Pengusaha rumput laut siap gelar simposium di Bali
A
A
A
Sindonews.com - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) mengusulkan perlu adanya harmonisasi antara kawasan pariwisata dan budidaya rumput laut di daerah pesisir dan pulau-pulau.
Ketua Umum ARLI, Safari Azis mengatakan, hal tersebut bisa diwujudkan dengan adanya kesediaan dan kesiapan masyarakat pembudidaya rumput laut di pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung untuk menerima kunjungan peserta 21st International Seaweed Symposium (ISS) yang akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, pada 21-26 April 2013.
Menurutnya, rumput laut yang merupakan komoditas unggulan masyarakat pantai Pandawa dan kepulauan Nusa Penida telah terbukti menghidupkan perekonomian desa setempat secara berkesinambungan sejak dimulainya sistem pembudidayaan yang dirintis Hariadi Adnan dan Bambang Tjiptorahadi dengan mitranya dari Copenhagen Pectin, Denmark dan FMC Marine Colloids, Amerika Serikat pada awal 1980.
"Komoditas ini ternyata bisa menjadi unggulan yang juga sejalan dengan program Pro-Poor, Pro-Job, Pro-Growth and Pro-Environment," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Sindonews, Jumat (1/3/2013).
Selain itu, pihaknya akan terus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada pembudidaya rumput laut di tanah air. Tujuannya, untuk menjaga keseimbangan produksi, kualitas, dan memberi informasi pasar.
"Kami juga berharap agar selalu ada komunikasi dan koordinasi antara pemerintah dan ARLI. Khususnya dalam rangka mewujudkan program industrialisasi," kata dia.
Ketua Umum ARLI, Safari Azis mengatakan, hal tersebut bisa diwujudkan dengan adanya kesediaan dan kesiapan masyarakat pembudidaya rumput laut di pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung untuk menerima kunjungan peserta 21st International Seaweed Symposium (ISS) yang akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, pada 21-26 April 2013.
Menurutnya, rumput laut yang merupakan komoditas unggulan masyarakat pantai Pandawa dan kepulauan Nusa Penida telah terbukti menghidupkan perekonomian desa setempat secara berkesinambungan sejak dimulainya sistem pembudidayaan yang dirintis Hariadi Adnan dan Bambang Tjiptorahadi dengan mitranya dari Copenhagen Pectin, Denmark dan FMC Marine Colloids, Amerika Serikat pada awal 1980.
"Komoditas ini ternyata bisa menjadi unggulan yang juga sejalan dengan program Pro-Poor, Pro-Job, Pro-Growth and Pro-Environment," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Sindonews, Jumat (1/3/2013).
Selain itu, pihaknya akan terus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada pembudidaya rumput laut di tanah air. Tujuannya, untuk menjaga keseimbangan produksi, kualitas, dan memberi informasi pasar.
"Kami juga berharap agar selalu ada komunikasi dan koordinasi antara pemerintah dan ARLI. Khususnya dalam rangka mewujudkan program industrialisasi," kata dia.
(izz)