IHSG berpotensi lanjutkan pelemahan
A
A
A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya harus beristirahat sejenak setelah tak henti menyentuh level barunya. Untuk hari ini, IHSG berpotensi melakukan pelemahan susulan terutama didorong kondisi pelemahan yang juga terjadi di pasar global.
"Setelah IHSG melewati target resisten kami, tampaknya tidak cukup kuat bertahan karena kuatnya aksi profit taking. Pada perdagangan Selasa (5/3) diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.695-4.755 dan resistance 4.830-4.840," terang Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Selasa (5/3/2013).
Berpola menyerupai bearish harami menjauhi upper bollinger bands (UBB). MACD bergerak turun dengan histogram positif yang mendatar. RSI, William's %R, dan Stochastic mulai terlihat menjauhi area overbought.
"Secara psikologis, kondisi ini akan membuka peluang pelemahan lanjutan. Apalagi jika dari bursa saham global menunjukkan gejala yang sama yang mengarah pada pelemahan," tegas dia.
Dari pasar global, berbagai sentimen yang berkembang mendorong investor melakukan aksi jual sebagai langkah mengamankan aset mereka.
"Pelemahan bursa saham Asia non-Jepang dan maraknya kekhawatiran terhadap posisi IHSG yang dinilai (sudah) tinggi dan sudah confirm-nya pelaku pasar terhadap rilis kinerja emiten-emiten besar membuat aksi jual banyak dilakukan," kata Reza.
Dia menerangkan, sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.825,70 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.744,48 (level terendahnya) di awal sesi 2 dan akhirnya berhasil bertengger di level 4.761,46.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi menurun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Pergerakan nilai tukar rupiah melanjutkan negatif setelah merespon berita tunduknya Presiden Obama terhadap rencana senat akan sequester (pemangkasan belanja) yang berarti berlaku automatic spending cut senilai USD85 miliar.
Selain itu, rilis penurunan data manufaktur China baik versi pemerintah maupun HSBC turut berikan dampak negatif. Pelemahan rupiah juga dipicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap kemungkinan masih defisitnya neraca perdagangan dan pasca rilis inflasi Februari yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Bursa saham Asia melemah seiring dengan akan berlakunya rencana pengetatan pemerintah China terhadap pengajuan mortgage properti yang dikhawatirkan melemahkan sektor perumahan.
Pemerintah bermaksud untuk men-cooling down sektor properti agar tidak terjadi bubble, namun reaksi yang terjadi ialah negatif. Ditambah lagi dengan rilis data-data manufaktur China yang melemah makin menambah sentimen negatif.
Sementara, Nikkei menghijau setelah Gubernur BoJ terpilih, Kuroda menyampaikan pidatonya yang mendukung kebijakan pemerintah untuk percepatan stimulus.
"Setelah IHSG melewati target resisten kami, tampaknya tidak cukup kuat bertahan karena kuatnya aksi profit taking. Pada perdagangan Selasa (5/3) diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.695-4.755 dan resistance 4.830-4.840," terang Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Selasa (5/3/2013).
Berpola menyerupai bearish harami menjauhi upper bollinger bands (UBB). MACD bergerak turun dengan histogram positif yang mendatar. RSI, William's %R, dan Stochastic mulai terlihat menjauhi area overbought.
"Secara psikologis, kondisi ini akan membuka peluang pelemahan lanjutan. Apalagi jika dari bursa saham global menunjukkan gejala yang sama yang mengarah pada pelemahan," tegas dia.
Dari pasar global, berbagai sentimen yang berkembang mendorong investor melakukan aksi jual sebagai langkah mengamankan aset mereka.
"Pelemahan bursa saham Asia non-Jepang dan maraknya kekhawatiran terhadap posisi IHSG yang dinilai (sudah) tinggi dan sudah confirm-nya pelaku pasar terhadap rilis kinerja emiten-emiten besar membuat aksi jual banyak dilakukan," kata Reza.
Dia menerangkan, sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.825,70 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.744,48 (level terendahnya) di awal sesi 2 dan akhirnya berhasil bertengger di level 4.761,46.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi menurun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Pergerakan nilai tukar rupiah melanjutkan negatif setelah merespon berita tunduknya Presiden Obama terhadap rencana senat akan sequester (pemangkasan belanja) yang berarti berlaku automatic spending cut senilai USD85 miliar.
Selain itu, rilis penurunan data manufaktur China baik versi pemerintah maupun HSBC turut berikan dampak negatif. Pelemahan rupiah juga dipicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap kemungkinan masih defisitnya neraca perdagangan dan pasca rilis inflasi Februari yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Bursa saham Asia melemah seiring dengan akan berlakunya rencana pengetatan pemerintah China terhadap pengajuan mortgage properti yang dikhawatirkan melemahkan sektor perumahan.
Pemerintah bermaksud untuk men-cooling down sektor properti agar tidak terjadi bubble, namun reaksi yang terjadi ialah negatif. Ditambah lagi dengan rilis data-data manufaktur China yang melemah makin menambah sentimen negatif.
Sementara, Nikkei menghijau setelah Gubernur BoJ terpilih, Kuroda menyampaikan pidatonya yang mendukung kebijakan pemerintah untuk percepatan stimulus.
(rna)