Harga kapal turun, pengusaha minta insentif investasi
A
A
A
Sindonews.com - Operator pelayaran mengkhawatirkan Indonesia akan kehilangan momentum investasi di sektor pelayaran, terutama pada saat harga kapal di pasar dunia sedang turun hingga lebih dari 50 persen.
Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Carmelita Hartoto mengatakan, harga kapal dalam dua tahun terakhir terus merosot seiring dengan dampak krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Menurut dia, penurunan harga kapal menjadi keuntungan (blessing) bagi perusahaan pelayaran di Indonesia untuk berinvestasi. "Tetapi diperlukan insentif fiskal dan moneter agar investasi di sektor ini bisa berakselerasi lebih cepat," kata Carmelita dalam rilisnya di Jakarta, Senin (14/1/2013).
Dia mengharapkan, pemerintah dapat menangkap peluang ini dengan memperbanyak insentif fiskal dan moneter serta infrastruktur, apalagi sektor pelayaran memiliki kemampuan dalam menyerap tenaga kerja yang bersifat massal.
"Tanpa insentif itu, investasi kapal berjalan lambat dan Indonesia kehilangan momentum. Itulah bedanya investasi di pelayaran dan nonpelayaran. Pada saat kondisi ekonomi dunia lesu dan harga kapal anjlok justru menjadi blessing bagi pelayaran. Sebaliknya, justru terjadi pada sektor lain," ungkapnya.
Carmelita menilai, pembelian kapal pada saat ini akan menguntungkan perekonomian Indonesia karena kapal-kapal nasional akan lebih siap untuk bersaing dan mengangkut muatan domestik maupun luar negeri pada saat harga kapal sudah mahal dan pasar angkutan laut pulih.
Berdasarkan data INSA, saat ini harga kapal baru atau bekas turun secara signifikan. Sebagai contoh, harga kapal curah kering bekas berusia 10 tahun jenis handymax berkapasitas 52.000 DWT (dead weight tonnage) turun menjadi USD14,5 juta pada Januari 2013, dibandingkan harga tertinggi pada Mei 2010 sebesar USD27 juta.
Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Carmelita Hartoto mengatakan, harga kapal dalam dua tahun terakhir terus merosot seiring dengan dampak krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Menurut dia, penurunan harga kapal menjadi keuntungan (blessing) bagi perusahaan pelayaran di Indonesia untuk berinvestasi. "Tetapi diperlukan insentif fiskal dan moneter agar investasi di sektor ini bisa berakselerasi lebih cepat," kata Carmelita dalam rilisnya di Jakarta, Senin (14/1/2013).
Dia mengharapkan, pemerintah dapat menangkap peluang ini dengan memperbanyak insentif fiskal dan moneter serta infrastruktur, apalagi sektor pelayaran memiliki kemampuan dalam menyerap tenaga kerja yang bersifat massal.
"Tanpa insentif itu, investasi kapal berjalan lambat dan Indonesia kehilangan momentum. Itulah bedanya investasi di pelayaran dan nonpelayaran. Pada saat kondisi ekonomi dunia lesu dan harga kapal anjlok justru menjadi blessing bagi pelayaran. Sebaliknya, justru terjadi pada sektor lain," ungkapnya.
Carmelita menilai, pembelian kapal pada saat ini akan menguntungkan perekonomian Indonesia karena kapal-kapal nasional akan lebih siap untuk bersaing dan mengangkut muatan domestik maupun luar negeri pada saat harga kapal sudah mahal dan pasar angkutan laut pulih.
Berdasarkan data INSA, saat ini harga kapal baru atau bekas turun secara signifikan. Sebagai contoh, harga kapal curah kering bekas berusia 10 tahun jenis handymax berkapasitas 52.000 DWT (dead weight tonnage) turun menjadi USD14,5 juta pada Januari 2013, dibandingkan harga tertinggi pada Mei 2010 sebesar USD27 juta.
(rna)