Mobile banking untuk mereka yang mobile

Rabu, 19 September 2012 - 13:18 WIB
Mobile banking untuk mereka yang mobile
Mobile banking untuk mereka yang mobile
A A A
Sindonews.com - Diantara kita pasti pernah mengalami situasi saat kita membutuhkan pulsa, transfer sejumlah uang ke orang terdekat, namun terkendala pekerjaan yang padat atau bahkan terlalu malas keluar rumah karena lokasi ATM yang terlalu jauh.

Untung saja kita berada di era yang memberikan banyak solusi. Aktivitas perbankan kini dapat dilakukan bermodalkan telepon genggam, baik itu dengan sms banking atau bahkan mobile banking. Kedua fasilitas layanan ini sangat membantu kebutuhan nasabah yang memiliki mobilitas dan kesibukan yang cukup tinggi. Tidak mengherankan pula jika perbankan berlomba-lomba mengembangkan layanan ini. Bukan hanya sebagai bentuk layanan, bagi bank layanan ini dinilai mampu menekan cost of fund (biaya dana).

Berdasarkan hasil riset MARS Indonesia yang dimuat dalam "Studi Pasar & Perilaku Nasabah Mobile Banking 2008/2008" setidaknya terdapat 3 alasan utama nasabah perbankan membutuhkan layanan mobile banking, yaitu praktis karena tidak perlu datang ke bank/ATM (46,5%), transaksi menjadi lebih cepat (32,7%), dan mempermudah untuk cek saldo melalui HP (17,8%).

Dengan kata lain, mobile banking berkembang karena layanan ini mampu memberikan keleluasaan dan kepraktisan transaksi. Apalagi kebutuhan transaksi yang paling mendasar yang dibutuhkan nasabah berupa cek saldo, pembayaran tagihan, transfer uang, maupun layanan keuangan lainnya bisa dilakukan dengan hanya menekan tombol-tombol di ponsel. Transaksi pun bisa dijalankan dari mana saja sejauh jaringan tersedia.

Kini, hampir semua bank besar sudah menawarkan layanan mobile banking. Sebut saja PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk yang memang dikenal sebagai bank transactional. Dari sisi transaksi perbankan, bisa dikatakan setiap bulannya transaksi elektronik kedua bank ini sudah mencapai 80-90% dari total transaksi nasabah. Artinya, potensi bank untuk menggarap dan meningkatkan kualitas layanan elektronik banking merupakan kewajiban.

Country Head Google Indonesia Rudy Ramawy pernah mengungkapkan, Indonesia merupakan negara nomor tiga untuk jumlah pengguna internet terbesar di dunia. Pertumbuhan pengguna online banking di Indonesia juga tercatat sebagai yang tercepat di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan semakin banyak penduduk Indonesia yang menjadikan internet sebagai pintu gerbang pencarian berbagai layanan termasuk layanan perbankan. Menurut dia, dengan populasi pengguna internet yang tumbuh pesat berpengaruh kepada jumlah pengguna online banking. Jumlah pencari layanan dan jasa perbankan melalui internet bertambah hingga 23 kali lipat dalam kurun waktu lima tahun.

Kita ambil contoh di Bank Mandiri. Pada awal Juli 2012, telah dikembangkan Mandiri Mobile bagi pengguna I-Phone dan Android sebagai kelanjutan pengembangan Mandiri Mobile Blackberry pada 2011. Direktur Mikro dan Retail Banking Mandiri Budi G Sadikin sebelumnya berharap peluncuran aplikasi ini mampu mendorong peningkatan pengguna aktif layanan mobile banking menjadi 1 juta pada akhir 2012, dari sekitar 600.000 pengguna aktif di 2011. Budi juga berharap dari sekitar 12 juta nasabah Mandiri, setidaknya 10 juta nasabah dapat menjadi pengguna layanan mobile banking ini.

