Tarik ulur tarif, railbus Batara molor operasi

Selasa, 03 Juli 2012 - 21:16 WIB
Tarik ulur tarif, railbus Batara molor operasi
Tarik ulur tarif, railbus Batara molor operasi
A A A
Sindonews.com - Masih adanya perdebatan mengenai besaran tarif menjadi pemicu batalnya operasi railbus Batara Kresna yang melayani rute Sukoharjo-Solo-Yogyakarta.

Harga yang disepakati antara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dinilai terlalu tinggi oleh pemerintah daerah setempat. Kemenhub menjanjikan persoalan tarif tersebut bakal segera tuntas dan railbus yang memiliki tiga rangkaian gerbong tersebut bisa secepatnya dioperasikan.

“Kan kemarin ada permintaan daerah yang terlalu rendah. Saya tidak tahu angkanya, yang jelas daerah minta terlalu rendah,” ungkap Dirjen Perkeretapian Kemenhub, Tunjung Inderawan kepada SINDO disela-sela meninjau progres double track di Stasiun Tawang, Selasa 3 Juli 2012.

Tunjung menyatakan, operasional railbus saat ini masih dalam proses saja, menunggu tarif dan sedang dikaji. Kalau pemerintah sama PT KAI, sejauh ini tidak ada masalah. Dia juga memastikan, untuk rute Solo-Yogyakarta besaran tarifnya sudah tidak ada masalah. “Itu sudah (disepakati). Nanti (kami) rapat soal itu, dan sesegera mungkin lah itu (dioperasikan),” katanya.

Sebagaimana diberitakan, sebelumnya Kemenhub dan PT KAI saat rapat di Jakarta beberapa waktu lalu menyepakati untuk besaran tarif railbus rute Sukoharjo-Solo Rp10.000. Belakangan, pemerintah daerah menginginkan tarif diturunkan menjadi Rp7.500.

Selang sehari sebelum rencana dioperasikan pada 22 Juni lalu, PT KAI tetap memberlakukan tarif Rp10.000 namun akhirnya batal dioperasikan. PT KAI Daop VI belum bisa mengoperasikan railbus karena belum menerima berita acara serah terima operasional (basto).

Pengamat transportasi Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno mengakui, untuk tarif sebesar Rp7.500 pada rute Sukoharjo-Solo memang akan sangat memberatkan PT KAI. Apalagi, moda transportasi massal tersebut sampai sekarang belum mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat.

Dirinya mengusulkan agar PT KAI juga berani menantang kepada pemerintah, apakah tahun depan bisa memberikan subsidi atau tidak. Jika sudah ada kepastian akan mendapat subsidi, maka PT KAI jika akan dioprasikan tahun ini seharusnya juga bisa menurunkan tarif.

“Lebih baik tarif Rp10.000 itu hanya untuk hari Sabtu dan Minggu. Sedangkan hari biasa tetap Rp7.500,” kata Djoko, kemarin.

Dia beralasan, tarif untuk Sabtu dan Minggu mengalami kenaikan Rp2.500 karena kereta komuter itu dibanjiri wisatawan yang akan berlibur. Rute railbus yang melewati pedesaan dan persawahan bisa dijadikan peluang wisata.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7086 seconds (0.1#10.140)