Gerak IHSG diprediksi mendatar
A
A
A
Sindonews.com - Gerak indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diprediksi mendatar (flat) lantaran minimnya sentimen positif di pasar.
"Pada perdagangan Senin (28/1) diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.405-4.418 dan resistance 4.445-4.456," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Senin (28/1/2013).
Berpola hammer mencoba mendekati upper bollinger bands (UBB). MACD bergerak mendatar dengan histogram positif yang flat. RSI, William's %R, dan Stochastic masih mendatar mencoba bertahan di sekitar area overbought.
Menurut dia, IHSG kembali bertahan dari peluang pelemahan, namun belum cukup kuat untuk masuk dalam tren kenaikannya. Untuk itu, masih diperlukan sentimen positif yang signifikan, sehingga IHSG bisa masuk dalam tren tersebut atau minimal masih dapat bertahan di zona hijau meski indikator teknikal ada di sekitar area overbought.
Biarpun perdagangan berlangsung di antara 2 waktu libur atau dikenal dengan hari kejepit nasional (Harpitnas), IHSG tetap mampu bertahan di zona hijau meskipun di awal perdagangan sempat berjalan lambat dan cenderung sideways karena pelaku pasar masih wait & see terhadap sentimen yang ada.
Banyaknya kabar positif selama libur, terutama dari AS, membuat pelaku pasar meresponnya dengan apresiasi, namun tertahan dengan sentimen overbought-nya saham-saham di bursa saham China sehingga mengurangi daya dorong maupun minat beli pada IHSG.
Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4.440,11 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.412,47 (level terendahnya) jelang akhir sesi 2 dan akhirnya berhasil bertengger di level 4.437,60.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi tercatat naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Pergerakan nilai tukar rupiah berbalik negatif setelah rilis data-data ekonomi AS mengalami perbaikan. Penurunan klaim pengangguran serta kenaikan manufacturing PMI dan CB leading index AS membuat nilai tukar USD menguat.
Turunnya core CPI Jepang membuat nilai tukar yen yang sebelumnya menguat menjadi terdepresiasi dan begitupun dengan turunnya industrial production Singapura juga menurunkan dolar Singapura, sehingga mengurangi daya dorong untuk mata uang Asia.
Di sisi lain, positifnya data-data ekonomi Eropa dan sentimen pengetatan kebijakan moneter ECB yang terjadi lebih cepat membuat nilai tukar Euro mengungguli USD, namun karena apresiasinya terlalu kuat menjadi tidak serta merta mengangkat mata uang Asia.
Bursa saham Asia melemah dengan penurunan pada saham-saham konsumer dan keuangan setelah maraknya penilaian sudah overbought-nya bursa saham China dan anggapan prospek jangka menengah belum jelas hingga ada tindakan kongkret dari Pemerintah serta penilaian bahwa penguatan mata uang Asia akan melemahkan kinerja dari emiten-emiten, terutama yang berbasis ekspor.
Meski mayoritas melemah, namun Nikkei menguat setelah core CPI menurun sehingga membuka peluang perlunya stimulus. Bursa saham Eropa berakhir positif setelah rilis data-data Jerman lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Rilis kinerja beberapa emiten, antara lain Unilever dan EasyJet Plc. yang di atas estimasi turut memberikan angin segar. Sebanyak 60 persen emiten di Eropa yang telah melaporkan kinerjanya sejak 8 Januari 2012 berhasil melampui estimasi. Bahkan emiten-emiten dalam indeks Stoxx 600 diperkirakan akan naik labanya sebesar 9,2 persen pada 2013.
Bursa saham AS menguat dengan sentimen positif dari rilis kinerja para emiten. Kali ini P&G, Starbucks, Halliburton, dan JPMorgan merilis kinerja di atas estimasi. Tak ketinggalan Google yang juga merilis kinerja di atas estimasi.
