APPBI minta pemerintah pertimbangkan kenaikan tarif listrik
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan meminta pemerintah mempertimbangkan kembali soal kenaikan tarif listrik untuk pelanggan B-3.
"Pemerintah menganggap pusat-pusat perbelanjaan ini biaya listriknya ditanggung pengusaha besar. Padahal, kita enggak pernah bayar listrik, hanya menalangi saja. Karena yang bayar listrik pemilik toko atau penyewa toko," kata Stefanus saat dihubungi Sindonews, Rabu (9/1/2013).
Menurut Stefanus, para pemilik atau penyewa toko yang sebenarnya merasakan beban kenaikan tarif listrik. Mal di dalam negeri rata-rata kelas menengah ke bawah. Mal kelas menengah ke atas hanya 6,5 persen.
"Sebanyak 80 persen Mal di seluruh Indonesia diisi produk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Karena itu, seharusnya pemerintah mempertimbangkan antara hotel, perkantoran dengan mal," ujarnya.
Stefanus menegaskan, kondisi mal sangat berbeda dengan perkantoran dan hotel karena sebagian besar pedagang di mal itu barangnya berasal dari UMKM. "Jadi, salah besar bahwa mal semuanya mentereng. Kenyataannya kan tidak seperti itu," ucap Stefanus.
"Pemerintah menganggap pusat-pusat perbelanjaan ini biaya listriknya ditanggung pengusaha besar. Padahal, kita enggak pernah bayar listrik, hanya menalangi saja. Karena yang bayar listrik pemilik toko atau penyewa toko," kata Stefanus saat dihubungi Sindonews, Rabu (9/1/2013).
Menurut Stefanus, para pemilik atau penyewa toko yang sebenarnya merasakan beban kenaikan tarif listrik. Mal di dalam negeri rata-rata kelas menengah ke bawah. Mal kelas menengah ke atas hanya 6,5 persen.
"Sebanyak 80 persen Mal di seluruh Indonesia diisi produk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Karena itu, seharusnya pemerintah mempertimbangkan antara hotel, perkantoran dengan mal," ujarnya.
Stefanus menegaskan, kondisi mal sangat berbeda dengan perkantoran dan hotel karena sebagian besar pedagang di mal itu barangnya berasal dari UMKM. "Jadi, salah besar bahwa mal semuanya mentereng. Kenyataannya kan tidak seperti itu," ucap Stefanus.
(dmd)