Banyak kredit macet, Bank Jatim pangkas penyaluran KUR
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Pembagunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengurangi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pasalnya, kredit macet di Bank Jatim mayoritas disumbangkan oleh KUR sebesar 10 persen.
Direktur Bank Jatim, Hadi Sukrianto mengatakan, tahun ini pihaknya mengurangi nilai penyaluran kredit. Jika pada 2012 penyaluran KUR mencapai RP997 miliar, maka tahun ini berkurang menjadi Rp750 miliar.
"Hingga akhir tahun kami menargetkan NPL (Non Performing Loan) hanya sebesar 1,5 Persen," kata Hadi kepada Wartawan di Kantor Utama Bank Jatim, Jalan Basuki Rahmad, Surabaya, Kamis (7/3/2013).
Dia menjelaskan, per Januari 2013 tingkat gagal bayar di Bank plat merah itu mencapai 3,25 persen dari debitur. Persentase ini naik dibanding priode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 2,96 Persen.
Menurut Hadi, tingginya kredit macet dalam penyaluran KUR ini psikologis yang terjadi di masyarakat. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa KUR tersebut adalah dana hibah dari pemerintah sehingga tidak perlu dikembalikan. Selain itu, kredit macet ini juga disebabkan sejumlah bisnis yang dijalankan oleh Debitur dengan sumber modal dari KUR juga mengalami gangguan.
Kemudian, lanjutnya, lamanya proses klaim asuransi atas KUR bermasalah ini juga berkontribusi dalam tingginya nilai NPL. Dia mengaku, NPL Bank Jatim memang masih tinggi, namun alasan itu tidak dijadikan sebagai pembatasan penyaluran kredit.
"Penyaluran kredit tetap, hanya saja akan lebih selektif. Baik pada tingkat risiko usaha maupun peluang untuk pengembalian. Kalau memang usaha itu prospek, akan kami biayai," tegasnya.
Sementara itu, dari data yang dihimpun di Bank Jatim, tercatat per Januari 2013 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp22,93 miliar. Jumlah tersebut naik dibanding tahun lalu sebesar Rp21,07 miliar.
Kemudian Giro sebesar Rp10,46 miliar, naik dibanding tahun lalu Rp9,42 miliar, Tabungan tercatat Rp7,45 miliar, naik dibanding tahun lalu Rp6,42 miliar.
Untuk Deposito sebesar Rp5,00 miliar, turun dibanding tahun lalu Rp5,23 miliar dan kredit tercatat Rp18,32 miliar, naik dibanding tahun lalu sebesar Rp15,89 miliar. Selanjutnya untuk laba, tercatat Rp115,53 juta, naik dibanding tahun lalu sebesar Rp104,52 juta.
Direktur Bank Jatim, Hadi Sukrianto mengatakan, tahun ini pihaknya mengurangi nilai penyaluran kredit. Jika pada 2012 penyaluran KUR mencapai RP997 miliar, maka tahun ini berkurang menjadi Rp750 miliar.
"Hingga akhir tahun kami menargetkan NPL (Non Performing Loan) hanya sebesar 1,5 Persen," kata Hadi kepada Wartawan di Kantor Utama Bank Jatim, Jalan Basuki Rahmad, Surabaya, Kamis (7/3/2013).
Dia menjelaskan, per Januari 2013 tingkat gagal bayar di Bank plat merah itu mencapai 3,25 persen dari debitur. Persentase ini naik dibanding priode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 2,96 Persen.
Menurut Hadi, tingginya kredit macet dalam penyaluran KUR ini psikologis yang terjadi di masyarakat. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa KUR tersebut adalah dana hibah dari pemerintah sehingga tidak perlu dikembalikan. Selain itu, kredit macet ini juga disebabkan sejumlah bisnis yang dijalankan oleh Debitur dengan sumber modal dari KUR juga mengalami gangguan.
Kemudian, lanjutnya, lamanya proses klaim asuransi atas KUR bermasalah ini juga berkontribusi dalam tingginya nilai NPL. Dia mengaku, NPL Bank Jatim memang masih tinggi, namun alasan itu tidak dijadikan sebagai pembatasan penyaluran kredit.
"Penyaluran kredit tetap, hanya saja akan lebih selektif. Baik pada tingkat risiko usaha maupun peluang untuk pengembalian. Kalau memang usaha itu prospek, akan kami biayai," tegasnya.
Sementara itu, dari data yang dihimpun di Bank Jatim, tercatat per Januari 2013 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp22,93 miliar. Jumlah tersebut naik dibanding tahun lalu sebesar Rp21,07 miliar.
Kemudian Giro sebesar Rp10,46 miliar, naik dibanding tahun lalu Rp9,42 miliar, Tabungan tercatat Rp7,45 miliar, naik dibanding tahun lalu Rp6,42 miliar.
Untuk Deposito sebesar Rp5,00 miliar, turun dibanding tahun lalu Rp5,23 miliar dan kredit tercatat Rp18,32 miliar, naik dibanding tahun lalu sebesar Rp15,89 miliar. Selanjutnya untuk laba, tercatat Rp115,53 juta, naik dibanding tahun lalu sebesar Rp104,52 juta.
(gpr)