2012, Vale produksi nikel 21.306 metrik ton
A
A
A
Sindonews.com - PT Vale Indonesia Tbk (INCO), perusahaan pertambangan nikel yang beroperasi di Luwu Timur mengalami penurunan produksi dalam kinerja 2012. Vale hanya mampu memproduksi nikel sebesar 21.306 metrik ton, sedangkan 2011 lalu mampu memproduksi 27,560 metrik ton.
Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Nico Kanter mengatakan, capaian tertinggi produksi Nikel tersebut disebabkan pengaruh harga pasar.
“Ketidakpastian ekonomi global selama 2012 menyebabkan pasar logam dan pasar nikel melemah dan selanjutnya mengakibatkan penurunan harga. Harga realisasi rata‐rata per metrik ton PT Vale di tahun 2012 adalah USD13.552, yang berarti 26 persen lebih rendah dari USD18.296 pada 2011. Penurunan harga tersebut menyebabkan penurunan penjualan sebesar 22 persen dibandingkan dengan 2011, hal ini pula mempengaruhi produksi” terang Nico dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/3/2013).
Adapun beban pokok pendapatan perseroan 2012 juga meningkat 10 persen, terutama disebabkan oleh tingginya harga Minyak Bakar Bersulfur Tinggi (HSFO) dan bahan pembantu untuk kegiatan perbaikan tanur yang dilaksanakan pada semester pertama 2012.
Akibat penurunan harga realisasi dan peningkatan beban pokok pendapatan, laba bersih perseroan pada 2012 tercatat sebesar USD67 juta. Sementara penjualan pada triwulan keempat 2012 sebesar 2 persen lebih tinggi dibanding penjualan pada triwulan ketiga karena harga realisasi rata‐rata pada saat itu meningkat 5 persen dari triwulan sebelumnya.
“Di saat yang bersamaan beban pokok pendapatan perseroan menurun dari USD215 juta pada triwulan ketiga menjadi USD202 juta pada triwulan keempat. Hal ini karena operasional efisiensi yang lebih tinggi di tengah meningkatnya harga bahan baka,” ucap Nico.
Pada triwulan keempat perseroan menghabiskan 655.520 barel HSFO dengan biaya rata‐rata sebesar USD108,87 per barel dibandingkan dengan 670.143 barel dengan biaya rata-rata sebesar USD107,49 per barel pada triwulan sebelumnya.
Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Nico Kanter mengatakan, capaian tertinggi produksi Nikel tersebut disebabkan pengaruh harga pasar.
“Ketidakpastian ekonomi global selama 2012 menyebabkan pasar logam dan pasar nikel melemah dan selanjutnya mengakibatkan penurunan harga. Harga realisasi rata‐rata per metrik ton PT Vale di tahun 2012 adalah USD13.552, yang berarti 26 persen lebih rendah dari USD18.296 pada 2011. Penurunan harga tersebut menyebabkan penurunan penjualan sebesar 22 persen dibandingkan dengan 2011, hal ini pula mempengaruhi produksi” terang Nico dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/3/2013).
Adapun beban pokok pendapatan perseroan 2012 juga meningkat 10 persen, terutama disebabkan oleh tingginya harga Minyak Bakar Bersulfur Tinggi (HSFO) dan bahan pembantu untuk kegiatan perbaikan tanur yang dilaksanakan pada semester pertama 2012.
Akibat penurunan harga realisasi dan peningkatan beban pokok pendapatan, laba bersih perseroan pada 2012 tercatat sebesar USD67 juta. Sementara penjualan pada triwulan keempat 2012 sebesar 2 persen lebih tinggi dibanding penjualan pada triwulan ketiga karena harga realisasi rata‐rata pada saat itu meningkat 5 persen dari triwulan sebelumnya.
“Di saat yang bersamaan beban pokok pendapatan perseroan menurun dari USD215 juta pada triwulan ketiga menjadi USD202 juta pada triwulan keempat. Hal ini karena operasional efisiensi yang lebih tinggi di tengah meningkatnya harga bahan baka,” ucap Nico.
Pada triwulan keempat perseroan menghabiskan 655.520 barel HSFO dengan biaya rata‐rata sebesar USD108,87 per barel dibandingkan dengan 670.143 barel dengan biaya rata-rata sebesar USD107,49 per barel pada triwulan sebelumnya.
(gpr)