Cuaca buruk dongkrak harga sayuran
A
A
A
Sindonews.com - Cuaca buruk sejak akhir Desember 2012 lalu, sebabkan distribusi sayuran dari kawasan pertanian ke sejumlah pasar tradisional Kabupaten Garut terhambat. Hal ini setidaknya menyebabkan harga sayuran merangkak naik.
Kepala UPTD Pasar Induk Guntur Ciawitali Garut, Dayat menjelaskan, keterlambatan distribusi barang ke pasar mencapai dua jam setiap harinya. Cuaca buruk setidaknya menyebabkan para distributor kesulitan mendapatkan pasokan sayuran dan tenaga kerja pengangkut barang.
"Sayuran jadi jarang karena banyak yang kualitasnya buruk. Susah cari kuli angkut juga salah satu penyebabnya. Itu yang mereka jadikan alasan untuk menaikkan harga sayur," tutur Dayat di Pasar Induk Guntur Ciawitali Sabtu (19/1/2013).
Ia mengutarakan, sebagian besar sayuran yang dipasok ke Pasar Guntur berasal dari Kecamatan Cikajang dan Pasirwangi. Pada musim hujan, kawasan dataran tinggi tersebut sulit diakses karena kerap diguyur hujan pada tengah malam. “Kondisi jalan licin. Menyebabkan angkutan sayur terhambat,” ucapnya.
Harga sayuran di Pasar Guntur sendiri rata-rata mengalami kenaikan antara Rp1.000 hingga Rp2.000 per kilogram. Sejumlah sayuran yang mengalami kenaikan ini di antaranya adalah harga wortel yang mengalami kenaikan Rp1.000, dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per kilogram.
“Tomat juga mengalami kenaikan harga dari Rp3.000 menjadi Rp5.000 per kilogram. Harga kol naik dari Rp2.000 menjadi Rp3.000 per kilogram. Kenaikan harga ini terjadi sejak seminggu lalu,” ujarnya.
Kenaikan serupa dialami oleh komoditas lain seperti kacang tanah yang sekarang kini naik jadi Rp20.000 dari sebelumnya Rp18.000, kentang jadi Rp14.000 dari sebelumnya Rp12.000, dan cabe rawit jadi Rp13.000, dari sebelumnya Rp11.000.
“Kenaikan harga tertinggi dialami cabai merah. Harga per kilogramnya naik dari Rp12.000 jadi Rp18.000. Hal ini disebabkan karena tanaman cabai yang kurang tahan cuaca basah sehingga menyebabkan gagal panen,” ungkapnya.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga asal Kecamatan Karangpawitan, Tini Supriatni (34), mengaku resah dengan naiknya sejumlah komoditas sayuran. Ia pun meminta agar pemerintah segera melakukan tindakan.
“Siapapun tidak mau harga-harga naik. Saya hanya bisa berharap, pemerintah dapat melakukan penyetabilan harga,” tukasnya.
Kepala UPTD Pasar Induk Guntur Ciawitali Garut, Dayat menjelaskan, keterlambatan distribusi barang ke pasar mencapai dua jam setiap harinya. Cuaca buruk setidaknya menyebabkan para distributor kesulitan mendapatkan pasokan sayuran dan tenaga kerja pengangkut barang.
"Sayuran jadi jarang karena banyak yang kualitasnya buruk. Susah cari kuli angkut juga salah satu penyebabnya. Itu yang mereka jadikan alasan untuk menaikkan harga sayur," tutur Dayat di Pasar Induk Guntur Ciawitali Sabtu (19/1/2013).
Ia mengutarakan, sebagian besar sayuran yang dipasok ke Pasar Guntur berasal dari Kecamatan Cikajang dan Pasirwangi. Pada musim hujan, kawasan dataran tinggi tersebut sulit diakses karena kerap diguyur hujan pada tengah malam. “Kondisi jalan licin. Menyebabkan angkutan sayur terhambat,” ucapnya.
Harga sayuran di Pasar Guntur sendiri rata-rata mengalami kenaikan antara Rp1.000 hingga Rp2.000 per kilogram. Sejumlah sayuran yang mengalami kenaikan ini di antaranya adalah harga wortel yang mengalami kenaikan Rp1.000, dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per kilogram.
“Tomat juga mengalami kenaikan harga dari Rp3.000 menjadi Rp5.000 per kilogram. Harga kol naik dari Rp2.000 menjadi Rp3.000 per kilogram. Kenaikan harga ini terjadi sejak seminggu lalu,” ujarnya.
Kenaikan serupa dialami oleh komoditas lain seperti kacang tanah yang sekarang kini naik jadi Rp20.000 dari sebelumnya Rp18.000, kentang jadi Rp14.000 dari sebelumnya Rp12.000, dan cabe rawit jadi Rp13.000, dari sebelumnya Rp11.000.
“Kenaikan harga tertinggi dialami cabai merah. Harga per kilogramnya naik dari Rp12.000 jadi Rp18.000. Hal ini disebabkan karena tanaman cabai yang kurang tahan cuaca basah sehingga menyebabkan gagal panen,” ungkapnya.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga asal Kecamatan Karangpawitan, Tini Supriatni (34), mengaku resah dengan naiknya sejumlah komoditas sayuran. Ia pun meminta agar pemerintah segera melakukan tindakan.
“Siapapun tidak mau harga-harga naik. Saya hanya bisa berharap, pemerintah dapat melakukan penyetabilan harga,” tukasnya.
(gpr)