Di sisi lain, meskipun Microsoft Corp. mengalami penurunan laba, namun sahamnya naik tipis karena pendapatannya masih mencatatkan kenaikan.
"Pada perdagangan Senin (28/1) diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.405-4.418 dan resistance 4.445-4.456," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Senin (28/1/2013).
Berpola hammer mencoba mendekati upper bollinger bands (UBB). MACD bergerak mendatar dengan histogram positif yang flat. RSI, William's %R, dan Stochastic masih mendatar mencoba bertahan di sekitar area overbought.
Menurut dia, IHSG kembali bertahan dari peluang pelemahan, namun belum cukup kuat untuk masuk dalam tren kenaikannya. Untuk itu, masih diperlukan sentimen positif yang signifikan, sehingga IHSG bisa masuk dalam tren tersebut atau minimal masih dapat bertahan di zona hijau meski indikator teknikal ada di sekitar area overbought.
Biarpun perdagangan berlangsung di antara 2 waktu libur atau dikenal dengan hari kejepit nasional (Harpitnas), IHSG tetap mampu bertahan di zona hijau meskipun di awal perdagangan sempat berjalan lambat dan cenderung sideways karena pelaku pasar masih wait & see terhadap sentimen yang ada.
Banyaknya kabar positif selama libur, terutama dari AS, membuat pelaku pasar meresponnya dengan apresiasi, namun tertahan dengan sentimen overbought-nya saham-saham di bursa saham China sehingga mengurangi daya dorong maupun minat beli pada IHSG.
Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4.440,11 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.412,47 (level terendahnya) jelang akhir sesi 2 dan akhirnya berhasil bertengger di level 4.437,60.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi tercatat naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Pergerakan nilai tukar rupiah berbalik negatif setelah rilis data-data ekonomi AS mengalami perbaikan. Penurunan klaim pengangguran serta kenaikan manufacturing PMI dan CB leading index AS membuat nilai tukar USD menguat.
Turunnya core CPI Jepang membuat nilai tukar yen yang sebelumnya menguat menjadi terdepresiasi dan begitupun dengan turunnya industrial production Singapura juga menurunkan dolar Singapura, sehingga mengurangi daya dorong untuk mata uang Asia.
Di sisi lain, positifnya data-data ekonomi Eropa dan sentimen pengetatan kebijakan moneter ECB yang terjadi lebih cepat membuat nilai tukar Euro mengungguli USD, namun karena apresiasinya terlalu kuat menjadi tidak serta merta mengangkat mata uang Asia.
Bursa saham Asia melemah dengan penurunan pada saham-saham konsumer dan keuangan setelah maraknya penilaian sudah overbought-nya bursa saham China dan anggapan prospek jangka menengah belum jelas hingga ada tindakan kongkret dari Pemerintah serta penilaian bahwa penguatan mata uang Asia akan melemahkan kinerja dari emiten-emiten, terutama yang berbasis ekspor.
Meski mayoritas melemah, namun Nikkei menguat setelah core CPI menurun sehingga membuka peluang perlunya stimulus. Bursa saham Eropa berakhir positif setelah rilis data-data Jerman lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Rilis kinerja beberapa emiten, antara lain Unilever dan EasyJet Plc. yang di atas estimasi turut memberikan angin segar. Sebanyak 60 persen emiten di Eropa yang telah melaporkan kinerjanya sejak 8 Januari 2012 berhasil melampui estimasi. Bahkan emiten-emiten dalam indeks Stoxx 600 diperkirakan akan naik labanya sebesar 9,2 persen pada 2013.
Bursa saham AS menguat dengan sentimen positif dari rilis kinerja para emiten. Kali ini P&G, Starbucks, Halliburton, dan JPMorgan merilis kinerja di atas estimasi. Tak ketinggalan Google yang juga merilis kinerja di atas estimasi.
Di sisi lain, meskipun Microsoft Corp. mengalami penurunan laba, namun sahamnya naik tipis karena pendapatannya masih mencatatkan kenaikan.
(rna)