Harga minyak di perdagangan Asia lebih rendah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini berbalik lebih rendah. Menurut para analis, kondisi tersebut terbebani penurunan di sektor manufaktur China dan pemotongan anggaran belanja Amerika Serikat.
Dilansir Economic Times, Senin (4/3/2013), kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April turun 29 sen menjadi USD90,39 per barel di sore hari. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun 17 sen menjadi USD110,23.
Indeks manajer pembelian resmi China yang dirilis Jumat, 1 Maret lalu, menunjukkan pertumbuhan aktivitas manufaktur melambat, dan baru-baru ini menunjukkan pick-up ekonomi nomor dua terbesar di dunia itu lebih lemah dari yang diperkirakan.
Sentimen juga terpengaruh pemotongan belanja pemerintah AS sebesar USD85 miliar yang mulai berlaku Jumat lalu. Para ekonom telah memperingatkan, bahwa pemotongan dapat menyebabkan kehilangan banyak pekerjaan dan menghambat pertumbuhan ekonomi AS yang masih rapuh, sebagai mesin utama ekonomi global.
"Pemotongan belanja tidak akan mencerahkan prospek pertumbuhan atau tingkat pengangguran," kata DBS Group Research.
Presiden AS Barack Obama pada Sabtu, 2 Maret lalu, mendesak Kongres untuk menemukan pendekatan yang seimbang dengan memadukan pemotongan "cerdas" dengan reformasi.
Dilansir Economic Times, Senin (4/3/2013), kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April turun 29 sen menjadi USD90,39 per barel di sore hari. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun 17 sen menjadi USD110,23.
Indeks manajer pembelian resmi China yang dirilis Jumat, 1 Maret lalu, menunjukkan pertumbuhan aktivitas manufaktur melambat, dan baru-baru ini menunjukkan pick-up ekonomi nomor dua terbesar di dunia itu lebih lemah dari yang diperkirakan.
Sentimen juga terpengaruh pemotongan belanja pemerintah AS sebesar USD85 miliar yang mulai berlaku Jumat lalu. Para ekonom telah memperingatkan, bahwa pemotongan dapat menyebabkan kehilangan banyak pekerjaan dan menghambat pertumbuhan ekonomi AS yang masih rapuh, sebagai mesin utama ekonomi global.
"Pemotongan belanja tidak akan mencerahkan prospek pertumbuhan atau tingkat pengangguran," kata DBS Group Research.
Presiden AS Barack Obama pada Sabtu, 2 Maret lalu, mendesak Kongres untuk menemukan pendekatan yang seimbang dengan memadukan pemotongan "cerdas" dengan reformasi.
(dmd)