utama telah menciptakan optimisme atas pertumbuhan permintaan minyak, membalikkan tren kenaikan stok yang sangat membebani harga minyak mentah pada minggu-minggu sebelumnya. Hingga Kamis, minyak mentah berjangka Brent turun sekitar 10% dari posisi puncak tahun ini di USD92,18 per barel pada 12 April.
Persediaan minyak dan bahan bakar AS turun pekan lalu, sementara stok bahan bakar sulingan menengah Singapura turun ke level terendah hampir tiga bulan minggu ini. Di pusat perdagangan Amsterdam-Rotterdam-Antwerp Eropa, stok bensin turun 7,5% dalam seminggu hingga Kamis, hal itu berdasarkan data dari konsultan Insights Global.
Sentimen lain, indikator ekonomi terbaru dari Amerika Serikat telah mendorong optimisme atas permintaan global. Harga konsumen AS naik kurang dari yang diharapkan pada bulan April, menurut data resmi pada tengah pekan kemarin, meningkatkan ekspektasi suku bunga yang lebih rendah di negara itu.
Ekspektasi tersebut semakin didukung oleh data pada hari Kamis yang menunjukkan pasar tenaga kerja AS yang stabil.
Suku bunga yang lebih rendah dapat membantu melunakkan dolar AS, yang akan membuat minyak lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain dan bakal mendorong permintaan.
"Pasar keuangan sekarang bertaruh paling besar pada penurunan suku bunga September oleh Federal Reserve, yang akan terus meredam kekuatan dolar dan menggeser kekuatan itu ke komoditas dan ekuitas," kata analis minyak StoneX Alex Hodes.
(akr)