Pemesan pesawat 787 Dreamliner tekan Boeing
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah perusahaan maskapai penerbangan yang memesan pesawat 787 Dreamliner mulai gelisah. Mereka berharap Boeing co (BA) segera melakukan perbaikan pada sistem beterai.
AMR Corp (AAMRQ)'s American Airlines (CIT) dan pemilik Virgin Atlantic Airways Ltd, miliarder Richard Branson mengatakan, Boeing harus segera memperbaiki kesalahan pada pesawat tersebut. Pihaknya tidak mau mengambil risiko terjadi kecelakaan yang berdampak terhadap kerugian besar perusahaan.
Kondisi ini menjadi tekanan bagi Boeing mengingat pesawat jet yang diklaim paling canggih itu sudah memiliki sekitar 800 pesanan. Dibanderol mulai dari harga USD207 juta, Dreamliner memiliki kelebihan irit bahan bakar.
"Ini adalah keputusan terbesar maskapai penerbangan dalam 30 tahun terakhir, dan mereka kembali mempelajarinya sebelum membeli," kata Michael Derchin, seorang analis di CRT Capital Group di Stamford, Connecticut seperti dilansir The Seattle Times, Minggu (20/1/2013).
Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengintruksikan untuk menghentikan sementara penerbangan Boeing 787 Dreamliner. Hal itu didasari risiko kebakaran pada baterai lithium-ion setelah terjadi insiden pada pesawat milik Japan Airlines, pekan lalu. Padahal, saat ini tercatat ada sekitar 50 pesawat 787 Dreamliner yang sudah terbang di seluruh dunia.
"Saya memiliki keyakinan Boeing Co akan bekerja keras mengatasi masalah pada 787," ujar Chief Executive Officer Amerika, Tom Horton.
AMR Corp (AAMRQ)'s American Airlines (CIT) dan pemilik Virgin Atlantic Airways Ltd, miliarder Richard Branson mengatakan, Boeing harus segera memperbaiki kesalahan pada pesawat tersebut. Pihaknya tidak mau mengambil risiko terjadi kecelakaan yang berdampak terhadap kerugian besar perusahaan.
Kondisi ini menjadi tekanan bagi Boeing mengingat pesawat jet yang diklaim paling canggih itu sudah memiliki sekitar 800 pesanan. Dibanderol mulai dari harga USD207 juta, Dreamliner memiliki kelebihan irit bahan bakar.
"Ini adalah keputusan terbesar maskapai penerbangan dalam 30 tahun terakhir, dan mereka kembali mempelajarinya sebelum membeli," kata Michael Derchin, seorang analis di CRT Capital Group di Stamford, Connecticut seperti dilansir The Seattle Times, Minggu (20/1/2013).
Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengintruksikan untuk menghentikan sementara penerbangan Boeing 787 Dreamliner. Hal itu didasari risiko kebakaran pada baterai lithium-ion setelah terjadi insiden pada pesawat milik Japan Airlines, pekan lalu. Padahal, saat ini tercatat ada sekitar 50 pesawat 787 Dreamliner yang sudah terbang di seluruh dunia.
"Saya memiliki keyakinan Boeing Co akan bekerja keras mengatasi masalah pada 787," ujar Chief Executive Officer Amerika, Tom Horton.
(dmd)