Harga minyak AS jatuh USD95 per barel
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak Amerika Serikat (AS) menurun tajam mendekati USD95 per barel hari ini, setelah produksi industri AS melemah dan resesi yang dialami Eropa.
Dilansir RTE, Senin (18/2/2013), Minyak mentah Benchmark untuk pengiriman Maret turun 25 sen menjadi USD95,61 per barel di perdagangan elektronik New York Mercantile Exchange. Sebelumnya, kontrak jatuh USD1,45 pada angka USD95,86 per barel di Nymex, Jumat, 15 Januari lalu.
Minyak mentah Brent, yang digunakan untuk harga minyak asing, naik 14 sen menjadi USD117,80 per barel di London.
Federal Reserve AS mengatakan, produksi pabrik di Amerika melambat pada Januari lalu, sebagian besar karena penurunan produksi pada pabrik-pabrik mobil. Sejumlah analis berpikir perlambatan bersifat sementara, tapi itu cukup untuk meningkatkan kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi yang masih lamban.
Pedagang juga khawatir tentang resesi mendalam pada ekonomi zona Eropa. Output gabungan ekonomi daerah menyusut sebesar 0,6% pada kuartal akhir 2012 dari periode tiga bulan sebelumnya. Penurunan itu lebih besar daripada 0,4% yang diharapkan dan paling tajam sejak 2009.
Dilansir RTE, Senin (18/2/2013), Minyak mentah Benchmark untuk pengiriman Maret turun 25 sen menjadi USD95,61 per barel di perdagangan elektronik New York Mercantile Exchange. Sebelumnya, kontrak jatuh USD1,45 pada angka USD95,86 per barel di Nymex, Jumat, 15 Januari lalu.
Minyak mentah Brent, yang digunakan untuk harga minyak asing, naik 14 sen menjadi USD117,80 per barel di London.
Federal Reserve AS mengatakan, produksi pabrik di Amerika melambat pada Januari lalu, sebagian besar karena penurunan produksi pada pabrik-pabrik mobil. Sejumlah analis berpikir perlambatan bersifat sementara, tapi itu cukup untuk meningkatkan kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi yang masih lamban.
Pedagang juga khawatir tentang resesi mendalam pada ekonomi zona Eropa. Output gabungan ekonomi daerah menyusut sebesar 0,6% pada kuartal akhir 2012 dari periode tiga bulan sebelumnya. Penurunan itu lebih besar daripada 0,4% yang diharapkan dan paling tajam sejak 2009.
(dmd)