Cuaca buruk, wisatawan Garut turun drastis
A
A
A
Sindonews.com - Cuaca buruk pengaruhi kepariwisataan di Kabupaten Garut. Di pesisir pantai selatan Kabupaten Garut, kunjungan wisata menurun drastis karena cuaca buruk.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Garut Yatie Rohayatie menyebutkan, menurunnya kunjungan beberapa terkahir ini terjadi di objek wisata Pantai Santolo dan Rancabuaya. Besarnya gelombang ombak dan tingginya curah hujan menyurutkan minat pengunjung untuk datang ke dua objek wisata tersebut.
“Jangankan wisata, para nelayan yang sehari-hari beraktivitas di sana (Pantai Santolo dan Rancabuaya) pun berhenti. Mereka khawatir untuk melaut karena cuaca tidak memungkinkan. Apalagi untuk berwisata. Sangat tidak mungkin untuk dilakukan,” katanya di Garut Sabtu (19/1/2013).
Diungkapkan Yatie, penurunan tingkat kunjungan juga terjadi pada beberapa objek wisata lainnya. Salah satu objek wisata lain yang mengalami penurunan ini adalah Situ Cangkuang, Kecamatan Leles.
“Situ Cangkuang merupakan objek wisata out door. Sebelum berkunjung dan melihat-lihat Candi Cangkuang, para wisatawan harus menyebrangi situ atau danau terlebih dahulu dengan rakit. Namun hujan terus menerus terjadi di setiap harinya. Membuat para pengunjung mengurungkan niatannya. Dari rekap data kunjungan terkini, jumlah kunjungan berkurang,” ungkapnya.
Padahal, kata Yatie, sektor pariwisata pada setiap tahunnya selalu mendapat perhatian lebih dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut. Hal ini cukup beralasan karena pendapatan Asli Derah (PAD) dari sektor pariwisata, merupakan pendapatan tertinggi dibanding sumber PAD lainnya.
“Sebagai contoh, pendapatan PAD Kabupaten Garut dari sub pariwisata seperti pajak hotel dan restoran terus meningkat tiap tahun. Realisasi pajak hotel pada 2011 mencapai Rp2,1 miliar. Meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan, pada 2012, pendapatan dari pajak hotel meningkat jadi Rp3,7 miliar,” sebutnya.
Peningkatan pendapatan dari pajak restoran, lanjut dia, juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2011, pendapatan dari pajak restoran terealisasi sebesar Rp2,5 miliar, sedangkan di 2012 pendapatan dari pajak restoran terealisasi sebesar Rp4,7 miliar.
“Objek wisata yang stabil di Garut adalah Cipanas. Kawasan Cipanas masih menjadi tempat wisata unggulan karena lokasinya sangat dekat dari Bandung. Selain itu, objek wisata ini bukan bersifat out door karena para wisatawan bisa menikmati air panas di dalam hotel. Makanya, pemerintah terus berusaha menjaga kawasan Cipanas," kata Yatie.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupataen Garut Asep Irvan mengatakan, dari 133 hotel di Kabupaten Garut, lebih dari separuhnya ada di Cipanas. Kendati kunjungan Objek Wisata Cipanas dikategorikan masih relatif stabil, Asep meminta agar pemerintah dapat lebih menata jalan dan sarana parkir kendaraan di kawasan itu.
"Kalau akhir pekan selalu macet. Lahan parkir juga kurang sampai mobil-mobil yang ke hotel atau tempat wisata parkir di pinggir jalan. Ini akan membuat jalan di Cipanas makin sempit. Cipanas harus ditata lagi lalu lintasnya supaya wisatawan bisa nyaman," tukasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Garut Yatie Rohayatie menyebutkan, menurunnya kunjungan beberapa terkahir ini terjadi di objek wisata Pantai Santolo dan Rancabuaya. Besarnya gelombang ombak dan tingginya curah hujan menyurutkan minat pengunjung untuk datang ke dua objek wisata tersebut.
“Jangankan wisata, para nelayan yang sehari-hari beraktivitas di sana (Pantai Santolo dan Rancabuaya) pun berhenti. Mereka khawatir untuk melaut karena cuaca tidak memungkinkan. Apalagi untuk berwisata. Sangat tidak mungkin untuk dilakukan,” katanya di Garut Sabtu (19/1/2013).
Diungkapkan Yatie, penurunan tingkat kunjungan juga terjadi pada beberapa objek wisata lainnya. Salah satu objek wisata lain yang mengalami penurunan ini adalah Situ Cangkuang, Kecamatan Leles.
“Situ Cangkuang merupakan objek wisata out door. Sebelum berkunjung dan melihat-lihat Candi Cangkuang, para wisatawan harus menyebrangi situ atau danau terlebih dahulu dengan rakit. Namun hujan terus menerus terjadi di setiap harinya. Membuat para pengunjung mengurungkan niatannya. Dari rekap data kunjungan terkini, jumlah kunjungan berkurang,” ungkapnya.
Padahal, kata Yatie, sektor pariwisata pada setiap tahunnya selalu mendapat perhatian lebih dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut. Hal ini cukup beralasan karena pendapatan Asli Derah (PAD) dari sektor pariwisata, merupakan pendapatan tertinggi dibanding sumber PAD lainnya.
“Sebagai contoh, pendapatan PAD Kabupaten Garut dari sub pariwisata seperti pajak hotel dan restoran terus meningkat tiap tahun. Realisasi pajak hotel pada 2011 mencapai Rp2,1 miliar. Meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan, pada 2012, pendapatan dari pajak hotel meningkat jadi Rp3,7 miliar,” sebutnya.
Peningkatan pendapatan dari pajak restoran, lanjut dia, juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2011, pendapatan dari pajak restoran terealisasi sebesar Rp2,5 miliar, sedangkan di 2012 pendapatan dari pajak restoran terealisasi sebesar Rp4,7 miliar.
“Objek wisata yang stabil di Garut adalah Cipanas. Kawasan Cipanas masih menjadi tempat wisata unggulan karena lokasinya sangat dekat dari Bandung. Selain itu, objek wisata ini bukan bersifat out door karena para wisatawan bisa menikmati air panas di dalam hotel. Makanya, pemerintah terus berusaha menjaga kawasan Cipanas," kata Yatie.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupataen Garut Asep Irvan mengatakan, dari 133 hotel di Kabupaten Garut, lebih dari separuhnya ada di Cipanas. Kendati kunjungan Objek Wisata Cipanas dikategorikan masih relatif stabil, Asep meminta agar pemerintah dapat lebih menata jalan dan sarana parkir kendaraan di kawasan itu.
"Kalau akhir pekan selalu macet. Lahan parkir juga kurang sampai mobil-mobil yang ke hotel atau tempat wisata parkir di pinggir jalan. Ini akan membuat jalan di Cipanas makin sempit. Cipanas harus ditata lagi lalu lintasnya supaya wisatawan bisa nyaman," tukasnya.
(gpr)