Jika dilihat dari perkembangan penggunaan mobile banking di bank ini saja per Juni 2012, transaksi mobile banking yang tercatat mencapai 57,1 juta transaksi, atau naik 45% atau sebanyak 17,8 juta transaksi, dibandingkan periode yang sama di Juni 2011 yaitu sebesar 39,2 juta transaksi. Dari sisi volume atau nilai transaksi juga tercatat pertumbuhan yang signifikan, yaitu per Juni 2012 nilai transaksinya telah mencapai Rp10,8 triliun, atau naik 46% atau sebesar Rp3,4 triliun, jika dibandingkan periode Juni 2011 yang baru mencapai Rp7,4 triliun. Adapun di BCA, mobile banking nya per bulan mencatat transaksi sekitar 25 juta transaksi dengan nilai sekitar Rp26 triliun dengan pertumbuhan sekitar 30-40%. Transaksinya tidak terlepas dari cek saldo, transfer dan pembayaran.

Selain transaksi meningkat, tentunya yang diharapkan bank adalah kenyamanan nasabah. Buat bank, ujung-ujungnya balance transactional nasabah tetap berada di bank tersebut. Dari sisi efisiensi, transaksi di mobile juga lebih murah dan semakin mendorong nasabah untuk bertransaksi. Dari sisi bank juga, melalui transaksi e-channel, bank bisa lebih banyak melakukan penghematan. Sebut saja biaya investasi untuk satu cabang sekitar mencapai Rp1 miliar, untuk 1 ATM sekitar USD7 ribu, atau EDC (Electronic Data Capture) yang sekitar USD300, semua difasilitasi bank. Coba bandingkan dengan mobile banking, justru nasabahlah yang menyediakan biaya handset dan pulsa.

Dengan demikian, kita dapat melihat beberapa keuntungan positif yang dapat diperhatikan dengan layanan ini. Makin populernya transaksi finansial/perbankan via ponsel harapan untuk mengurangi penggunaan uang tunai (less cash society) tidak lama lagi akan terwujud. Selain itu, upaya menyentuh masyarakat yang belum berbank juga bisa dilakukan dengan layanan mobile banking.

Tentu saja, layanan ini tanpa cela. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan. Secara persepsi, layanan ini sangat berfokus kepada nasabah di perkotaan. Memang betul, masyarakat perkotaan paling dikenal dengan ciri mobilitas tinggi. Tapi penting juga untuk memperkenalkan layanan ini kepada masyarakat dimanapun cabang bank beroperasi, bahkan di daerah pedesaan. Sebagaimana kita ketahui, di daerah sebenarnya banyak potensi yang bisa digalakkan, hanya saja masalah akses sering kali menjadi kendala.

Edukasi bagaimanapun tetapi menjadi poin penting. Pasalnya meski hampir sebagian besar penduduk telah menggunakan ponsel, masih banyak masyarakat yang belum melek teknologi. Hal ini bisa dibantu dengan memperkenalkan nasabah saat pembukaan rekening, brosur maupun media sosialisasi layanan ini. Selain itu layanan mobile banking juga harus user friendly sehingga nasabah dimudahkan dan semakin giat bertransaksi.

Sisi lain adalah sosialisasi. Meski relatif aman karena memakai sistem pengamanan berlapis, yakni dari provider telekomunikasi seluler, serta dari jaringan sistem perbankan yang bersangkutan, nasabah juga perlu diyakinkan dan diberikan pemahaman agar nasabah tidak perlu merasa khawatir dalam penggunaannya. Dan yang tak kalah penting adalah harus ada solusi untuk menjamin ketersediaan jaringan seluler. Perbankan tentu tak bisa sendirian dalam mengatasi ini, sebab berkaitan dengan jaringan seluler berada di industri telekomunikasi. Tentunya sangat disayangkan apabila layanan mobile ini harus memenuhi kendala blank spot, dengan wilayah-wilayah jaringan seluler terbatas. Seharusnya layanan ini bisa digunakan di wilayah apapun di Indonesia, tidak sekedar rumah ataupun kantor, karena hakikat mobile banking adalah transaksi dimanapun dan kapanpun. (mai)
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6742 seconds (0.1#10.140)