Calon penumpang Batavia capai 150 ribu orang
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan, calon penumpang Batavia Air yang telah membeli tiket sebelum maskapai tersebut diputus pailit oleh Pengadilan Niaga (PN) Jakarta Pusat mencapai 150 ribu orang.
Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub, Djoko Murdjatmojo mengatakan, data tersebut diperoleh pemerintah setelah sebelumnya mengadakan pertemuan dengan jajaran direksi PT Metro Batavia Airlines selaku induk perusahaan Batavia Air.
"Jumlah penumpang yang telah membeli tiket Batavia Air, namun belum juga terbang atau sebelum PN Jakarta Pusat telah memutus pailit mencapai 150 ribu pax," kata Djoko dalam acara press background 'Peran Regulator dalam Pengawasan Manajemen Maskapai Penerbangan' di Hotel Millenium, Jakarta, Jumat (8/2/2013).
Dia menambahkan, berdasarkan keterangan jajaran direksi Batavia Air, uang yang diterima perusahaannya dari penjualan tiket penumpang sebanyak 150 ribu telah habis untuk biaya operasional perusahaannya.
"Jumlah penumpang yang telah membeli tiket sebanyak 150 ribu pax akan terbang hingga Desember 2013," tambah Djoko.
Seperti diketahui sebelumnya, PT Metro Batavia Airlines diputuskan pailit oleh PN Jakarta Pusat. Dengan demikian, sejak pukul 00.00 WIB dini hari Kamis (31/1/2013) seluruh kegiatan operasional maskapai tersebut berhenti beroperasi.
Keputusan PN Jakarta Pusat tersebut berdasarkan gugatan pelapor yang diajukan perusahaan penyewa pesawat asal Amerika Serikat, International Lease Finance Corporation (ILFC) pada 20 Desember 2012 lalu. Gugatan pailit ini menyangkut kertarikan Batavia Air untuk mengambil pesawat wide body (berbadan besar) jenis Airbus A330 untuk pengangkutan penerbangan haji.
Total tuntutan ILFC sebanyak USD4,69 juta dalam masa sewa tiga tahun. Selain ILFC, Batavia Air juga memiliki utang jatuh tempo pada Sierra Leasing Limited USD4,94 juta. Dari dua kreditur ini total utang Batavia Air mencapai USD9,63 atau Rp86,6 miliar. Sedangkan utang Batavia Air kepada calon penumpang berdasarkan data kurator mencapai Rp90 miliar.
Batavia Air didirikan pada tahun 2002 dan berhasil membangun reputasi sebagai maskapai lokal terdepan dengan rekam jejak keselamatan penerbangan yang sangat baik (zero accident). Mengoperasikan armada terdiri dari 33 pesawat, Batavia Air secara konsisten mampu meraih pasar yang signifikan dengan melayani 42 rute penerbangan domestik dan rute internasional di antaranya, Singapura, Jeddah, Riyadh, Kuching, Dili, Guangzhou, dan Hangzhou.
Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub, Djoko Murdjatmojo mengatakan, data tersebut diperoleh pemerintah setelah sebelumnya mengadakan pertemuan dengan jajaran direksi PT Metro Batavia Airlines selaku induk perusahaan Batavia Air.
"Jumlah penumpang yang telah membeli tiket Batavia Air, namun belum juga terbang atau sebelum PN Jakarta Pusat telah memutus pailit mencapai 150 ribu pax," kata Djoko dalam acara press background 'Peran Regulator dalam Pengawasan Manajemen Maskapai Penerbangan' di Hotel Millenium, Jakarta, Jumat (8/2/2013).
Dia menambahkan, berdasarkan keterangan jajaran direksi Batavia Air, uang yang diterima perusahaannya dari penjualan tiket penumpang sebanyak 150 ribu telah habis untuk biaya operasional perusahaannya.
"Jumlah penumpang yang telah membeli tiket sebanyak 150 ribu pax akan terbang hingga Desember 2013," tambah Djoko.
Seperti diketahui sebelumnya, PT Metro Batavia Airlines diputuskan pailit oleh PN Jakarta Pusat. Dengan demikian, sejak pukul 00.00 WIB dini hari Kamis (31/1/2013) seluruh kegiatan operasional maskapai tersebut berhenti beroperasi.
Keputusan PN Jakarta Pusat tersebut berdasarkan gugatan pelapor yang diajukan perusahaan penyewa pesawat asal Amerika Serikat, International Lease Finance Corporation (ILFC) pada 20 Desember 2012 lalu. Gugatan pailit ini menyangkut kertarikan Batavia Air untuk mengambil pesawat wide body (berbadan besar) jenis Airbus A330 untuk pengangkutan penerbangan haji.
Total tuntutan ILFC sebanyak USD4,69 juta dalam masa sewa tiga tahun. Selain ILFC, Batavia Air juga memiliki utang jatuh tempo pada Sierra Leasing Limited USD4,94 juta. Dari dua kreditur ini total utang Batavia Air mencapai USD9,63 atau Rp86,6 miliar. Sedangkan utang Batavia Air kepada calon penumpang berdasarkan data kurator mencapai Rp90 miliar.
Batavia Air didirikan pada tahun 2002 dan berhasil membangun reputasi sebagai maskapai lokal terdepan dengan rekam jejak keselamatan penerbangan yang sangat baik (zero accident). Mengoperasikan armada terdiri dari 33 pesawat, Batavia Air secara konsisten mampu meraih pasar yang signifikan dengan melayani 42 rute penerbangan domestik dan rute internasional di antaranya, Singapura, Jeddah, Riyadh, Kuching, Dili, Guangzhou, dan Hangzhou.
(rna)