IHSG diprediksi tembus 4.500
A
A
A
Sindonews.com - Positifnya proyeksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) tak terlepas dari berbagai sentimen yang ada. Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang memandang sejumlah sentimen yang berpotensi mendongkrak IHSG ke target level tertingginya di atas 4.500.
"IHSG berpotensi berada pada kisaran 4.425-4.483. Bukan mustahil IHSG bisa bertengger diatas level 4.500," tarang Edwin, Senin (21/1/2013).
Prestasi IHSG tersebut, kata Edwin, sangat mungkin dicapai dengan syarat, terjadi kenaikan saham konglomerat besar yang selama ini lagging, kemudian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) stabil. Syarat lainnya, masih derasnya net buying asing dan kondisi eksternal mendukung.
Dari pasar global, setelah Dow Jones naik tertinggi dalam lima tahun terakhir dan Dow Jones naik empat persen (Ytd), Senin waktu setempat Wall Street tutup memperingati Martin Luther King Day serta Inagurasi Presiden Obama.
Edwin memandang, data-data yang dirilis selepas hari Senin dapat memberi sentimen positif bagi IHSG. "Selepas Senin, Wall Street akan sangat sibuk karena akan dirilis sekitar 80 laporan keuangan (LK) emiten full year (FY) 2012, dimana akan didominasi laporan keuangan emiten sektor teknologi dan industri," kata dia.
Adapun nama-nama besar emiten yang akan merilis laporan keuangan, seperti pada Selasa (Dupont, Johnson and Johnson, IBM, Google, AMD, Texas Instrument), Rabu (Apple, Mcdonald's, SAP, Siemens, Unilever, Netflix, Scandisk), Kamis (3M, AT&T, Microsoft, Starbucks, Bristol-Myers Squib, Lockheed Martin, Nokia) dan Jumat (Procter & Gamble, Halliburton, Honeywell, Kimberley-Clark).
Data ekonomi AS yg akan rilis pekan ini seperti, Selasa (Existing-home sales), Rabu (FHFA home price), Kamis (Initial Claims, Markit manufacturing PMI, Leading Indicators) & Jumat (New-home sales). Sedangkan data ekonomi negara besar lain yg perlu diperhatikan seperti, China (Leading Economic Index, HSBC Flash Manufacturing PMI).
Sementara sentimen positif berpotensi berhembus, kabar buruk juga seolah tak mau kalah dengan adanya potensi tekanan atas saham berbasis CPO setelah Pemerintah India akan menerapkan bea masuk utk CPO Indonesia 2,5 persen dan ini dirasakan cukup memberatkan.
"India merupakan pembeli terbesar karena mencapai sekitar 5 juta ton lebih atau 24 persen dari total eskpor CPO Indonesia ditengah bea keluar (pajak ekspor) CPO Indonesia sebesar 9 persen dibanding Malaysia yang hanya 8,5 persen," ujar Edwin.
"IHSG berpotensi berada pada kisaran 4.425-4.483. Bukan mustahil IHSG bisa bertengger diatas level 4.500," tarang Edwin, Senin (21/1/2013).
Prestasi IHSG tersebut, kata Edwin, sangat mungkin dicapai dengan syarat, terjadi kenaikan saham konglomerat besar yang selama ini lagging, kemudian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) stabil. Syarat lainnya, masih derasnya net buying asing dan kondisi eksternal mendukung.
Dari pasar global, setelah Dow Jones naik tertinggi dalam lima tahun terakhir dan Dow Jones naik empat persen (Ytd), Senin waktu setempat Wall Street tutup memperingati Martin Luther King Day serta Inagurasi Presiden Obama.
Edwin memandang, data-data yang dirilis selepas hari Senin dapat memberi sentimen positif bagi IHSG. "Selepas Senin, Wall Street akan sangat sibuk karena akan dirilis sekitar 80 laporan keuangan (LK) emiten full year (FY) 2012, dimana akan didominasi laporan keuangan emiten sektor teknologi dan industri," kata dia.
Adapun nama-nama besar emiten yang akan merilis laporan keuangan, seperti pada Selasa (Dupont, Johnson and Johnson, IBM, Google, AMD, Texas Instrument), Rabu (Apple, Mcdonald's, SAP, Siemens, Unilever, Netflix, Scandisk), Kamis (3M, AT&T, Microsoft, Starbucks, Bristol-Myers Squib, Lockheed Martin, Nokia) dan Jumat (Procter & Gamble, Halliburton, Honeywell, Kimberley-Clark).
Data ekonomi AS yg akan rilis pekan ini seperti, Selasa (Existing-home sales), Rabu (FHFA home price), Kamis (Initial Claims, Markit manufacturing PMI, Leading Indicators) & Jumat (New-home sales). Sedangkan data ekonomi negara besar lain yg perlu diperhatikan seperti, China (Leading Economic Index, HSBC Flash Manufacturing PMI).
Sementara sentimen positif berpotensi berhembus, kabar buruk juga seolah tak mau kalah dengan adanya potensi tekanan atas saham berbasis CPO setelah Pemerintah India akan menerapkan bea masuk utk CPO Indonesia 2,5 persen dan ini dirasakan cukup memberatkan.
"India merupakan pembeli terbesar karena mencapai sekitar 5 juta ton lebih atau 24 persen dari total eskpor CPO Indonesia ditengah bea keluar (pajak ekspor) CPO Indonesia sebesar 9 persen dibanding Malaysia yang hanya 8,5 persen," ujar Edwin.
(rna)