Industri kreatif butuh kemudahaan finansial
A
A
A
Sindonews.com - Industri kreatif di bidang game rupanya masih menjadi tantangan besar bagai pelaku industri ini di Indonesai. Pasalnya para pelaku bisnis bidang ini umumnya berlatar belakang teknis, sementara berbagai kebijakan perbankan di indonesia masih dianggap terlalu rumit dan terkesan kaku.
Hal ini disampaikan oleh CEO Agate Studio Arief Widhiyasa dalam acara Indonesia Banking Expo 2012 (IBEX) di Ruang Nuri, JCC, Senayan, Sabtu (30/6/2012).
"Dari sisi talent (sumber daya manusia), memang dari sisi formal akademi kita belum ada. Orang yang masuk industri game itu dari backgroundnya teknik jadi dia enggak tahu gimana bisnis, gimana finansial," terangnya dalam kesempatan tersebut.
Untuk itu, dirinya mengharapkan agar berbagai aktifitas finansial dan bisnis dapat disampaikan dengan lebih sederhana sehingga dapat menunjang pertumbuhan industri kreatif itu sendiri dimana pada umumnya pelaku industri di bidang ini sangat awam perihal finansial dan bisnis.
Sejalan dengan kondisi tersebut, Bank Indonesia sebagi pengatur regulasi perbankan di Indonesia sebenarnya telah mempersiapkan mekanisme perbankan yang bertujuan mempermudah akses masyarakat keuangan dan layanan perbankan atau yang lebih dikenal dengan program ekonomi inklusif.
Merespon program itu, Arif mengaku optimis dengan hal tersebut dan menganggapanya sebagai harapan baru solusi bisnis di bidang yang digelutinya saat ini, kendati belum merasakannya secara signifikan.
"Belum terlalu merasakan, tapi sudah ada secercah harapan. Sudah mulai regulate online money, sudah mulai regulate visual money itu sudah bagus banget, sangat terbantu." kata Arif.
Hal ini disampaikan oleh CEO Agate Studio Arief Widhiyasa dalam acara Indonesia Banking Expo 2012 (IBEX) di Ruang Nuri, JCC, Senayan, Sabtu (30/6/2012).
"Dari sisi talent (sumber daya manusia), memang dari sisi formal akademi kita belum ada. Orang yang masuk industri game itu dari backgroundnya teknik jadi dia enggak tahu gimana bisnis, gimana finansial," terangnya dalam kesempatan tersebut.
Untuk itu, dirinya mengharapkan agar berbagai aktifitas finansial dan bisnis dapat disampaikan dengan lebih sederhana sehingga dapat menunjang pertumbuhan industri kreatif itu sendiri dimana pada umumnya pelaku industri di bidang ini sangat awam perihal finansial dan bisnis.
Sejalan dengan kondisi tersebut, Bank Indonesia sebagi pengatur regulasi perbankan di Indonesia sebenarnya telah mempersiapkan mekanisme perbankan yang bertujuan mempermudah akses masyarakat keuangan dan layanan perbankan atau yang lebih dikenal dengan program ekonomi inklusif.
Merespon program itu, Arif mengaku optimis dengan hal tersebut dan menganggapanya sebagai harapan baru solusi bisnis di bidang yang digelutinya saat ini, kendati belum merasakannya secara signifikan.
"Belum terlalu merasakan, tapi sudah ada secercah harapan. Sudah mulai regulate online money, sudah mulai regulate visual money itu sudah bagus banget, sangat terbantu." kata Arif.
(and)