China berusaha keluar dari perlambatan ekonomi
China berusaha keluar dari perlambatan ekonomi
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah China berusaha keluar dari perlambatan ekonomi pada tujuh kuartal terakhir akibat pelemahan proyek infrastruktur dan inflasi. Kondisi ini memaksa para pejabat menahan diri dalam pengetatan kebijakan moneter.
Tercatat, ekspansi ekonomi China pada 2012 sebesar 7,7 persen, atau terlemah sejak 1999. Diharapkan tahun ini menjadi 8,1 persen sebelum melambat menjadi 8 persen pada 2014.
"Pemulihan saat ini didorong sebagian besar pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal. Setelah pelonggaran kebijakan, perekonomian kemungkinan akan tumbuh kembali," kata Zhang Zhiwei, kepala ekonom Nomura Holdings Inc, Hong Kong, seperti dilansir bloomberg, Kamis (17/1/2013).
Joy Yang, kepala ekonom Greater China Mirae Asset Securities (HK) Ltd mengemukakan, pemulihan sejauh ini dipimpin percepatan investasi publik dan ekspor ke negara-negara kuat di Asia.
"Namun, kami belum melihat tanda-tanda yang jelas dari pemulihan di sektor swasta dan sebagainya. Konsumsi tahun ini kemungkinan akan dibatasi pertumbuhan upah lebih lambat dan peningkatan pengangguran," ujar Joy, yang juga mantan peneliti IMF.
Tercatat, ekspansi ekonomi China pada 2012 sebesar 7,7 persen, atau terlemah sejak 1999. Diharapkan tahun ini menjadi 8,1 persen sebelum melambat menjadi 8 persen pada 2014.
"Pemulihan saat ini didorong sebagian besar pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal. Setelah pelonggaran kebijakan, perekonomian kemungkinan akan tumbuh kembali," kata Zhang Zhiwei, kepala ekonom Nomura Holdings Inc, Hong Kong, seperti dilansir bloomberg, Kamis (17/1/2013).
Joy Yang, kepala ekonom Greater China Mirae Asset Securities (HK) Ltd mengemukakan, pemulihan sejauh ini dipimpin percepatan investasi publik dan ekspor ke negara-negara kuat di Asia.
"Namun, kami belum melihat tanda-tanda yang jelas dari pemulihan di sektor swasta dan sebagainya. Konsumsi tahun ini kemungkinan akan dibatasi pertumbuhan upah lebih lambat dan peningkatan pengangguran," ujar Joy, yang juga mantan peneliti IMF.
(dmd)
Explore More