Meski Ada Pandemi, Nilai Ekspor Perikanan Meningkat Jadi USD1,24 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dampak pandemi virus corona ternyata tak sepenuhnya memukul seluruh lapisan sektor ekonomi. Hal ini dibuktikan dari hasil ekspor perikanan yang malah tumbuh positif.
Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor hasil perikanan Indonesia pada Maret 2020 mencapai USD427,71 juta atau meningkat 6,34% dibanding ekspor Februari 2020. Sementara dibanding Maret 2019, meningkat 3,92%.
"Volume ekspor hasil perikanan Indonesia pada Maret 2020 mencapai 105,20 ribu ton atau meningkat 15,37% dibanding ekspor Februari 2020. Jika dibandingkan Maret 2019, meningkat 4,89%," jelas Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Nilanto Perbowo, di Jakarta, Sabtu (18/4/2020).
Secara kumulatif, lanjut Nilanto, nilai ekspor Indonesia selama Januari-Maret 2020 mencapai USD1,24 miliar atau meningkat 9,82% dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian pula volume ekspor Januari-Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96% dibanding periode yang sama tahun 2019.
Untuk negara tujuan ekspor, Amerika Serikat menempati urutan pertama dari lima negara tujuan utama selama Januari-Maret 2020. Nilai ekspor ke negeri Paman Sam tersebut mencapai USD508,67 juta (40,97%). Di peringkat kedua China dengan nilai USD173,22 juta (13,95%). Ketiga, negara-negara di ASEAN dengan nilai USD162,29 juta (13,07%).
Selanjutnya, Jepang dengan nilai USD143,82 juta (11,59%), dan Uni Eropa dengan nilai USD82,05 juta (6,61%) melengkapi daftar keempat dan kelima.
Dari sisi komoditas, udang mendominasi ekspor ke negara-negara tersebut dengan nilai mencapai USD466,24 juta (37,56%). Disusul tuna-tongkol-cakalang (TTC) dengan nilai USD 176,63 juta (14,23%). Kemudian cumi-sotong-gurita dengan nilai USD 131,94 juta (10,63%), rajungan-kepiting dengan nilai USD105,32 juta (8,48%) dan rumput laut dengan nilai USD53,75 juta (4,33%).
Nilanto memaparkan, kenaikan nilai ekspor perikanan Indonesia selama periode Januari-Maret 2020 dipengaruhi oleh penutupan dan pembatasan impor ke China sejak awal tahun 2020 akibat wabah virus corona di negara tersebut.
Alhasil, peristiwa ini menyebabkan aktifitas negara-negara eksportir seperti Indonesia juga membelokan arah ekspor ke pasar AS dan Eropa sebagai pasar terbesar untuk komoditas udang dan TTC. Tak hanya itu, kenaikan ekspor terutama untuk bahan baku olahan, pasokan ritel, ikan yang siap saji dan tahan lama seperti ikan kaleng.
"Selain mengalihkan ekspor dari China ke AS dan Eropa, Indonesia juga memanfaatkan dengan mengisi pangsa pasar ekspor milik China yang menurun akibat pendemi Covid-19. Sebelum terjadi pandemi Covid-19, China merupakan eksportir produk perikanan terbesar di dunia," tandasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor hasil perikanan Indonesia pada Maret 2020 mencapai USD427,71 juta atau meningkat 6,34% dibanding ekspor Februari 2020. Sementara dibanding Maret 2019, meningkat 3,92%.
"Volume ekspor hasil perikanan Indonesia pada Maret 2020 mencapai 105,20 ribu ton atau meningkat 15,37% dibanding ekspor Februari 2020. Jika dibandingkan Maret 2019, meningkat 4,89%," jelas Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Nilanto Perbowo, di Jakarta, Sabtu (18/4/2020).
Secara kumulatif, lanjut Nilanto, nilai ekspor Indonesia selama Januari-Maret 2020 mencapai USD1,24 miliar atau meningkat 9,82% dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian pula volume ekspor Januari-Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96% dibanding periode yang sama tahun 2019.
Untuk negara tujuan ekspor, Amerika Serikat menempati urutan pertama dari lima negara tujuan utama selama Januari-Maret 2020. Nilai ekspor ke negeri Paman Sam tersebut mencapai USD508,67 juta (40,97%). Di peringkat kedua China dengan nilai USD173,22 juta (13,95%). Ketiga, negara-negara di ASEAN dengan nilai USD162,29 juta (13,07%).
Selanjutnya, Jepang dengan nilai USD143,82 juta (11,59%), dan Uni Eropa dengan nilai USD82,05 juta (6,61%) melengkapi daftar keempat dan kelima.
Dari sisi komoditas, udang mendominasi ekspor ke negara-negara tersebut dengan nilai mencapai USD466,24 juta (37,56%). Disusul tuna-tongkol-cakalang (TTC) dengan nilai USD 176,63 juta (14,23%). Kemudian cumi-sotong-gurita dengan nilai USD 131,94 juta (10,63%), rajungan-kepiting dengan nilai USD105,32 juta (8,48%) dan rumput laut dengan nilai USD53,75 juta (4,33%).
Nilanto memaparkan, kenaikan nilai ekspor perikanan Indonesia selama periode Januari-Maret 2020 dipengaruhi oleh penutupan dan pembatasan impor ke China sejak awal tahun 2020 akibat wabah virus corona di negara tersebut.
Alhasil, peristiwa ini menyebabkan aktifitas negara-negara eksportir seperti Indonesia juga membelokan arah ekspor ke pasar AS dan Eropa sebagai pasar terbesar untuk komoditas udang dan TTC. Tak hanya itu, kenaikan ekspor terutama untuk bahan baku olahan, pasokan ritel, ikan yang siap saji dan tahan lama seperti ikan kaleng.
"Selain mengalihkan ekspor dari China ke AS dan Eropa, Indonesia juga memanfaatkan dengan mengisi pangsa pasar ekspor milik China yang menurun akibat pendemi Covid-19. Sebelum terjadi pandemi Covid-19, China merupakan eksportir produk perikanan terbesar di dunia," tandasnya.
(bon)