Kembangkan 3G, XL alokasikan capex Rp9 T
A
A
A
Sindonews.com - PT XL Axiata Tbk (EXCL) pada tahun ini akan agresif mengembangkan bisnis layanan data untuk layanan 3G. Untuk itu, XL mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini mencapai Rp9 triliun.
Presiden Direktur EXCL Hasnul Suhaimi mengatakan, mayoritas capex akan digunakan untuk pembangunan jaringan. Perseroan pada 2013, menargetkan membangun 7 ribu base transceiver station (BTS) di seluruh Indonesia. Saat ini, perseroan memiliki total 39.3452 BTS, sedangkan tahun lalu telah membangun lebih dari 11 ribu BTS.
"Sebesar 70 persen BTS tahun ini untuk perkuat network dan service di layanan 3G," ujar Husnul dalam acara XLINTAS Negeri 2013 di Singapura, Sabtu (9/2/2013).
Dia mengatakan, nilai capex tersebut mengalami penurunan jika dibanding tahun lalu senilai Rp10,2 triliun. Penurunan ini, menurut Hasnul, untuk mencegah oversupply yang bisa memicu perang tarif antar operator.
Adapun sumber capex berasal dari kas internal, meski begitu pinjaman eksternal juga masih dipertimbangkan. "Kita akan lakukan tambahan refinancing bila trafik semakin tinggi," jelasnya.
Lebih lanjut Hasnul menjelaskan, perseroan pada tahun ini akan menggenjot kontribusi bisnis layanan data menjadi 23 persen, dimana unit ini pada tahun lalu hanya menyumbang 20 persen.
Sementara bisnis telepon akan turun 4 persen menjadi 46 persen dibanding tahun lalu dan bisnis content naik menjadi 4 persen dari sebelumnya 2 persen. "Kontribusi layanan data akan ditingkatkan tahun ini," ujarnya
Sepanjang tahun lalu, perseroan mencatat pertumbuhan 15 persen, sedangkan rata rata pasar hanya mencapai 11 persen. Pendapatan tahun lalu tercatat senilai Rp21 triliun, melewati target awal Rp20 triliun. Sedangkan laba tercatat sebesar Rp2,88 triliun, naik dibanding target sebelumnya Rp2,38 triliun.
Tantangan ke depan yang dihadapi perseroan ialah kebutuhan frekuensi baru untuk layanan 3G. Diakui Hasnul, perseroan saat ini sedang mengikuti beauty contest untuk mendapatkan beberapa kanal baru.
Frekuensi baru ini dibutuhkan karena trafik yang sudah padat dan pembangunan BTS semakin sulit. "Kami sangat membutuhkan frekuensi baru untuk layanan 3G ini," ujarnya.
Di samping itu, perseroan juga sedang mengupayakan untuk ekspansi ke layanan long term evolution (LTE/4G). Namun, saat ini masih terkendala ketersediaan frekuensi dan masih menanti tender frekuensi baru untuk mulai mengembangkannya di beberapa lokasi strategis. "Jika ada tender frekuensi baru 4G, kami segera lakukan refinancing," ungkap Hasnul.
Presiden Direktur EXCL Hasnul Suhaimi mengatakan, mayoritas capex akan digunakan untuk pembangunan jaringan. Perseroan pada 2013, menargetkan membangun 7 ribu base transceiver station (BTS) di seluruh Indonesia. Saat ini, perseroan memiliki total 39.3452 BTS, sedangkan tahun lalu telah membangun lebih dari 11 ribu BTS.
"Sebesar 70 persen BTS tahun ini untuk perkuat network dan service di layanan 3G," ujar Husnul dalam acara XLINTAS Negeri 2013 di Singapura, Sabtu (9/2/2013).
Dia mengatakan, nilai capex tersebut mengalami penurunan jika dibanding tahun lalu senilai Rp10,2 triliun. Penurunan ini, menurut Hasnul, untuk mencegah oversupply yang bisa memicu perang tarif antar operator.
Adapun sumber capex berasal dari kas internal, meski begitu pinjaman eksternal juga masih dipertimbangkan. "Kita akan lakukan tambahan refinancing bila trafik semakin tinggi," jelasnya.
Lebih lanjut Hasnul menjelaskan, perseroan pada tahun ini akan menggenjot kontribusi bisnis layanan data menjadi 23 persen, dimana unit ini pada tahun lalu hanya menyumbang 20 persen.
Sementara bisnis telepon akan turun 4 persen menjadi 46 persen dibanding tahun lalu dan bisnis content naik menjadi 4 persen dari sebelumnya 2 persen. "Kontribusi layanan data akan ditingkatkan tahun ini," ujarnya
Sepanjang tahun lalu, perseroan mencatat pertumbuhan 15 persen, sedangkan rata rata pasar hanya mencapai 11 persen. Pendapatan tahun lalu tercatat senilai Rp21 triliun, melewati target awal Rp20 triliun. Sedangkan laba tercatat sebesar Rp2,88 triliun, naik dibanding target sebelumnya Rp2,38 triliun.
Tantangan ke depan yang dihadapi perseroan ialah kebutuhan frekuensi baru untuk layanan 3G. Diakui Hasnul, perseroan saat ini sedang mengikuti beauty contest untuk mendapatkan beberapa kanal baru.
Frekuensi baru ini dibutuhkan karena trafik yang sudah padat dan pembangunan BTS semakin sulit. "Kami sangat membutuhkan frekuensi baru untuk layanan 3G ini," ujarnya.
Di samping itu, perseroan juga sedang mengupayakan untuk ekspansi ke layanan long term evolution (LTE/4G). Namun, saat ini masih terkendala ketersediaan frekuensi dan masih menanti tender frekuensi baru untuk mulai mengembangkannya di beberapa lokasi strategis. "Jika ada tender frekuensi baru 4G, kami segera lakukan refinancing," ungkap Hasnul.
(rna)