Tunisia dan IMF masih negosiasikan pinjaman USD1,78 M
A
A
A
Sindonews.com - Negosiasi pinjaman Tunisia dengan Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar USD1,78 miliar masih pada tingkat teknis. Hal ini disampaikan juru bicara IMF, Wafa Amr menyusul kekacauan politik yang mendorong Perdana Menteri (PM) Hamadi Jebali mengundurkan diri.
"Negosiasi untuk pencegahan baru masih berlangsung di tingkat teknis. Setelah pemerintah baru berdiri, kami akan menanyakan niat atau mandat setelah situasi politik diklarifikasi. Selanjutnya, kami akan menilai cara terbaik untuk membantu Tunisia," kata Wafa dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir Reuters, Rabu (20/2/2013).
IMF mengatakan, Tunisia akan memperoleh USD1,78 miliar, melalui pengaturan siaga yang akan digunakan sebagai asuransi untuk mendukung pembangunan negara setelah terjadi revolusi pada 2011, yang hingga kini masih "stadium lanjut".
Namun, pengambilan kebijakan ekonomi di Tunisia terancam krisis politik menyusul pembunuhan politisi oposisi sekuler Chokri Belaid di Tunis, pada 6 Februari lalu.
PM Jebali awalnya menanggapi krisis dengan mengusulkan untuk membuat kabinet non-partisan teknokrat yang akan memimpin negeri ini dalam pemilihan umum. Tetapi dia mengundurkan diri, Selasa (19/2/2013), setelah partai Islam Ennahda menentang gagasannya, karena khawatir kehilangan kekuasaan.
"Negosiasi untuk pencegahan baru masih berlangsung di tingkat teknis. Setelah pemerintah baru berdiri, kami akan menanyakan niat atau mandat setelah situasi politik diklarifikasi. Selanjutnya, kami akan menilai cara terbaik untuk membantu Tunisia," kata Wafa dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir Reuters, Rabu (20/2/2013).
IMF mengatakan, Tunisia akan memperoleh USD1,78 miliar, melalui pengaturan siaga yang akan digunakan sebagai asuransi untuk mendukung pembangunan negara setelah terjadi revolusi pada 2011, yang hingga kini masih "stadium lanjut".
Namun, pengambilan kebijakan ekonomi di Tunisia terancam krisis politik menyusul pembunuhan politisi oposisi sekuler Chokri Belaid di Tunis, pada 6 Februari lalu.
PM Jebali awalnya menanggapi krisis dengan mengusulkan untuk membuat kabinet non-partisan teknokrat yang akan memimpin negeri ini dalam pemilihan umum. Tetapi dia mengundurkan diri, Selasa (19/2/2013), setelah partai Islam Ennahda menentang gagasannya, karena khawatir kehilangan kekuasaan.
(dmd)